17

389 22 0
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di setiap paragrafnya dong! Dan Follow akun WP ini ya 👍Okeh!

     "Al..."

 Albert menoleh pada suara lembut itu dengan cepat dia mematikan rokoknya dan menyelipkan ke batu supaya tidak terlihat, tapi sayangnya Anna sudah melihat.

  Anna berjongkok di depan Albert, matanya menghitung berapa lebam yang ada di wajah Albert. Laki-laki itu mengalihkan pandangannya, dia risih dengan tatapan Anna.

"Gue cariin lo dari tadi, ternyata lo di sini." Anna memandang wajah Albert yang berantakan, dan ada luka memar. "Cowok suka banget ya nyelesain masalah pakek adu jotos. Bisa gak sih jangan suka berantem." Ucap Anna, tangannya mengusap keringat Albert dekat telinga. Cowok itu menarik kepalanya dari sentuhan Albert.

"Gak usah sok nasehatin, kalo lo aja gak berkaca." Suara Albert kasar lalu menepis tangan Anna. "Gak usah ngatur-ngatur, lo bukan siapa-siapa."

"Lo itu cowok yang suka mengintimidasi ya. Makan apa sih sampe mulut lo ngomong gak pake perasaan?" ujar Anna.

       

 "Nggak perduli. Siapapun yang ngusik gue dan orang terdekat gue. Bakal gue habisin," suara Albert masih emosi. Anna terdiam, merinding mendengar ucapan itu. Dia meneguk air ludahnya.

"Gue termasuk orang terdekat lo kan? Gue kan pacar lo?" tanya Anna.

"Pacar doang, bukan orang yang spesial. Status sama perasaan itu beda. Jangan salah paham, gue cuma penasaran aja sama lo. Juga kasihan."

 "Dari kapan lo tahu gue bukan orang kaya?" tanya Anna, matanya menatap intens pada laki-laki itu supaya dia bisa membedakan bohong atau tidak ucapan Albert.

  Albert menatap Anna lembut, tangannya memainkan rambut Anna yang terjuntai. "Semua tentang lo, gue tahu. Dari awal gue lihat lo. Semua barang-barang lo KW. Nyolok mata tahu. Orang yang belagak kaya dengan beneran kaya. Kelihatan bedanya."

        "Segitunya?"

        "Iya."

 "Kayaknya lo benci banget sama gue ya." Suara Anna terdengar sedih, tapi jantungnya berdebar karna gerakan tangan Albert di rambutnya.

 Albert menggeleng kuat, tatapannya tidak lepas dari bola mata bening itu.  "Gue gak benci sama lo. Cuma lo ngeselin."

Anna menatap Albert dengan hati perih. Tapi ia mencoba tersenyum. Tidak ada yang meminta Albert bersikap baik padanya. Berada di lingkungan Albert saja sudah cukup. Anna sadar posisinya, tidak ingin berfantasi terhadap hubungan mereka.

  Anna tersenyum manis, tangannya merogoh saku rok-nya. Tadi dia sudah membeli plester. Sepertinya mulai sekarang dia harus punya stok plester yang banyak. Karena pacarnya adalah Albert, cowok yang sering berantem.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang