Malam ini Milena datang sendiri. Dengan laptop yang terbuka di temani secangkir kopi hangat, Milena datang sambil mengerjakan beberapa tugas kantor yang belum selesai.
Suara gesekan kabel menarik perhatiannya. Jari jemari Milena yang bersentuhan dengan papan ketik berhenti. Milena menoleh, netranya bertemu dengan Wildan membuat Milena diam. Wildan menatapnya sudah dengan senyuman yang sangat cerah di sana, padahal sudah malam, tapi senyum Wildan masih terlihat terang, tidak redup.
Jantung Milena berdetak cepat ketika melihat Wildan yang berjalan menghampiri membuat Milena menelan saliva dengan susah payah.
"Na."
Hanya ada satu orang yang akan memanggilnya dengan sebutan Nana kecuali keluarganya.
"Kamu dateng?" tanya Wildan.
Milena mengigit bibir bawah kemudian mengangguk.
Wildan tersenyum, "Boleh aku duduk?"
Milena kembali mengangguk sebagai jawaban.
Milena sudah lama sekali tidak melihat Wildan tampil bersama Enam Kawan sebagai band semenjak mereka sudah mulai bekerja. Dulu saat masih kuliah, Milena sering ikut menemani Wildan, mau latihan ataupun ada acara.
"Kamu udah makan?"
Milena mengangguk.
Wildan tertawa, "Na, dari tadi kamu nggak jawab pertanyaanku pake suara lho. Kenapa sih?"
"Pake gerakan udah cukup."
Wildan tersenyum lagi, "Kamu masih lamakan di sini?"
"Kayaknya sih."
Wildan berdiri, "Tunggu aku selesai terus pulangnya sama aku. Aku mau siap-siap dulu ya."
Tidak lupa dengan mengelus pucuk rambut Milena dengan senyumnya yang tidak luntur sedikitpun padanya.
Jika di tanya bagaimana dulu hubungan Milena dan Wildan, jawabannya sama seperti pasangan lainnya. Jalan, makan, nonton, tertawa, menangis, berantem, berkeluh kesah, dan banyak hal menyenangkan dan menyedihkan lainnya. Tapi itu dulu, sekarang Wildan dan Milena sudah putus sejak Wildan semester tiga dan awal masuk kuliah untuk Milena. Bukan tanpa alasan, tapi Milena punya alasan tersendiri yang belum sempat dijelaskan pada Wildan. Wildan lebih tua satu tahun dari Milena, kakak tingkatnya.
Bahkan setelah tidak bertemu tiga tahun Wildan masih sama, tidak menuntut banyak, tidak menuntut cepat, dan sepertinya akan terus seperti itu. Bahkan sampai sekarang, Wildan masih sabar menunggu penjelasan darinya, walaupun Wildan tau kalau Milena selalu menghindari pertanyaan itu. Awalnya Milena kira Wildan sudah mempunyai pasangan baru saat mereka tidak sengaja bertemu beberapa waktu lalu di Panti Asuhan karena Wildan dan Milena putus pun terbilang sudah cukup lama. Milena lihat juga, Wildan termasuk pria yang sopan, ramah, dan berkecukupan. Siapa wanita yang tidak mau? Apalagi cara Wildan memperlakukan wanita dengan sangat baik, apa yakin tidak ada yang mau?
Seharusnya pria seperti Wildan sudah memiliki pasangan, bukan?
Apa Wildan masih menyukainya karena itu Wildan belum juga menemukan yang baru?
Jika iya, kenapa Wildan masih mau menunggu penjelasan darinya?
Banyak pertanyaan yang sebenarnya Milena simpan untuk Wildan. Banyak sekali. Tapi Milena tidak sanggup menanyakan, Milena terlalu pengecut untuk itu. Milena penasaran, tapi Milena merasa sangat tidak tau diri jika bertanya pada Wildan, sedangkan Wildan hanya bertanya satu pertanyaan tapi Milena tidak kunjung menjawab.
Milena menghela nafas panjang, merasa semua udara mulai masuk ke dalam rongga dada. Milena mengusap wajah kemudian kembali menyesap kopinya sampai suara mic yang berdengung mengalihkan perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Our Life - DAY6 ✔️
Fiksi PenggemarKisah mereka yang tak sabar untuk menikmati dan membuat kenangan baru di masa muda. Tapi masa muda itu tidak selalu punya sisi yang indah, tidak selalu hanya berisi kebahagiaan. Tapi setiap manusia pasti ingin mempunyai kenangan yang menyenangkan da...