Jinyoung dan Seochan membereskan barang mereka dibantu dengan Jisung dan mantan sopir Jinyoung yang saat ini bekerja di Yoonbae Enterprise.
"Hyung, semua sudah beres." ucap Seochan sambil selesai memacking barangnya.
"Hyung juga sudah selesai."
"Kalau sudah, taruh di mobil saja." ucap Jisung sambil membantu Seochan mengangkat barangnya.
Setelah semua selesai, mereka pun melajukan mobil ke kediaman Yoon Jisung. Rumah besar bergaya Amerika itu membuat Jinyoung dan Seochan terpanah. Ia tidak menyangka jika pamannya bisa memiliki rumah sebesar itu. Ia ingat jika dulu Jisung tinggal dengan bibi Irene di rumah kecil nan sederhana.
"Jisung Samchon hebat. Punya perusahaan, punya rumah sebagus ini. Andai saja aku punya ayah seperti Jisung Samchon." ucap Seochan polos.
"Semua ini berkat kerja keras Samchon. Hehehe. Oh ya, kalian kalau mau makan atau minum ambil saja di dapur. Ok? Kalian akan dapat kamar pribadi masing-masing." ucap Jisung hangat.
"Benar Samchon?"
Jisung mengangguk dan tersenyum. Seochan sangat senang akhirnya ia memiliki kamar sendiri. Jisung mengantar mereka menuju kamar kosong tersebut.
"Seochan, kau tidur di kamar yang besar saja. Hyung di kamar yang kecil. Toh kamar kita bersebelahan." ucap Jinyoung santai.
"Tidak apa-apa hyung?" tanya Seochan
"Iya. Hyung kurang suka kamar terlalu besar jika sendirian." jawab Jinyoung.
"Ya sudah kalau begitu, nanti kita dekor kamar kalian ya. Dan bersihkan kamar kosongnya." ucap Jisung sambil tersenyum pada kedua ponakannya yang sebentar lagi menjadi anak angkatnya secara resmi.
Mereka pun mulai menata barang masing-masing di kamar mereka yang baru. Mereka tidak perlu bersusah payah lagi mencari uang karena seluruh biaya pendidikan mereka akan menjadi tanggung jawab Yoon Jisung.Setelah mereka selesai mendekor kamar mereka, Jisung mengajak Jinyoung dan Seochan untuk makan terlebih dahulu.
-beberapa bulan kemudian-
"Jinyoung, Seochan, maafkan appa ya nak. Appa banyak berbuat salah dengan kalian. Appa tau appa salah. Maafkan appa ya nak." ucap Minki pelan.
Minki berada di rumah sakit kepolisian karena sakit yang ia alami. Minki sering mimisan entah apa penyebabnya.
"Jinyoung, Seochan. Bagaimanapun, dia ayah kalian. Kalian harus maafkan dia ya?" ucap Jisung hangat.
Entah apa yang bergejolak di batin Jinyoung. Di satu sisi ayahnya sudah mendapatkan Karma, tapi di sisi lain sakit hati dan trauma masa lalunya membuat pintu maaf seakan tertutup untuk ayahnya. Jinyoung pun keluar dari kamar ayahnya.
"Hyung~" panggil Seochan.
Jinyoung mengabaikan panggilan adiknya. Ia duduk di luar kamar ayahnya. Ia merenungkan diluar hingga tanpa sengaja ia menangis.
"Hyung, appa sudah menerima semuanya Hyung. Hyung maafkan appa saja. Aku juga benci dengan appa, tapi setelah semua yang sudah appa alami, aku mencoba memaafkan appa." ucap Seochan sambil duduk di sebelah sang kakak.
Jinyoung tidak dapat berkata apapun. Ia hanya menangis dan menangis. Tidak sengaja, Jinyoung bertemu dengan Yeji. Ia baru saja keluar dari kamar kakaknya yang diopname karena dehidrasi berat. Yeji yang melihat Jinyoung menangis langsung menghampirinya.
"Jinyoung? Seochan? Ada apa?" tanya Yeji bingung.
"Noona, hyungku.." jawab Seochan terhenti.
"Bisa kalian tinggalkan aku sementara waktu?" tanya Jinyoung dengan nada bicara yang dingin.
Tanpa menunggu perintah, Seochan pun pergi dengan Yeji.
"Jinyoung kenapa? Apa ada masalah?" tanya Yeji
"Hmm, begini noona.. Kan appaku sedang sakit. Lalu, appaku minta maaf pada kami berdua. Tapi, Jinyoung hyung belum memberi jawaban apakah dia memaafkan appa atau tidak. Aku tau, Jinyoung hyung masih marah dengan appaku. Hanya.. Jisung samchon bilang, kita tidak boleh membenci appa."jawab Seochan.
"Iya, bagaimana pun juga kan kita bisa sekolah karena nafkah dari appa kita. Cuman, mungkin Jinyoung masih butuh waktu. Aku paham koq. Kita berdoa saja, semoga Jinyoung bisa memaafkan appamu."ucap Yeji bijak.
Seochan pun tersenyum dan lega.Di sisi lain...
"Minki, yang sabar ya. Jinyoung hanya butuh waktu. Aku yakin, Jinyoung bisa memaafkanmu."ucap Jisung bijak.
"Terima kasih banyak Hyung. Hyung banyak membantu aku. Dan, terima kasih sudah mengangkat anakku. Terima kasih hyung." ucap Minki dengan mata berkaca-kaca dan muka mulai pucat.
"Baiklah, kalau begitu.. Kau istirahat saja, biar cepat pulih. Oh ya, kalau kau perlu apa-apa katakan saja padaku. Ok?"
