Beberapa hari kemudian, investigasi terus berjalan. Somi, Nancy dan juga Woojin masih berusaha untuk mengusut kebenaran dari kasus Yeji ini.
"Beberapa bukti sudah ada, rekaman CCTV juga sudah ada. Tinggal kita berikan pada Sir Daniel dan Jaehwan Seonsaengnim. Bahkan kepala sekolah juga harus tau supaya tidak ada kejadian seperti ini lagi." ucap Somi.
"Tapi..."
Woojin teringat 2 hari yang lalu ada yang bilang kalau ada seseorang merekam pelaku yang membuka tas orang lain dalam kelas XI IPA A dan terlihat seperti Lia.
"Aku sempat mendengarkan beberapa orang bilang kalau dia melihat orang yang membuka tas Jinyoung di kelas XI IPA A. Dan tampangnya seperti Lia." ucap Woojin.
"Tapi siapa yang rekam? Kita harus tau siapa yg merekam kejadian itu." ujar Somi.
"Nah itu dia masalahnya. Aku tidak tau siapa yang rekam." ucap Woojin.
Somi menepuk jidatnya.
"Ya bagaimana mau di proses Woojin?" tanya Somi geregetan.
"Ya maap Somi. Semoga saja perekamnya ketemu." jawab Woojin.Sementara itu, kelas XI IPA A sedang di lapangan indoor karena sedang berlangsungnya pelajaran olahraga.
Yeji dan Daehwi membawa perlengkapan olahraga untuk olahraga minggu ini.
"Yeji, ini keranjang bolanya taruh di pinggir lapangan ya supaya tidak kena murid lain." ucap Daehwi pelan.
Yeji mengangguk dan membawa keranjang bola tersebut ke pinggir lapangan. Lia yang entah datang dari mana langsung merebut salah satu bola dari keranjang tersebut.
"Lia, jangan ambil dulu bolanya. Dongho Seonsaengnim belum datang." ucap Yeji pelan sambil berusaha merebut kembali bola yang ada di tangan Lia.
"Hey! Ini kan jam olahraga, tidak apa-apa dong kalau aku mengambil bolanya duluan? Lagipula nantikan ambil nilai." ucap Lia yang masih mempertahankan bola di tangannya.
"Tapi ini belum waktunya Lia."
Yeji tetap berusaha merebut bola tersebut. Tiba-tiba, Lia melihat Jinyoung dan Jaechan yang baru saja masuk ke lapangan indoor.
"Saatnya aku beraksi." ucap Lia dalam hati.
Lia pun melemparkan bola yang ia dan Yeji pegang sampai bola itu terhantam keras ke kepala Jinyoung. Yeji dan semua murid terkejut melihat kejadian itu.
"Bae Jinyoung!" pekik Yeji.
Hidung Jinyoung berdarah karena benturan keras tersebut. Saat Yeji hendak menolong Jinyoung, tetapi Jinyoung malah mendorong Yeji hingga jatuh.
"Tidak usah menolongku!" tukas Jinyoung.
"Hey! Manusia kulit badak! (manusia tidak tau malu) jangan cari perhatian ya supaya dimaafkan dengan Jinyoung. Kau ini sudah salah banyak tingkah dan sok-sokan mau menolong Jinyoung lagi." maki salah seorang murid.
Jaechan pun membawa Jinyoung pergi ke UKS. Ada murid yang melemparkan bola tersebut ke Yeji tetapi ada seseorang yang menangkapnya.
"D.. Dongho Seonsaengnim."
Semua anak mulai berbaris. Dongho Seonsaengnim membantu Yeji berdiri.
"Kau tidak apa-apa nak?" tanya Dongho Seonsaengnim dengan hangat.
"Ne Seonsaengnim." jawab Yeji pelan dan kembali ke barisannya.
"Kenapa kalian mencelakakan Yeji dengan cara melemparkan bola ke kepalanya? Kalian mau membunuhnya?" tanya Dongho Seonsaengnim tegas. Baru kali ini Dongho Seonsaengnim bisa semenakutkan ini.
Semua anak diam. Tidak ada yang berani menjawab.
"Kalau tidak ada yang menjawab, kita tidak usah olahraga. Nilai untuk XI IPA A 0." ancam Dongho Seonsaengnim.
"Karena dia biang keladi (penyebab masalah) di kelas kami Seonsaengnim." ucap salah seorang murid.
"Tapi tidak begini caranya penyelesaiannya! Seonsaengnim tidak mau lagi melihat hal seperti ini lagi. Paham?" tanya Dongho Seonsaengnim tegas.
"Baik Seonsaengnim."
Pelajaranpun dimulai. Sepanjang pelajaran, Yeji murung dan sedih. Ia tidak tau sampai kapan harus menghadapi Jinyoung yang benar-benar berubah menjadi dingin padanya. Apalagi tadi Jinyoung sempat mendorongnya hingga jatuh.Di UKS, Lia menemani Jinyoung. Jujur saja Jinyoung agak risih Lia ada di dekatnya. Hanya ia lebih sakit hati lagi melihat Yeji yang ia anggap pencuri.
"Jinyoung-ah, kau sudah baikan? Tadi Yeji yang melemparkan bola ke arahmu dengan cara mengarahkan tanganku pada bola yg aku pegang. Aku tidak sangka teman dudukmu seperti itu." ucap Lia mengompori.
"Iya aku baik-baik saja Lia. Kau kembali saja ke lapangan. Nanti nilaimu tidak ada." ucap Jinyoung datar.
"Apa tidak apa-apa ku tinggal? Kalau kau membutuhkan sesuatu bagaimana?"
"Aku bisa sendiri. Tenang saja. Kembalilah ke lapangan." ucap Jinyoung dingin sambil menatap Lia dengan dingin dan tajam.
Lia pun keluar dari UKS. Tak lama, pelajaran olahraga pun selesai. Saat kembali ke kelas, lagi-lagi Yeji terkejut melihat mejanya yang dicoret-coret. Yeji menghela nafas dan mulai membersihkan mejanya.
"Permisi." ucap salah seorang lelaki sambil mengetuk pintu.Siapakah lelaki itu???
-to be continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Forever Promise
FanfictionBanyak yang bilang cinta itu beda tipis dengan benci. Ketika rasa benci yang kita miliki bergeser menjadi cinta, itu tandanya orang itu telah berhasil mengubah pandangan kita. Cinta membutuhkan komitmen dan saling percaya. Walaupun jarak dan waktu m...