20

434 20 0
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di setiap paragrafnya dong! Dan Follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh!


"Wah, Ann. Penampilan lo beda banget. Kemana Anna yang fashionable? Lo gak make jam bermerk anti air lo? Kaus kaki lo bergaris-garis berwarna mana? Malu ya jadi orang sok kaya."

"Kenapa Kar?" tanya Rosa baru saja tiba di kelas.

"Ada yang pindah level," cibir Sekar.

Mata Rosa kemudian pindah ke arah wanita yang berdiri di depannya yang berpenampilan polos tanpa satu pun aksesoris menghias di tubuhnya. Padahal biasanya mereka berempat selalu menjadi model panutan soal fashion di sekolah.

"Emang beda cewek sok kaya, sok selevel dengan kita dengan cewek kismis, dari baunya," tambah Sekar mengibaskan tangannya seakan ada aroma tak sedap di sekeliling mereka.

"Gue gak pernah bilang orang kaya sama kalian. Gue juga gak pernah ngasih tahu kalian pekerjaan bonyok gue. Kalian sendiri yang berimajinasi," ujar Anna penuh penekanan.

"Tapi gaya lo dan semua omongan lo, seakan yang kita lihat itu nyata Ann. Harusnya lo malu,   gue nggak masalah lo pake KW. Tapi lo selalu update barang-barang mahal seakan kita semua ini di bawah lo." Rosa menatap kecewa, lalu menarik nafas kasar. "Kita emang gak selevel, tapi bukan berarti gak bisa berkawan."

Mendengar itu Sekar tersenyum miring. Lalu telunjuknya mendorong bahu Anna ke belakang. "Dia ini gak ada pantesnya jadi temen. Dia itu beda dengan kita."

"Apaan sih pada ribut masih pagi," ujar Friska baru tiba, lalu tersenyum pada Anna. "Mendingan duduk deh, bentar lagi masuk."

Sekar menarik tangan Friska dan Rosa menjauh dari Anna, bangku Anna juga sudah dipindahkan ke belakang. Tidak lama jam pelajaran pertama di mulai.

Semua tersenyum saat Bu Mika memberi salam saat masuk, guru itu mengabsen satu-persatu muridnya dengan keadaan kelas yang cukup kondusif. Biasanya Bu Mika baru masuk pasti ada saja yang diprotes dari penampilan murid sampai kebersihan kelas.

"Masih inget kan, Minggu lalu ibu bilang kita akan ada tugas kelompok," ujar Bu Mika, disambut sorakan muram murid-muridnya. Kalau ada kerja kelompok biasanya tugas yang akan diberikan mengalahkan saat ujian. Anna menatap lurus tidak berani menoleh kanan-kiri.  Merasa akan ada yang membuatnya tidak nyaman.

"Kalian buat kelompok satu anggota 4 orang, terserah kalian mau pilih siapa. Yang penting kalian bisa bekerja sama dengan baik." Bu Mika memberi kebebasan, tentu saja semua jadi bersemangat.

"Kita satu kelompok seperti biasa kan?" tanya Friska, kata 'seperti biasa' yang dimaksud Friska adalah bersama Sekar, Rosa, dan Anna.

Sekar menggeleng, dia mencatat anggota kelompoknya tanpa nama Anna. Dia memilih Wenddy, cowok pinter yang mau saja disuruh-suruhnya. Mungkin karna Wendy menyukai Sekar.

"Wendy aja, Anna gak kelompok kita lagi." Kata Sekar.

"Tapi otaknya pinter, Kar. Lo yakin?" tanya Friska tidak enak hati.

"WENDY LO MASUK KELOMPOK GUE." Teriak Sekar. Lalu Sekar membacakan nama-nama anggotanya.

"Terus gue?" tanya Anna.

Sekar terkekeh. "Lo cari deh orang yang mau sekelompok sama lo."

"Gue beneran sekelompok sama kalian?" Wendy menyahut. Sekar mengangguk. Tidak ada satu pun yang memanggil Anna untuk sekelompok dengannya. Di kelas itu dari awal semester keempat orang itu tidak bisa dipisahkan, bahkan terlihat unik saat ke-empat orang itu menjadi penghuni kelas itu.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang