Sepulang sekolah, beberapa dari mereka pergi menjenguk Bae Jinyoung.
"Aku duluan ya.." ucap Woojin sambil menaiki motor nya.
"Iya, hati-hati. Eh.. Kita bawakan Jinyoung apa? Masa iya kita kesana kosongan?" tanya Jihoon.
"Eh iya, hmm.. Belikan saja buah atau apa begitu." Jawab Jaechan.
"Ya sudah, aku saja yang beli buahnya sekalian aku mau belikan untuk Chaeryoung. Aku duluan ya." ucap Woojin.
"Ok."
Woojin pun melajukan motornya dan meninggalkan teman-temannya.
"Yang lain mana?" tanya Jihoon.
"Daehwi piket, Nancy nyusul nanti. Trus Yeji dipanggil Kim Sejeong Seonsaengnim entah ada urusan apa. Somi dan Ryujin rapat Osis." ucap Jaechan.
"Lia? Kamu tau gak dia kemana?" tanya Jihoon lagi.
"Entah. Dari tadi aku tidak melihatnya." jawab Jaechan.
Jihoon mengangguk paham. Ia sangat yakin kalau Lia tidak suka jika Yeji dekat dengan Jinyoung. Tapi kenapa harus seperti itu? Entahlah.. Hanya Lia sendiri yang tau.Di sisi lain, Kim Sejeong Seonsaengnim memanggil Yeji ke ruangannya. Ia dihadapkan 6 mata dengan Kang Daniel Seonsaengnim selaku wali kelas Yeji.
"Permisi Sejeong Seonsaengnim dan Sir Daniel. Ada apa Seonsaengnim dan sir Daniel memanggil saya?" tanya Yeji sopan.
"Yeji, kami memanggil kamu kesini karena kamu teman duduk Bae Jinyoung. Kamu sudah tau kan kalau Bae Jinyoung dirawat dirumah sakit?" tanya Daniel Seonsaengnim.
Yeji mengangguk pelan.
"Memangnya ada apa ya Sir?" tanya Yeji sedikit penasaran.
"Saya selaku wali kelas, dari tahun ke tahun selalu menerapkan sikap peduli dimulai dari hal kecil. Peduli dengan diri sendiri, teman sebangku dan teman kelas. Kalau kamu tidak peduli dengan teman sebangku, mana bisa kamu peduli dengan teman kelasmu? Jadi, saya minta tolong setiap ada tugas, ulangan/quiz, kamu catat dan beritau Bae Jinyoung. Supaya dia tidak ketinggalan pelajaran. Catatanmu jangan lupa pinjamkan padanya atau tidak, minim kamu fotokopikan saja catatanmu supaya dia bisa belajar." ucap Daniel Seonsaengnim.
"Hal ini juga bisa mengubah mindset kalian berdua. Supaya tidak bertengkar lagi. Bisa Yeji?"
Tak ada pilihan lain yang bisa ia lakukan selain mengangguk. Yeji pun menyetujuinya."Ya sudah, mulai 2 minggu ini dan seterusnya.. Seonsaengnim tidak mau lagi lihat kalian bertengkar. Ok? Seonsaengnim harap kalian bisa menjadi teman yang baik." ucap Sejeong Seonsaengnim.
"Kalau bisa dibicarakan baik-baik, kenapa harus dengan bertengkar? Lagipula, Bae Jinyoung orangnya baik koq. Walau dia terkadang ketus jika berbicara. Tapi mencoba dulu tidak ada salahnya kan? Sir yakin, ketika kamu sudah mengenal sifat baiknya, kamu akan senang berteman dengan Bae Jinyoung." sambung Kang Daniel Seonsaengnim.
Yeji mencerna kalimat itu dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Baik Seonsaengnim. Akan saya usahakan. Kalau begitu, saya permisi Seonsaengnim." ucap Yeji sambil membungkukkan badannya dan keluar dari ruang etika.Ketika ia keluar dari ruang etika, Daehwi memanggil Yeji dan mengajaknya ke rumah sakit untuk menjenguk Jinyoung.
"Yeji, kau kemana? Kita ke rumah sakit yuk. Jenguk Jinyoung. Yang lain sudah disana." ucap Daehwi.
"Ah boleh. Ini kebetulan aku mau beritau dia tentang tugas. Tapi, aku tidak tau jalan ke rumah sakitnya." balas Yeji.
"Tidak apa-apa, nanti ada supirku yang menjemput. Nanti ku beritau. Ayo, kita barengan saja." ajak Daehwi.
"Ah, gomapta Lee Daehwi."
Daehwi hanya mengangguk pelan. Mereka pun berjalan keluar pagar sekolah. Mereka masuk ke mobil Daehwi.Sesampainya di rumah sakit, mereka bergegas menuju kamar tempat Jinyoung di rawat. Disana ada Woojin, Jihoon, Nancy, Jaechan dan Seochan adik dari Bae Jinyoung. Yeji dan Daehwi memasuki kamar Jinyoung. Ia heran mengapa tidak ada orang tua Jinyoung yang mendampingi Jinyoung saat Jinyoung sedang sakit.
"Jinyoung sedang sakit. Tapi kenapa orang tuanya tidak ada? Bukankah sesibuk-sibuknya orang tua pasti akan menyempatkan waktunya untk menjenguk anaknya?" tanya Yeji dalam hati.
"Wah, ada teman sebangkumu Jinyoung. Baiknya dia datang menjengukmu." goda Jihoon.
"Wah, kalau aku jadi kau.. Aku senang sekali didatangi wanita secantik Yeji. Apalagi kalau misalkan dirawat dia." timpal Woojin.
"Ah, begitu.. Aku lapor Lee Chaeyeon ya.."
"Jangan donk.. Nanti aku kena cakar."
"Nenek lampir jutek kau bilang cantik. Sepertinya matamu katarak." ujar Jinyoung dingin dan tajam.
"Hei, coba tanyakan adikmu. Seochan.. Nuna itu cantikkan?" tanya Jihoon sambil menunjuk Yeji.
Seochan mengangguk pelan.
"Kau ini masih kecil! Jangan lihat-lihat yeoja!"
"Adikmu saja bilang Yeji cantik. Masa kakaknya bilang Yeji seperti nenek lampir?" tanya Jihoon.
"Eish!"Tampak dari wajah Jinyoung jika ia malu. Ia tidak sadar jika Yeji melihatnya. Bukan karena suka, tapi karena ia terpanah dengan luka di wajah Jinyoung.
"Tumben ada luka diwajahnya, apa dia habis bertengkar dengan orang lain?" tanya Yeji dalam hati lagi.
"Yeji, kenapa kau diam saja dari tadi? Apa kau mulai..." perkataan Woojin terhenti.
"Kakek peyot sayang.. Aku datang mau merawatmu." goda Daehwi.
"Yak! Sudah ku bilang tidak pakai sayang!!" ucap Yeji sedikit kesal tapi menggemaskan.
"Tidak ada kata sayang diantara aku dan Nenek lampir jutek itu." ucap Jinyoung datar dan dingin.
"Yak! Aku juga tidak akan memanggil dirimu dengan kata sayang ya. Daehwi yang dari tadi mengatakan kakek peyot sayang!" ucap Yeji tidak kalah dingin.
"Hati-hati kalian bertengkar tau-taunya malah jadi iparnya Seochan loh." goda Jihoon.
"Kalian ini dari tadi ribut terus. Nanti kita diusir loh. Ini rumah sakit." ucap Nancy.
"Tuh, dengarkan. Ya sudah, kami pergi dlu ya. Aku mau jenguk Lee Chaeryoung. Yeji, aku titip Bae Jinyoung the lila prince ya. Jaga dan rawat dia dengan baik." ucap Woojin.
"Yak! Kan ada suster yang merawatnya. Kenapa jadi aku?" tanya Yeji bingung.
"Sebaik-baiknya suster, teman sebangku lebih baik." ganggu Daehwi.
"Jaechan, kau mau ikut aku atau disini?"
"Aku harus pulang aku mau antar ibuku ke rumah temannya. Daehwi, kau masih disini kan?" tanya Jaechan.
"Iya, tapi habis ini mau jenguk Chaeryoung lalu pulang." ucap Daehwi.
"Ya sudah, kau mau ikut aku atau masih disini?"
"Kalian duluan saja, nanti aku nyusul."
"Ya sudah, Jinyoung-ah! Kami pergi dulu ya."
"Ok, kamsahamnida." ucap Jinyoung sambil tersenyum datar.
"Jinyoung tersenyum? Baru kali ini aku melihat dia tersenyum." ucap Yeji dalam hati.
Mereka pun pergi meninggalkan kamar Jinyoung.
"Jinyoung-ah, kenapa kau bisa seperti ini?" tanya Daehwi.
"Ceritanya panjang. Tapi sekarang aku baik-baik saja koq." jawab Jinyoung sambil mencoba tersenyum.
"Disaat seperti ini dia bisa tersenyum. Tapi.. Kenapa aku merasa perih melihatnya? Dia memang menyebalkan menjengkelkan dan aneh. Tapi melihatnya seperti ini, aku tidak tega untuk kesal padanya." ucap Yeji dalam hati.
Sekilas Jinyoung melihat Yeji tampak sedikit murung. Baru kali ini ia melihat Yeji murung seperti menyembunyikan sesuatu.
"Ada apa dengan dia? Sepertinya dia sedang ada masalah. Tumben dia murung seperti itu. Tapi, aku senang dia menjengukku. Walau dia jutek dan dingin tapi dia diam-diam perhatian. Dia seperti seorang ibu." ucap Jinyoung dalam hati.
"Hyung, kenapa diam saja? Ah iya, hyung.. Aku ke apotik sebentar ya hyung. Mau membeli vitamin untuk Hyung. Yeji Noona, Daehwi hyung. Aku titip Jinyoung hyung sebentar ya. Aku mau ke apotik sebentar." ucap Seochan sambil mengambil dompetnya.
"Iya, hati-hati."
Seochan berjalan keluar dari kamar kakaknya dan menuju apotik
"Jinyoung-ah, maaf kalau ini menyinggungmu. Orang tuamu kemana? Kenapa orang tuamu tidak menjagamu disini?" tanya Daehwi.
Jinyoung sedikit terkejut mendengar pertanyaan Daehwi. Ia tidak mau temannya tau kalau dia anak korban kekerasan dalam keluarganya.
"Ahm, mereka bekerja. Mereka sangat sibuk." ucap Jinyoung datar.
Lagi-lagi timbul kecurigaan Yeji. Yeji merasa ada yang disembunyikan Jinyoung dari teman-temannya. Secara logika, sesibuk-sibuknya orang tua, ia pasti menyempatkan waktunya untuk merawat anaknya di rumah sakit.Akankah Yeji mengetahui semuanya sehingga ia dapat mengetahui penyebab Jinyoung menjadi dingin?
Apa yang akan dilakukan Yeji selanjutnya?-to be continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Forever Promise
FanfictionBanyak yang bilang cinta itu beda tipis dengan benci. Ketika rasa benci yang kita miliki bergeser menjadi cinta, itu tandanya orang itu telah berhasil mengubah pandangan kita. Cinta membutuhkan komitmen dan saling percaya. Walaupun jarak dan waktu m...