05. Kenalan

678 96 15
                                    

Jae mengeluarkan amplop besar berwarna coklat kemudian menyerahkan pada Wildan, "Bener yang ini?"

Wildan mengangguk, "Iya. Makasih, Mas."

Jae mengangguk kemudian mendudukan diri di salah satu sofa ruangan, mengamati isi ruang kerja Wildan dengan anggukan.

"Enak juga ruangan lo."

Wildan tersenyum, "Biar kerjanya juga enak. Mas nggak langsung ke kantor?" tanya Wildan dengan tangan yang sibuk membolak-balikkan kertas.

Jae menggeleng, "Nanti aja."

"Gue kira tadi mau langsung."

Jae melihat arloji di tangan kiri, "Baru jam 11, gue di sini dulu deh sampe jam makan siang."

"Tapi gue ada meeting habis ini. Mau nunggu di sini aja atau di kantin?"

"Di sini aja, mau tiduran."

"Yaudah, nanti sekalian makan siang bareng aja."

"Oke," jawab Jae kemudian memejamkan mata.

Wildan beranjak, "Gue meeting dulu ya."

"Iya, semoga lancar."


Sudah dua jam berlalu. Kalea membuka mata perlahan, keningnya berkerut sembari memegang kepala. Kalea mengerjap, kepalanya masih terasa sedikit pusing tapi perutnya sudah lebih baik. Kalea mendudukan diri melihat sekeliling, matanya menangkap Anna yang juga melihat ke arahnya sambil tersenyum.

"Sudah mendingan?" tanya Anna mengelus rambut Kalea.

Kalea mengangguk, "Berapa lama gue di sini?"

"Sekitar dua jam."

Mata Kalea melebar, "Dua jam? Aduh gue kan ada meeting sama Wildan," kata Kalea menepuk kening.

Kalea menurunkan kaki dari kasur berniat untuk menyusul Wildan tapi Anna menahan, "Mau ke mana? tadi baru pingsan lho."

"Mau ke ruangan pak Wildan."

"Meeting udah selesai kali Le, tadi pak Wildan ke sini bilang kalau lo udah bangun suruh istirahat aja. Meetingnya juga udah selesai dari setengah jam yang lalu."

Kalea menghela nafas, "Gue ke pak Wildan dulu deh, mau minta maaf."

"Bisa? Beneran udah mendingan?" tanya Anna memastikan.

"Iya udah mendingan kok, maaf ngerepotin lo ya. Makasih banyak, An."

Anna mengangguk kemudian tersenyum, "Gue sama sekali nggak repot kok, bilang terima kasih tuh seharusnya ke temennya pak Wildan."

Kalea mengerutkan dahi, "Temennya pak Wildan? Kok temennya?"

"Tadi temennya yang nemuin lo pas sekarat terus dia juga yang gendong lo ke sini. Ganteng lho, Le."

"Siapa?"

"Seinget gue namanya Jaeenan." Anna mencoba mengingat.



Kalea melangkah keluar dari ruang kesehatan dengan gelisah, masih memikirkan bagaimana bisa dirinya pingsan di saat ada meeting penting bersama client. Kalea mengerutkan dahi, teringat apa Anna katakan. Temennya Wildan? Jaeenan? Namanya nggak asing sih bagi Kalea.

Kalea mengetuk ruangan Wildan kemudian membukanya perlahan. Kalea melihat sekitar, ada seorang pria bertubuh tinggi berdiri sambil menyender di tembok dengan beberapa lembar kertas di tangannya.

Wajah Jae terangkat melihat Kalea.

"Mendingan?" tanya Jae.

Kalea mengangguk. Melihat dengan senyum canggung ke arah pria yang belum di kenal secara langsung itu.

Time of Our Life - DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang