12. Mengigau

434 59 2
                                    

Shaka yang sudah siap berangkat ke kantor keluar kamar kemudian melihat ruang TV yang ternyata sudah sepi. Shaka melihat jam dinding, pukul delapan pagi, mungkin semua sudah berangkat kerja, pikir Shaka. Pergerakan Shaka terhenti ketika melihat pintu kamar Jae dan Wildan yang terbuka kemudian menghampiri. Shaka memegang gagang ingin menutup pintu tapi ternyata masih ada Jae di dalam membuat Shaka mengernyit. Baru saja Shaka mau menutup pintu, Jae memanggil membuat pergerakan Shaka kembali terhenti.

"Bisa tutupin pintunya?"

"Iya ini mau gue tutup."

"Pintu kamar mandi," lanjut Jae.

Shaka masuk ke dalam, pintu kamar mandi memang belum tertutup. Kamar Jae dan Wildan adalah kamar terbesar di rumah, jadi hanya kamar mereka berdua yang memiliki kamar mandi dalam. Sementara kamar Shaka, Brian dan Doddy tidak ada.

Shaka mengangguk kemudian menutupnya.

"Lo nggak berangkat?" tanya Shaka di ujung pintu.

"Bentar lagi."

"Yaudah kalau gitu gue pamit ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

.

Rena menduduk diri di salah satu kedai kopi, sesekali mengecek ponsel tapi tetap saja tidak ada notifikasi yang Rena tunggu dari kemarin. Buku yang dari tadi Rena baca sekarang sudah tertutup, Rena sudah tidak memiliki mood bagus untuk kembali membukanya.

Rena mengalihkan pandangan ke keluar jendala, netranya menangkap sepasang kekasih berjalan sambil bergandengan tangan membuat Rena tersenyum kecil. Rena menghela nafas membuatnya kembali berpikir, bukankah jika memiliki seorang kekasih seharusnya kita bahagia? tapi kenapa Rena tidak? Rena justru merasa tertekan, rasanya aneh. Bukankah jika saling mencintai kita akan saling mempertahankan? tapi kenapa dihubungan ini hanya Rena yang merasa sendirian untuk mempertahankan? Ada saatnya Rena juga lelah dengan hubungannya tapi Rena tidak mau mengakhiri hubungannya dengan Juan.

Sudah tiga hari Rena tidak dapat kabar dari Juan, tapi Rena tetap berpikir mungkin Juan sedang sibuk. Apalagi Rena tau, pasti sekarang Juan sangat sibuk mengerjakan beberapa berkas. Kesibukan Juan membuat keduanya jadi jarang bertemu tapi Rena tidak pernah mempermasalahkan itu.

"Mbak lapis legit?"

Rena tersentak karena tiba-tiba sudah ada pria duduk di depannya dengan senyum mengembang.

"Masih siang gini jangan suka bengong mbak. Mau kesambet?" pria itu duduk manis di depan Rena, memamerkan senyum lebarnya.

"Pergi," usir Rena.

"Kebetulan gue lewat terus duduk depan lo, gue kira lo akan langsung sadar taunya enggak."

"Wajah lo nggak terdeksi, jadinya gue nggak sadar," kata Rena melengos.

Pria yang memanggil Rena, Brian, hanya tersenyum mendengar jawaban wanita dengan rambut di ikat satu didepannya.

"Mbak galau?" tanya Brian penasaran.

"Gue bukan mbak lo."

"Awas anjing galak."

Rena melirik Brian, mau apa sih cowok ini?

"Pergi, jangan ganggu gue."

"Kalau saya nggak mau pergi gimana?"

Alis Rena bertautan, "Lo siapa sih? Iseng banget nggak ada kerjaan."

"Ini saya lagi nunggu kerjaan."

Rena berdecak, "Gue nggak lupa ya sama muka lo. Lo orang ngeselin yang ambil lapis legit gue di kondangan kan?"

Time of Our Life - DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang