4

816 56 3
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Spam koment di setiap paragrafnya dong! Dan jangan lupa follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh!



"Yang, pulang sekolah temenin latihan basket ya. Lo ada waktu kan?" tanya Dylan merangkul Anna dengan tangannya. Poninya yang diikat ke belakang menjadi ciri khasnya.  Anna melengos dalam hati, sebenarnya dia malas panas-panasan sambil teriak tak berguna menonton latihan basket. Unfaedah baginya.

"Liat nanti ya Lan. Gue lagi sibuk buat mading sekolah," sahut Anna menoleh pada Dylan dengan senyum manisnya. Cukup membuat Dylan gemas.

 "Selalu aja sibuk, sampe gak ada waktu buat gue." Dylan merajuk, tidak benar-benar merajuk dia hanya menggoda.

"Iya deh, ntar kalo kerjaan gue cepat kelar. Gue ke lapangan." Kata Anna cepat sebelum Dylan benar-benar merajuk. Dylan pun tersenyum senang.
       
Sampai di koridor perbelokan kelas XI dan XII mereka berpisah. Dylan kakak kelasnya. Bayangkan saja berapa banyak perempuan yang iri dengan Anna bisa pacaran sama Dylan. Ganteng, jago basket, dan anak orang kaya. Andaikan mereka tahu apa yang sebenarnya Anna rasakan.

   "Anna..." teriak Rosa bergabung dengan Anna untuk berjalan. Cewek itu sekarang memakai softlens berwarna grey, roknya di atas lutut, jam tangan bermerk, dan tidak lupa kipas plastik bergambar Frozen di tangannya.

Tidak terbayang betapa bahagianya kehidupan Rosa, anak orang kaya yang tidak perlu memikirkan masalah keuangan. Itu kenapa Anna berusaha untuk sepadan dengan Rosa, Sekar, dan Friska. Hingga Anna rela berpacaran dengan cowok tajir untuk mengangkat ketimpangannya. Membelikan barang-barang branded yang bisa bersaing dengan teman-temannya.

Anna punya trauma saat SMP, sewaktu ibunya memasukkannya ke sekolah swasta yang ternama padahal Anna dari keluarga biasa saja. Tidak punya teman, dibully, dijadikan bahan ejekan. Tidak bisa ikut study tour, bahkan pernah dijebak sebagai pencuri.

Tidak ada yang tahu Anna punya masa lalu yang cukup sulit. Wajahnya yang cantik jelita,  barang-barang yang dipakai dari hasil pemberian cowok-cowok yang mengejar-ngejarnya. Dan juga hasil obok-obok dari penjual preloved barang jenama untuk menunjang penampilannya hingga setara dengan siswi ternama sekolah ini.

 "Lo masih jalan sama Dylan?" tanya Rosa tidak percaya. "Lo kan tahu dia selingkuh sama anak cheers, Sekar ngasih bukti kongkrit perselingkuhan Dylan."

  Anna terdiam sejenak, dia masih butuh Dylan sebelum Anna mendapatkan pengganti cowok itu untuk membuatnya aman. Harusnya Anna mendapatkan salah satu cowok Orsela, sayangnya Tristan menyukai Sekar. Dan Sekar, temannya itu tidak mau ada pesaing dalam persahabatan mereka. Siapa pun yang menjadi kekasih anak Orsela, bisa dipastikan cewek itu akan menjadi ratu diantara kaum siswi di sekolah ini.

"Gak mungkinlah Dylan selingkuh dari gue. Palingan ceweknya aja yang kegenitan." Jawab Anna sok santai. "Kalo pun dia selingkuh, gue yakin ceweknya gak lebih cakep dari gue."

"Jangan terlalu jujur kali." Decak Rosa lalu pura-pura mual, karna kalimat terakhir Anna. "Merendah dikit dong biar lebih tahu diri." Rosa menertawakan leluconnya sendiri.

"Emang lo berharap gue bakal apa? Mutusin Dylan?" tanya Anna, jika itu terjadi maka tidak ada lagi ojek gratisnya.

"Cowok gak cuma dia, Ann. Yang anak baru itu juga kayaknya boleh juga. Bawaanya kayak sultan alim." ujar Rosa, Anna mengangguk pelan. Dari awal melihat penampilan Albert, bisa ditebak dari kalangan mana Albert. Anna sudah banyak belajar cara menilai kantong cowok.

"Keburu Genk Citra yang dapetin dia duluan," tambah Rosa mengompori. Entah mengapa ia merasa ada yang beriringan dengan langkah mereka sedari tadi. "Ann, ngerasa nggak yang di belakang bareng kita terus dari tadi," bisik Rosa.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang