Part 69, Back to hometown

25 4 0
                                    

Yeji pun tiba di Korea dengan perasaan senang karena dapat bertemu keluarganya kembali. Setelah 7 tahun berada di tanah rantau, Yeji berharap kehidupan baru yang indah dapat terisi dengan baik. Yeji juga mencoba merelakan Peter bersama orang lain. Baginya, orang tua jauh lebih berharga daripada apapun. Lagi pula, jodoh pasti bertemu pada waktunya.

"Yeji sayang. Eomma rindu padamu nak. Kau sudah dewasa sekarang." ucap Huihyeon sambil memeluk anaknya itu.
Yeji pun memeluk ibunya juga. Yeji mencoba menutupi kesedihannya dari keluarganya.
"Yeji, kau kenapa nak? Apa ada masalah?" tanya Minhyun sang ayah.
"Ah, tidak koq appa. Ahm, aku.. Hanya masih sedikit rindu dengan kantor di Amerika. Paman Diego berat menandatangani surat resignku. Tapi semua baik-baik saja koq. Kan appa dan eomma sendiri yang bilang kalau mau resign harus sopan. Masuk baik-baik, maka keluarnya juga harus baik-baik." ucap Yeji sambil tersenyum pelan.
"Iya nak. Ingat, paman Diego sudah merawatmu sejak SMA sampai sekarang. Kau harus berterima kasih dengan paman dan bibi. Oh ya, bagaimana kabar Peter?" tanya Huihyeon penasaran.
Yeji sontak kaget mendengar pertanyaan sang ibu.
"Eomma pasti sedih mendengar kalau aku sudah putus dari Peter." ucap Yeji dalam hati.
"Yeji? Ada apa nak?" tanya Huihyeon sambil menepuk pelan bahu anaknya itu.
"Ahm, kami sudah putus eomma. Orang tua Peter, tidak menyetujui hubungan kami." jawab Yeji sedikit sedih.
"Tidak apa nak. Sabar saja. Appa dan eomma yakin, kau pasti bisa mendapatkan yang lebih baik dari Peter suatu saat nanti." ucap Minhyun mencoba menenangkan anaknya itu.
Yeji tersenyum miris dan berkaca-kaca. Minhyun yang peka melihat anaknya hendak menangis langsung memeluk sang anak dengan hangat. Yeji menitikkan air matanya. Jujur saja, ia belum bisa percaya jika ia harus berpisah dari Peter. Ini kali kedua hubungan asmaranya kandas ditengah jalan.
"Kau anak baik dan cantik. Appa yakin, kau pasti mendapatkan yang lebih baik dari sebelumnya." ucap Minhyun sambil memeluk anaknya dengan hangat.
Yeji melepaskan pelukan sang ayah perlahan. Ia juga mengelap air matanya dan mencoba tersenyum.
"Nah gitu donk. Anak appa tersenyum. Ya sudah. Sekarang kau istirahat saja. Appa tau kau lelah."
Yeji pun mengangguk dan berjalan menuju kamarnya. Sudah 7 tahun sejak kepergiannya ke Amerika ia meninggalkan kamarnya yang nyaman dan hangat. Ia sangat rindu dengan suasana kamarnya.
"Sudah 7 tahun aku tidak berada di kamar ini. Aku rindu sekali dengan suasana kamarku." ucap Yeji sambil tersenyum pelan.
Yeji mengganti bajunya menjadi baju rumah biasa. Setelah itu, ia pun merebahkan badannya ke kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya dan sekelebat masa lalu indahnya bersama Peter pun kembali terlintas dipikirannya.
"Aku harus benar-benar merelakan Peter untuk perempuan lain. Peter memang baik, aku yakin Tuhan pasti sudah memberikan perempuan terbaik padanya. Peter, thank you."ucap Yeji dalam hati.
Yeji berusaha untuk tidur agar besok ia dapat pergi ke perusahaan Yoonbae Enterprise untuk interview.

Di sisi lain, Jinyoung terus berpikir siapa Lucy Hwang yang melamar pekerjaan di tempatnya. Yang membuatnya penasaran karena Yeji tidak memberikan pas fotonya disana. Ia berencana untuk memberikan fotonya via email.
"Siapa Lucy Hwang itu ya? Aku seperti tidak asing mendengar namanya." ucap Jinyoung dalam hati.
"Hyung, apa yang kau pikirkan? Oh ya, bagaimana dengan Se Heun? Apa dia tidak marah lagi karena hyung pecat dia dari kantor dan memutuskan hubungan dengan dia?" tanya Seochan.
"Dia masih tidak percaya aku bisa memecatnya. Ya aku tidak peduli. Toh dia yang salah kan? Siapa suruh mengekangku dan membawa urusan pribadi ke kantor." ucap Jinyoung santai.
"Iya sih. Ya sudah. Semoga penyihir tua itu tidak mengganggumu lagi hyung. Oh ya, apa Hyung tidak berpikir untuk kembali pada Yeji noona?" tanya Seochan polos.
Jinyoung menoleh ke arah Seochan dan menatap adiknya dengan tatapan dingin.
"Aku tidak tau dia dimana sekarang. Terakhir aku dengar dia sudah punya kekasih. Tapi tidak tau lagi sih. Sejak aku sempat studi di Indonesia, masih belum ada yang menarik." jawab Jinyoung.
"Yakin? Bukannya orang disana cantik-cantik hyung?"
"Tapi tidak ada yang secantik dan sepengertian Yeji. Jujur aku menyesal memutuskan Yeji secara kasar."
Jinyoung ingat bagaimana ia memutuskan Yeji secara sepihak dan sangat kasar. Ia juga menyesal memutuskan Yeji begitu saja. Ia berharap bisa bertemu Yeji kembali dan memulai semuanya dari awal.

Keesokan harinya...
Yeji berangkat menuju Yoonbae Enterprise dengan bus. Ia tidak mau terlambat di hari wawancaranya.
"Jangan sampai aku terlambat." ucap Yeji dalam hati.
Ia pun turun dari bus dan berjalan sedikit menuju Yoonbae Enterprise. Sesampainya disana, Yeji memberikan berkasnya pada resepsionis dilobby perusahaan tersebut.
"Baiklah, mari ikut saya untuk bertemu CEO kami." ucap resepsionis tersebut sambil memegamg berkas Yeji.
Resepsionis tersebut mengantarkan Yeji menuju ruang CEO.
"Tunggu sebentar ya." ucap resepsionis tersebut sambil mengetuk pintu.
"Ya masuk!"
Resepsionis tersebut membuka pintunya dan hanya menongolkan kepalanya saja.
"Depyonim, ada yang ingin mencari anda." ucap resepsionis itu.
"Suruh masuk saja." ucap Jinyoung sambil menyuruh Yeji untuk masuk dan membereskan berkasnya.
"Baik depyonim. Anda masuk saja nona. Silahkan." ucap resepsionis tersebut.
"Baiklah bu, terima kasih."
Yeji pun memasuki ruangan CEO tersebut. Sedangkan resepsionis itu kembali ke tempatnya.
"Permisi, selamat pagi depyonim." ucap Yeji pelan.
"Ah iya ti..." perkataan Jinyoung terhenti.
Mereka berdua saling bertatapan dan kaget.
"Kau!" pekik mereka berdua.

Ada apa dengan mereka berdua? Siapakah CEO di perusahaan tersebut?

-To be continue-

My Forever PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang