27

372 17 0
                                    

     

Anna melangkah pelan ke kantin seorang diri, beberapa orang menatapnya tajam, diikuti seringai-seringai menjengkelkan. Sejak saat itu, ada lagi unggahan foto Anna terlihat di bully oleh kawan-kawannya berseragam SMP. Anna menegakkan kepalanya, seolah-olah tidak apa-apa.

"Jadi itu yang namanya Anna, luar biasa..."

"Pantesan followers IG-nya sedikit."

Sedetik itu langkah kakinya terhenti, lalu membalikkan badannya. Anna berjalan cepat ke arah luar gedung. Albert yang berada tidak jauh melihat Anna yang sudah tak terlihat lagi.

"Anna kok pergi? Kasihan anak orang tertekan bathin. " Ota menunjuk Anna dengan dagunya. Lalu Ota memperlihatkan unggahan pada Albert yang sedang menjadi buah bibir di sekolah mereka.

Albert menatap geram pada layar itu, kedua giginya menggertak menahan amarah. Mereka kira Albert sudah tahu, dan pura-pura tidak tahu karena masih kesal dengan Anna.

"Kok gue baru tahu?" kata Albert. Semua yang duduk dengannya menundukkan kepala. Takut Albert melampiaskan kemarahannya pada mereka.

"Gue bukan mau nutupi. Tapi waktu itu lo kayak gak mood sama Anna. Gue udah nyari akun yang unggah tapi belum dapet." Ujar Kevin. Tetap saja jawaban itu tidak membuat Albert senang.

"Lo gak khawatir Al? Gak mau ngejar dia," kata Tristan melihat Albert terduduk dengan wajahnya yang tegang dan tangannya yang mengepal.

"Gue penasaran sama orang yang berani jebak cewek gue dengan foto gituan." Suara Albert ketus.

"Ini bukan jebakan kayaknya. Mungkin sebagian dari masa lalu Anna waktu SMP." Raymond berkomentar. "Unggahan itu disebar di komunitas sekolah kita, berarti teman SMP dia sekolah sini. Kita mesti cari tau."

Melihat orang-orang di kantin berceloteh tentang Anna sambil melihat handphone masing-masing. Entah kenapa rasanya ingin menampol kepala mereka.

Albert tiba-tiba naik ke atas meja, membuat perhatian tertuju padanya. Cowok berambut sepanjang kerah baju itu menatap sekelilingnya tajam. Di sekeliling Albert anggotanya berdiri, seakan sedang berkampanye.

"GUE GAK PERDULI SIAPA PUN KALIAN. LO BULLY ANNA BERHADAPAN DENGAN GUE!"

"KITA BELUM TAHU KEASLIAN FOTO ITU! STOP BULLY ANNA! "
 

"Jangan-jangan lo udah dipelet sama Anna ya. Segitunya lo belaiin tukang maling," tukas Ellen, membuat Albert menoleh padanya. "Romur itu mungkin aja bener Al, ada bukti bukan gosip isapan jempol doang." kata cewek itu mendekat.

"Serah lo mikir apa." Balas Albert, lalu turun dari meja. "Dia cewek gue, tanggungjawab gue lindungin dia." Suaranya pelan berhadapan dengan Ellen.

Cowok bertubuh gagah itu meninggalkan kantin. Sedangkan Ellen terpaku di tempatnya berdiri dengan tangan gemetaran. Mereka yang berbisik-bisik tentang Anna pun mulai berhenti saat anggota Orsella memberi amaran ke meja-meja mereka.

Tristan memegangi gelas orange juice Sekar sambil menatap Sekar. "Bukannya lo temen dekat Anna? Kenapa malah duduk sama Putri." Ucapnya. Sekar pun mendongak melihat Tristan di depan meja mereka.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang