"Na, aku di depan," kata Wildan melalui sambungan telepon, setelah mendapat balasan Wildan mematikan sambungan.
Senyum Wildan terangkat ketika melihat Milena menutup pagar, menatap ke arah Milena yang kini menghampiri mobilnya dengan berlari kecil. Duh Wildan gemas sekali.
Milena memasuki mobil lalu memasang sabuk pengaman, "Ke mana kita hari ini?"
"Temenin aku cek rumah project baru."
Milena mengernyit, "Sejak kapan kamu ada project soal rumah?"
Wildan menatap Milena dengan tenang sedangkan otaknya sibuk mencari alasan.
"Sebenarnya ini project yang kemarin aku bahas sama Mas Jae, cuman pas aku lihat-lihat kayaknya seru juga kalau aku ikut turun langsung ke lapangan, makanya aku ajak kamu sekalian jalan-jalan. Keberatan nggak?"
Milena menggeleng, "Oke, ayo berangkat!"
Wildan menghela napas lega setelah melihat respon Milena yang tampak tenang dan tidak menunjukan kecurigaan apapun.
Milena turun dari mobil, menatap rumah bernuasa putih itu dengan kagum, "Ini rumahnya? Bagus banget, aku suka."
Wildan membuka pintu rumah, tersenyum melihat Milena yang sudah berlari kecil mendahuluinya untuk segera masuk. Wildan mengikuti Milena dari belakang, memperhatikan setiap gerakan Milena yang berjalan ke sana kemari dengan tatapan kagum yang tidak ada habisnya.
"Aku baru tau kamu ada project ini, ini kamu semua yang pilih interiornya?" tanya Milena yang sudah duduk di sofa ruang tengah.
Wildan mengangguk, "Kamu suka?"
Milena mengangguk, "Suka! Kalau nuansanya begini aku yakin client kamu pasti suka soalnya enak deh."
"Menurut kamu gimana?"
Milena mempehatikan setiap sudut rumah mencoba menilai, "Rumah ini nuansanya putih jadi terlihat lebih luas dan nggak sumpek, terus banyak jendela yang membuat ruangan ini jadi lebih terang karena banyak cahaya matahari masuk dan tentu saja irit listrik."
"Itu emang konsep yang mereka mau, Na."
Milena mengangguk dengan bibir yang di majukan tanpa sadar membuat tangan Wildan terangkat mencubit pipi Milena.
"Habis ini temenin aku ke toko perhiasan ya?"
"Kamu mau investasi?"
Wildan terkekeh, "Enggak. Mau beli buat wanita yang paling aku sayang."
Milena mengangguk, "Oh buat Ibu, tapi aku laper." sembari memegang perut.
Wildan tersenyum, kali ini tangannya terangkat mengelus rambut panjang Milena, "Aku juga laper, kamu mau makan apa?"
"Aku lagi mau nasi uduk deket kantor kamu itu. Habis itu baru kita ke toko perhiasan yang kamu mau, boleh?"
"Boleh sayang."
Setelah mengisi perut di warung nasi uduk dekat kantor Wildan, kini keduanya sudah berada di salah satu mall menuju ke toko perhiasan.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Wildan mengangguk lalu mengajak Milena ke salah satu rak khusus cincin, "Na, bantuin aku pilih."
Milena mengamati satu persatu cincin yang tersusun rapih dengan indah. Netranya menangkap satu cincin yang menarik perhatiannya. Cincin polos tapi di tengahnya ada berlian kecil yang menurutnya sederhana tapi mewah.
"Aku suka yang itu." tunjuk Milena.
"Mbak tolong bungkus yang itu ya," kata Wildan.
Milena mengernyit heran, "Ibu emang bakal suka yang itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Our Life - DAY6 ✔️
FanficKisah mereka yang tak sabar untuk menikmati dan membuat kenangan baru di masa muda. Tapi masa muda itu tidak selalu punya sisi yang indah, tidak selalu hanya berisi kebahagiaan. Tapi setiap manusia pasti ingin mempunyai kenangan yang menyenangkan da...