Part 27, The temptation of Bae Jinyoung

29 5 0
                                    

"Bae Jinyoung! Berhenti!" teriak Yeji yang baru datang dan melihat ada keramaian di koridor.
"Wah... Mantan pencuri melindungi anak koruptor. Perpaduan yang menarik. Ups, maaf aku lupa kau di fitnah ya dengan sahabatmu sendiri. Hmm... Kesian..." nyinyir Xiyeon.
"Tidak selamanya jika orang tuanya koruptor anaknya juga akan menjadi koruptor. Justru biasanya yang mengatakan kalimat yang menjudge/menghina orang lain, malah dia yang seperti itu." tegas Yeji.
"Yeji benar! Joo Haknyeon, kau ini ketua OSIS. Berikan contoh yang baik untuk teman-temanmu. Jangan sampai pemilik sekolah mengeluarkanmu dari sekolah ini. Anaknya sendiri pun sudah dia keluarkan dari sekolah ini. Apalagi kau, yang hanya anak OSIS dan orang tuamu tidak bekerja disini!" ucap Seonghyuk tegas.
"Kau hanya wakilku Seonghyuk, untuk apa kau membela anak koruptor ini?" tanya Haknyeon sedikit meninggikan suaranya.
"Seberdosanya anak koruptor, seorang penghujat jauh lebih berdosa. Jinyoung, Yeji, kalian ke kelas saja." jawab Seonghyuk menohok.
Karena kesal, murid yang ada disana langsung bubar dan masuk ke kelas masing-masing.
Saat masuk kelas, beberapa anak di kelas meminta Jinyoung turun dari jabatan ketua kelas menggantikan Lia yang sudah keluar karena kasus fitnah dan bullying.
"Hei! Anak koruptor! Turun dari jabatan ketua kelas! Kau tidak pantas menjadi ketua kelas menggantikan Lia!" teriak salah seorang anak yang ada di kelas.
"Teman-teman jangan begitu. Lagipula kita sudah mau naik kelas. Sayang kan kalau ganti ketua kelas."
"Daehwi, tidak apa kalau ketua kelasnya diganti. Dari pada mereka ribut dan tidak mau belajar gara-gara aku."
"Baguslah kalau dia sadar! Aku tidak sudi kelas unggulan ini dipimpin dengan anak koruptor seperti dia!" marah murid lain.
Pelajaranpun dimulai. Sepanjang pelajaran, Jinyoung terlihat melamun.
"Jinyoung? Kau kenapa?" tanya Yeji pelan.
"Ah, tidak.. Tidak apa." jawab Jinyoung dingin.
Tampak dari wajah Jinyoung, Jinyoung sangat sedih. Cobaan demi cobaan dia dapatkan bahkan cintanya dengan Yeji pun menjadi taruhannya.

Tak lama, waktu istirahat pun tiba. Mereka berdua berjalan keluar dengan pelan.
"Yeji~"
Yeji menoleh ke arah sumber suara.
"Ne, Jinyoung? Ada apa?"
"Ahm, Yeji. Kau, tidak berniat mencari yang lebih baik?"
Yeji bingung kenapa Jinyoung bertanya seperti itu dengannya.
"Memangnya kenapa Jinyoung? Kita kan baru jadian beberapa hari. Kenapa kau sudah bilang seperti itu?"
"Aku tidak mau membuat kau kena masalah karena aku."
Entah siapa yang mengajarkannya, Yeji dengan refleks memeluk Jinyoung dari samping.
"Jinyoung-ah, apapun yang terjadi denganmu, aku akan bertahan di sampingmu. Kita sudah berjanjikan, kalau kita akan saling percaya dan tidak akan saling meninggalkan apapun yang terjadi? Aku tidak peduli jika orang banyak menghujatmu. Dan, aku yakin kalau kita bisa lalui semua ini. You believe me right?"
Jinyoung mencoba tersenyum dan mengangguk. Yeji melepaskan pelukannya perlahan. Mereka berjalan menuju kantin. Tiba-tiba..
"Hei! Teman-teman, liat siapa yang datang. Anak koruptor bersama kekasihnya." sindir Xiyeon yang sekarang mulai menguasai sekolah.
"Park-Xi-Yeon, apa kau lupa kau itu siapa? Apa kau lupa siapa yang membuatmu bisa jadi seperti sekarang? Dan apa kau tidak ingat kalau tim komdis bisa saja membuat nasibmu sama seperti Lia?" sindir Somi.
"Wanita gila hormat dan haus darah (orang yang haus kekuasaan) ini memang tidak tau malu. Sama seperti kakaknya Park Jiyeon dulu. Gila hormat, haus darah, bahkan dia tebal muka ketika merebut pasangan orang lain demi harta dan kekuasaan. Bahkan dia dan kakaknya tidak sadar bisa seperti sekarang berkat orang terdekatnya. Apa kau lupa kalau Kyla dan Sungyeon yang membuatmu bisa punya teman seperti sekarang? Dan kau membuang mereka hanya karena kau merasa lebih cantik dan badanmu lebih bagus dari mereka?" tanya Jihoon menohok pada Park Xiyeon.
"Lalu apa pedulimu Park-Ji-Hoon? Setidaknya ayahku bukan koruptor. Dan orang tuaku harmonis dan menyayangi aku." jawab Xiyeon tidak kalah tajam.
Mendengar hal itu, Jinyoung langsung maju dan menampar Park Xiyeon di depan anak lain. Yeji terkejut melihat gerak refleks Jinyoung yang tiba-tiba menampar Xiyeon dengan keras. Melihat sang kekasih di tampar, Haknyeon mendorong keras badan Jinyoung hingga terbentur ke tembok.
"Kalau berani, lawan aku! Apa pukulanku waktu itu kurang?" tanya Haknyeon kasar.
"Aku tidak takut denganmu Haknyeon, kau hanya mengandalkan jabatanmu sebagai ketua OSIS. Tapi kau tidak berpikir jika jabatanmu selesai, wanita gila jabatan itu akan meninggalkan mu juga." jawab Jinyoung dingin.
Mereka pun saling memberi bogem mentah (pukulan). Bukannya melerai, anak lain justru merekam kejadian itu dan malah mengadu domba keduanya. Dengan berani Jihoon maju dan melawan Joo Haknyeon. Yeji mengajak Jinyoung ke UKS. Tak lama, Jaehwan Seonsaengnim selaku pembina kedisiplinan dan Kim Jonghyun selaku guru matematika yang merangkap sebagai pembina OSIS datang dan membawa mereka ke ruang OSIS.

Di UKS, Yeji menjadi dokter kecil bagi Jinyoung. Ia mengobati Jinyoung seperti seorang ibu.
"Jinyoung-ah, kau berani sekali tadi. Kau harus berhati-hati Jinyoung. Kau tau kan kalau Joo Haknyeon dan Park Xiyeon itu licik. Dia bs saja memutar balikkan fakta." ucap Woojin.
"Yang di bilang Woojin benar, aku pernah sekelas dengan Xiyeon sewaktu kelas X dulu. Dia sangat licik. Bahkan, Kyla dan Sungyeon sudah di khianati oleh Xiyeon." sambung Somi selaku tim komite disiplin.
"Aku hanya benci jika mereka membawa-bawa orang tua. Aku tau, saat ini keluargaku berantakan. Hanya saja, membawa orang tua pada kasus seperti ini sangatlah tidak etis." ucap Jinyoung sambil menahan sakit.
"Jinyoung, aku paham. Tapi kau harus bisa menahan emosi. Kalau kau kena kasus seperti ini lalu dikeluarkan/discrosing bagaimana?" tanya Yeji sedikit khawatir.
"Aku akan berusaha membuat Jinyoung tidak akan di scors ataupun di keluarkan dari sekolah ini. Kami tim komdis berusaha mempertahankan Jinyoung dan membuatmereka yakin kalau Jinyoung tidak bersalah." ucap Woojin.
Mereka pun berjalan menuju ruang OSIS. Suasana tegang menyelimuti ruangan tersebut Yeji dan Chaeyeon keluar dari ruangan tersebut karena mereka tidak terlibat dalam kasus ini.

Di sisi lain, sidang perdana Bae Minki pun berlangsung dengan aman. Dipimpin oleh hakim ternama se Korea, Kwon Boa. Minki menjalani sidang kasus korupsi yang menjerat dirinya. Beberapa jam kemudian, Minki kembali ke rumah tahanan tempat ia di penjara. Sedangkan tim hukum sedang berembuk dan mengajukan banding.

Sementara itu, Nayoung yang notabenenya masih istri sah Minki malah pergi ke daerah yang agak jauh dari tempat tinggal mereka dulu. Ia tidak peduli lagi dengan suami dan anaknya. Ia hanya memikirkan kesenangannya sendiri. Dengan nekat, Nayoung membeli rumah mewah di daerah elit di Korea selatan. Ia tinggal disana sendirian tanpa beban. Ia membeli rumah tersebut dengan uang hasil korupsi suaminya dan harta warisan yang Minki tinggalkan untuk Seochan. Nayoung telah di butakan oleh harta.

Akankah Nayoung bertahan dengan kehidupannya saat ini? Akankah Jinyoung dan Seochan bertemu dengan Jisung Samchon?

-to be continue-

My Forever PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang