Hari libur memang saat yang tepat untuk beristirahat di atas sofa dengan cemilan di tangan, menurut Brian. Brian menoleh ke arah jendela dan pintu yang terbuka, semilir angin membuat helai-helai rambut Brian betebangan ke sana kemari mengikuti arah angin.
"Cuacanya bagus deh," gumam Brian.
Jae keluar kamar sambil merapihkan rambut kemudian menuju meja makan mengambil minum membuat Brian menoleh.
"Mau ke mana sih anak bujangan udah rapih bener?" tanya Brian dengan mata yang mengikuti gerak gerik Jae.
"Mau keluar."
"Gue nggak buta ya, taulah lo mau keluar udah rapi wangi begitu."
Jae melirik, "Nah itu tau."
"Ya mau ke mana?" ulang Brian.
"Kepo."
"Dih, tengil banget." Brian berdecih.
Doddy keluar kamar dengan mata yang masih setengah terbuka, sesekali menguap lalu duduk disamping Brian sambil menyender.
Doddy menguap lagi, "Wangi bener buset, pake berapa botol ini?"
Brian mengendus, "Cuci muka sama gosok gigi dulu sana, bau jigong."
Doddy melirik kesal kemudian bangkit menuju kamar mandi.
"Cuman dua semprot doang," balas Jae.
Wildan keluar kamar dengan rambut yang masih basah membuat beberapa cipratan karena mengeringkan rambut dengan handuk di bahu.
"Pak Jaeenan mau ke mana kalau boleh tau?" tanya Wildan duduk di karpet.
"Enggak boleh tau."
"Medit."
Shaka yang baru pulang habis ambil cucian ikut nanya, "Mau ke mana?"
Jae berkacak pinggang, "Udah kayak wartawan lo pada nanya mulu," kemudian memakai sepatu.
Wildan berdecak, "Awas aja kali lo nanya gue ke mana nggak akan gue jawab."
"Pergi dulu ya." pamit Jae kemudian mengambil kunci mobil.
Shaka mengangguk, "Ke mana dia?" melihat yang lain.
"Palingan jalan sama cewek, nggak mungkin dia wangi banget kayak gitu kalau gak jalan sama cewek." Brian memperhatikan Jae yang sudah masuk ke dalam mobil.
"Ke kantor aja dia jarang pake parfum lho," balas Wildan.
"Bagus deh dari pada dia ngedokem mulu di kamar udah kayak ayam mau bertelor," kata Shaka.
.
"Gue di depan, cepet." Jae mematikan sambungan telepon.
Jae menunggu sambil sesekali merapihkan rambut dan letak kacamata. Suara terbukanya pintu rumah membuat Jae menoleh, tanpa sadar senyum Jae mengembang. Jae memperhatikan Kalea keluar rumah, mengunci pintu, kemudian berjalan ke arahnya sampai membuka pintu mobil.
"Maaf ya lama, tadi gue nyari sepatu dulu."
Kalea merapihkan rambut kemudian memakai sabuk pengaman.
"Gue baru sampe lima menit."
"Kita mau ke mana?"
"Gatau juga sih sebenarnya."
Kalea menatap Jae bingung, menunggu jawaban pria itu selanjutnya.
"Liat nanti aja deh, semampirnya aja."
"Oke." Kalea mengangguk.
Jae mulai menjalankan mobil sesekali melirik Kalea yang tampak sederhana berbalut kaos putih polos dengan kemeja flanel sebagai luaran dan jeans panjang berwarna hitam. Cukup membuat Jae berpikir kalau Kalea cantik dengan pakai casual seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Our Life - DAY6 ✔️
Fiksi PenggemarKisah mereka yang tak sabar untuk menikmati dan membuat kenangan baru di masa muda. Tapi masa muda itu tidak selalu punya sisi yang indah, tidak selalu hanya berisi kebahagiaan. Tapi setiap manusia pasti ingin mempunyai kenangan yang menyenangkan da...