16

425 22 0
                                    

    Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya!  Tinggalkan jejak kalian di setiap paragrafnya dong! Dan Follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh!

  "Nggak usah pegangin gue, Tris! Tangan gue udah gatel mau nonjok muka Ota!" teriak Bagas, berdiri dengan pakaian yang acak-acakan. Biasanya Bagas itu paling rapih. Tristan menarik tangannya kuat. Bagas dan Ota terlibat perdebatan hingga akhirnya mereka adu jotos.

  "Sini lo maju! Lawan gue, jangan cuma menang kacamata hitam aja lo!" Maki Ota, menatap tajam Bagas, kedua tangannya sudah ditahan Kevin dan Raymond.

 "Lo sih Ta, main tikung Bagas aja," ujar Omar dengan rusuh.

"KENAPA PADA NYALAHIN GUE SIH! SALAH GUE NEMBAK DIA DITERIMA!" ujar Ota naik angin.

   "Alahh! Gue tahu Ta, lo iri kan liat gue banyak cewek. Harusnya lo jangan deketin cewek yang gue incer!" bentak Bagas dari tempatnya,  Lapangan belakang sekolah itu menjadi ricuh karena anggota Orsela.

  "Yaelah... Cewek kayak Rosa aja  direbutin, heran gue," ujar Raymond mulai emosi.

 "Nggak tahu tuh Bagas!" tuduh Ota.

   "Ya lo juga! Ngapain nembak Rosa sih?" damprat Kevin. "Punya temen main tikung aja."

  "Udah pada gila kalian ya! Berantem gara-gara cewek!" bentak Albert menengahi. "Inget dong kita satu kapal. Pengen bunuh-bunuhan kalian biar puas, hah!"

    Ota menarik nafas, menghempaskan pegangan Kevin. Tadi Bagas  berhasil nonjok mukanya sekali, sedangkan Ota tiga kali nonjok Bagas. Jika Albert sudah turun tangan anggota Orsela tidak ada yang berani berkutik.

  "Bangsat lo ya!" Maki Ota, telunjuknya menunjuk pada Bagas.

  "Bacot lo!" balas Bagas. "Lepasin gue, Tris! Biar gue beri tuh anak!"

    "Mate lo picek, dari tadi gue nggak ada megangin tangan lo lagi," ujar Tristan, mengangkat kedua tangannya.

  "Udah biarin aja mereka berantem. Pada keras dua-duanya!" Albert menatap murka pada keduanya. "Gue mau liat siapa yang menang, abis itu lawan gue," ancam Albert. Kedua tangannya berlipat di depan dada.

         Ota dan Bagas saling pandang. Kalah atau menang sama-sama akan bonyok juga. Dipukul Albert sama saja menyerahkan nyawa sendiri. Anggota yang lain pun tidak ada lagi yang ikut campur dan memilih sebagai penonton mereka.

       "Kok jadi gini sih, Al? Harusnya kan kita dipisahin," protes Bagas melihat Albert. Ota manggut-manggut kuat, setuju.

       "Pilihan kan ada di tangan kalian," ujar Albert. Ia berjalan ke arah Tristan dan ikutan berjongkok, mengambil kotak rokok di tangan Tristan lalu menghidupkan rokok itu.

   "Nggak ada yang ngelarang kalian suka sama cewek siapa aja. Tapi jangan sampe ngorbanin persahabatan kalian," ujar Tristan sambil merokok.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang