Selama pelajaran berlangsung, Jinyoung mencoba berkonsentrasi mengerjakan tugasnya walau seluruh tubuhnya sedang sakit.
"Jinyoung-ah, apa caraku ini sudah benar?" tanya Yeji yang mencoba baik dengan Jinyoung karena ia sedang sakit.
Jinyoung hanya meliriknya sekilas dan sedikit memajukan wajahnya ke arah Yeji.
"Hey, nenek lampir jutek! Kerjakan saja dulu. Nanti ku beritau jika ada yang salah. Jangan menggangguku jika aku sedang mengerjakan sesuatu. Paham?" tanya Jinyoung dingin sambil menatap Yeji tajam.
"Yak! Aku berusaha menjadi baik denganmu karena kau sedang sakit kakek peyot aneh dan menyebalkan! Aku hanya tanya saja! Ish! Pokoknya awas saja kalau nanti kau protes jika ada salah! Dasar kakek peyot!" jawab Yeji dengan kesal.
"Dasar nenek lampir!"
"Hei, sudahlah kalian berdua jangan ribut. Di dengar tetangga tidak enak." tegur Jaechan.
"Dengar itu nenek lampir.."
"Yak! Kenapa aku lagi?"
"Bae Jinyoung dan.. Ahm.. Maaf siapa namamu?"
"Hwang Yeji, Seonsaengnim."
"Ah ne~ Bae Jinyoung dan Hwang Yeji. Ada apa dengan kalian berdua? Dari tadi ribut terus." tegur Kim Jonghyun Seonsaengnim.
"Pertengkaran rumah tangga Seonsaengnim. Sejak kemarin mereka berdua selalu ribut." ucap salah seorang murid.
"Iya, mereka selalu bertengkar layaknya sepasang suami istri."
Semua murid di kelas itu menyoraki mereka. Yeji dan Jinyoung saling memberikan tatapan dingin dan tajam.
"Maaf Seonsaengnim. Jinyoung menggangguku duluan."
"Hei! Kau yang mengajakku berbicara duluan."
"Sudah-sudah, Bae Jinyoung, Hwang Yeji. Cepat kerjakan tugas kalian. Jangan bertengkar lagi." ucap Kim Jonghyun Seonsaengnim.
Semua murid kembali mengerjakan tugasnya. Setelah selesai, Yeji memberikan tugas yang ia buat pada Jinyoung.
"Kau ada salah 2 nomor. Kau ini bagaimana sih? Begini caranya." ucap Jinyoung sambil menjelaskan pada Yeji jawaban yang benar.
"Kakek peyot ini pintar juga. Tapi menyebalkan!" ucap Yeji dalam hati.
"Nah begini. Bagaimana? Kau sudah paham belum?" tanya Jinyoung datar.
"Ah, iya. Maaf aku salah. Nanti ku perbaiki. Kalau yang ini?" tanya Yeji sambil menunjuk nomor berikutnya yang salah.
Lagi-lagi Jinyoung menjelaskannya pada Yeji.
"Sebentar. Ini kau dapat dari mana?" tanya Yeji sambil menunjuk bagian yang tidak dia pahami.
Tanpa sengaja, Yeji menekan tangan Jinyoung yang sakit.
"Akh! Hei nenek lampir! Kau menekan tanganku." marah Jinyoung.
"Mian.." ucap Yeji sambil mengangkat sikunya yang menekan tangan Jinyoung.
Jinyoung kembali menjelaskan.
"Apa kau sudah paham?" tanya Jinyoung sambil menoleh ke Yeji.
Yeji hanya mengangguk. Ia langsung memperbaiki kesalahannya sambil ia pelajari. Tak lama kemudian, waktu istirahat pun tiba. Ketika Yeji hendak menuju kantin, ia melihat Bae Jinyoung berjalan menuju ruang guru entah siapa yang hendak ia temui.
"Tumben kakek peyot itu ke ruang guru? Apa jangan-jangan dia kena kasus?" tanya Yeji dalam hati.
"Ah! Untuk apa aku peduli dengan kakek peyot aneh itu! Buang-buang waktu saja!" ucap Yeji dalam hati sambil berjalan menuju kantin bersama Lia.
Mereka pun mengambil makan siang, lalu duduk di meja panjang. Disana sudah ada Daehwi, Jaechan, Woojin, Chaeyeon dan Nancy. Ryujin, Jihoon dan Somi sedang mengambil makan siang.
"Yeji, mana Jinyoung?" tanya Jaechan.
"Terakhir aku melihatnya di ruang guru." jawab Yeji santai dan datar.
"Wah, diam-diam kau perhatian juga dengan Jinyoung sampai-sampai kau tau dia ada dimana sekarang. Jangan-jangan tidak sampai berapa lama, ada yang lepas status single." ucap Woojin.
"Yak, kebetulan saja aku melihatnya masuk ruang guru tadi. Lagi pula kakek peyot aneh seperti dia bukan tipeku." ucap Yeji sedikit tajam.
"Mulut bilang kakek peyot aneh. Tapi dalam hati kakek peyot sayang." ganggu Daehwi.
"Tadi saja dikelas, mereka bertengkar seperti suami istri." ucap Jaechan.
"Yak, aku tadi hanya bertanya apa jawabanku benar/salah. Jangan sampai dia mengomel gara-gara ada salah yang ku buat." ujar Yeji sambil memakan makan siangnya.
"Tapi tadi Jinyoung termasuk baik loh mau menjelaskan padamu dengan pelan. Dia sebenarnya baik Yeji. Hanya kau saja yang belum menemukan sisi baiknya. Aku yakin, dia ketus dan menjengkelkan pasti ada alasan dan penyebabnya. Hanya.. Kami sendiri juga tidak tau penyebabnya apa karena Bae Jinyoung sangat introvert. Untuk belajar kelompok saja, dia tidak mau kalau dilakukan di rumahnya entah kenapa. Dia tidak pernah mau mengatakan alasannya apa." ucap Daehwi panjang lebar.
"Iya aku tau. Tadi dia menjelaskan padaku dengan baik. Ya walaupun dia memanggilku nenek lampir. Tapi ya.. Bisa jadi kan dia lakukan itu karena dia sedang sakit. Apa kalian lupa kalau Jinyoung..."
Perkataannya terhenti. Ada salah seorang murid menghampiri meja mereka.
"Permisi, kalian teman Bae Jinyoung kan?"
"Iya kami temannya. Ada apa?" tanya Woojin.
Ryujin, Somi dan Jihoon baru datang dan menaruh makanan mereka.
"Ada apa ini? Tadi aku mendengar nama Bae Jinyoung di sebut. Ada apa?" tanya Jihoon.
"Bae Jinyoung bertengkar dengan Joo Haknyeon anak kelas XII IPS 2." ucap murid itu.
Mereka terkejut mendengarnya.
"Kalian tunggu saja disini. Biar aku dan Jihoon yang mengurusnya." ucap Woojin manly.
Woojin dan Jihoon bergegas meninggalkan kantin dan pergi ke tempat kejadian perkara.Di tempat kejadian perkara, tampak Joo Haknyeon mendorong tubuh Jinyoung yang tidak berdaya itu hingga punggungnya menabrak tembok sekolah. Mereka bertengkar dikarenakan Xiyeon tidak sengaja menabrak Jinyoung, pacar Joo Haknyeon saat ini yang merupakan mantan pacar Bae Jinyoung dan Jinyoung memarahinya. Joo Haknyeon yang hendak memukuli Bae Jinyoung langsung ditahan oleh Park Jihoon.
"Hei! Kalian mau jadi avengers? Kalian tidak akan laku. Anak sial ini sudah menabrak yeochinku." ucap Joo Haknyeon kasar.
"Aku tidak sengaja dan aku sudah minta maaf." timpal Xiyeon dengan nada sedikit manja.
"Tapi tidak perlu gunakan kekerasan kan! Aku tidak terima ada yang menyakiti temanku!" marah Jihoon.
"Oh kau berani melawanku?" tantang Haknyeon
"Why not? Kau lupa kalau jabatanmu di OSIS akan segera berakhir? Apa kau mau kalau saat ini juga namamu bisa langsung musnah dari OSIS? Kau lupa kan kalau aku dan Woojin merupakan anggota komite disiplin? Apa kau mau kasus ini ku bawa ke Kim Jaehwan Seonsaengnim selaku guru Etika?" ancam Jihoon sambil menatap tajam kakak kelasnya itu.
Mulai kalah telak, Joo Haknyeon akhirnya mengalah. Bukan karena dia takut jabatannya akan dicabut dari OSIS. Tapi karena dia malas untuk berurusan di ruang etika dan konseling.
"Baiklah Bae Jinyoung. Kali ini kau menang. Tapi berikutnya, aku tidak akan biarkan kau menyentuh yeochinku lagi." ucap Joo Haknyeon sambil menarik Park Xiyeon pergi dari sana.
Woojin dan Jihoon membantu Jinyoung berdiri. Jinyoung menahan sakit di badannya. Jinyoung pun berdiri perlahan.
"Jinyoung-ah, kenapa bisa seperti ini? Dan, tumben kau pakai masker?" tanya Jihoon
Lagi-lagi Jinyoung menyembunyikan kejadian yang ia alami.
"Aku sedang tidak enak badan. Aku tidak mau kalian tertular. Sudahlah, tidak apa-apa. Aku istirahat di kelas saja. Kalian kembalilah ke kantin. Maaf mengganggu makan siang kalian." ucap Jinyoung yang langsung berjalan menuju kelasnya.
Mereka berdua bingung mengapa Jinyoung seperti itu. Padahal, Jinyoung terkenal anak yang ceria walau tampangnya dingin dan menyebalkan. Mereka pun kembali ke kantin untuk makan siang.
"Bagaimana? Ada apa dengan Jinyoung?" tanya Daehwi sedikit khawatir.
"Hanya salah paham saja." ucap Woojin.
"Ulah Park Xiyeon, mantan yeochin Jinyoung yang tidak tau diri. Tapi namchinnya yang sok heroic itu lebih pengecut lagi. Hanya ku ancam akan mendepak dia dari OSIS, dia langsung tidak jadi melawan. Mungkin dia takut." ucap Jihoon savage.
"Secantik apa sih Park Xiyeon itu? Dari kemarin kalian menyebut nama itu." ucap Yeji bingung.
"Kau takut tersaingi ya Yeji? Dia itu mantannya Bae Jinyoung. Kalau menurutku tidak cantik sih. Tapi ya, mata orang berbeda." ucap Jaechan.
"Eish! Aku hanya tanya. Karena sejak kemarin kalian menyebut mana itu. Kan aku murid baru disini." timpal Yeji.
"Oh iya, Namamu siapa?" tanya Jihoon.
"Hwang Yeji. Panggil saja Yeji." jawab Yeji.
"Ah, nama yang indah. Pantas saja kalau orangnya juga cantik." ucap Jihoon.
"Jangan ganggu dia, nanti Jinyoung marah." ucap Woojin sambil melirik ke arah Yeji.
"Aish! Aku dan Jinyoung tidak ada hubungan apa-apa. Dia itu kakek peyot aneh yang menyebalkan! Sudahlah, kasihan kalian menyebut namanya terus. Bisa-bisa dia tersedak." ucap Yeji.
"Sudah, kalian makan dulu saja." ucap Lia.
Mereka pun nurut dengan Lia. Mereka makan bersama dan kembali ke kelas masing-masing ketika bel tanda istirahat berakhir telah berbunyi.
Sementara itu, Jinyoung duduk di kelasnya sendirian sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya. Ia pun menaruh kepalanya ke meja dan tertidur diatas meja. Ia membayangkan hidupnya bebas tanpa ada tekanan dan keributan dari kedua orang tuanya.Apakah akan rahasia Jinyoung ada diketahui oleh teman terdekatnya? Atau justru Yeji, teman sebangkunya yang akan mengetahui penyebab sisi paling gelap Jinyoung?
-to be continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Forever Promise
FanfictionBanyak yang bilang cinta itu beda tipis dengan benci. Ketika rasa benci yang kita miliki bergeser menjadi cinta, itu tandanya orang itu telah berhasil mengubah pandangan kita. Cinta membutuhkan komitmen dan saling percaya. Walaupun jarak dan waktu m...