"Baik hyung, terima kasih banyak. Hati-hati hyung."
Jisung keluar dari kamar Minki dan mencari kedua ponakan yang sekarang adalah anak angkatnya itu.Tak lama, mereka pun pulang. Jinyoung termenung dan tidak tau harus bagaimana. Sepanjang perjalanan, Jinyoung hanya diam tanpa ingin membicarakan apapun. Sesampainya dirumah, Jinyoung memasuki kamarnya dan menutup pintunya. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, lalu duduk di dekat jendela kamarnya. Lagi-lagi dia termenung sambil melihat awan mendung dari balik jendelanya.
"Aku benar-benar bingung. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Jinyoung dalam hati.
Ia tiba-tiba teringat dengan kejadian masa lalunya tentang apa yang ayahnya perbuat padanya. Seketika badan Jinyoung gemetar dan sedikit takut. Hatinya berkecamuk dan matanya mulai basah. Jinyoung berusaha menahan sakitnya dan tanpa terasa air matanya pun jatuh dari pelupuk matanya. Ia sangat sulit melupakan kejadian traumatik tersebut. Tetapi, ia sendiri tidak sanggup untuk memberikan keputusan apakah ia akan memaafkan sang ayah atau tidak.Yoon Jisung perlahan mengetuk pintu kamar Jinyoung. Jinyoung pun tersadar dan menghapus air matanya. Ia keluar membuka pintunya seakan tidak terjadi apa-apa.
"Jinyoung? Kau kenapa? Ada masalah? Sejak di rumah sakit tadi, samchon liat kamu hanya diam dan melamun." ucap Jisung.
Lagi-lagi Jinyoung hanya diam. Ia masih sungkan dengan Jisung walaupun Jisung adalah paman sekaligus ayah angkatnya.
"Jinyoung, ada apa? Cerita saja?"
Jinyoung mulai memberanikan diri untuk menceritakan apa yang terjadi padanya selama ini. Sambil menangis, Jinyoung menceritakan semuanya pada Jisung. Baru kali ini Jinyoung yang terkenal begitu dingin, cuek dan menjengkelkan bisa luluh seperti ini. Entah apa yang merasuki Jinyoung hingga dia bisa menangis seperti itu.Dengan hangat Jisung memeluk keponakannya yang sedang menangis itu.
"Jinyoung-ah, Samchon paham dengan apa yang kau alami. Tapi bagaimanapun, mereka appa dan eommamu. Mereka yang menghadirkanmu ke dunia ini dan mereka juga yang memberikan kehidupan padamu. Kau harus bisa memaafkan appa dan eommamu ya. Memang awalnya berat dan butuh waktu. Tapi seiring itu, kau pasti bisa merelakan yang sudah terjadi." ucap Jisung bijak.
Bukan Yoon CEO namanya kalau tidak bisa menjadi bijak dalam hal apapun. Jisung memang dikenal sebagai orang yang bijak di perusahaan yang ia pegang. Tak heran jika semua orang segan dengannya.Jinyoung menenangkan dirinya dan mulai mencoba berlapang dada.
"Orang secuek Jinyoung Hyung bisa nangis?" ucap Seochan yang baru saja muncul dari depan kamar Jinyoung.
Sontak Jinyoung pun terkejut.
"Yak! Aku kan juga manusia. Ya pastilah bisa menangis." jawab Jinyoung sambil menutupi sifat cengengnya.
"Manusia dingin dan cuek bisa menangis ya?"
"Yak!"
Seochan berlari dari kamar kakaknya itu. Yoon Jisung yang melihat hal itu hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Ia teringat ketika kecil dulu, Seulgi selalu bertengkar dengan Yiseul entah karena mainan atau pun karena hal yang lain. Sekarang kedua adiknya itu sudah menikah dan memiliki anak."Melihat Jinyoung dan Seochan bertengkar seperti tadi, aku jadi teringat dengan Seulgi dan Yiseul sewaktu kecil dulu." ucap Jisung dalam hati.
"Samchon, Seulgi Imo dan Yiseul Imo kemana? Aku juga merindukan mereka. Yiseul Imo baik2 saja kan?" tanya Jinyoung.
Jisung mengangguk. Jinyoung tau jika dulu Yiseul pernah dirawat di asylum karena depressi berat yang hampir membuatnya bunuh diri. Yiseul ditipu oleh mantan tunangannya sendiri dan gilanya, tunangannya sudah berlaku buruk padanya malah dengan gampangnya meninggalkan Yiseul begitu saja. Hanya karena ia ingin Yiseul menjadi tambang berliannya."Yiseul Imo baik2 saja. Seulgi Imo juga. Ya sudah, ayo kita makan."
Jinyoung dan Jisung pun turun menuju meja makan. Jisung mulai menyiapkan bahan makanan untuk makan bersama. Sedangkan anak2 menonton TV. Rumah Jisung sudah seperti rumah mereka sendiri. Walau terkadang mereka sungkan untuk berbuat semaunya sendiri karena mengingat, Jisung adalah orang tua angkat mereka.Ada apa kah dengan Yiseul Imo hingga Jinyoung lebih menanyakan Yiseul dari pada Seulgi?
-to be continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Forever Promise
FanfictionBanyak yang bilang cinta itu beda tipis dengan benci. Ketika rasa benci yang kita miliki bergeser menjadi cinta, itu tandanya orang itu telah berhasil mengubah pandangan kita. Cinta membutuhkan komitmen dan saling percaya. Walaupun jarak dan waktu m...