11. Kebohongan Yang Terlihat

410 57 16
                                    

Juan
Ren, maaf aku enggak bisa, lain kali ya.

Rena tersenyum kecut melihat notif pada ponsel yang ternyata dari Juan. Sudah berkali-kali Rena mencoba sabar dan berkali-kali juga selalu menahan. Rena menghela napas berat, membuka aplikasi chat mencari nama seseorang di sana.

You
Shak, pulang bareng ya?

Tidak butuh waktu lama, balasan dari Shaka sudah ada.

Shaka
Oke, 10 menit lagi otw

You
Iya, gue juga mau beresin toko dulu

Shaka
Oke, nanti gue kabarin

Setelah selesai membereskan kursi dan meja, Rena melihat kembali ruang chat dengan Juan, hanya balasan oke dari Rena yang terakhir di sana, Juan belum membalasnya lagi. Rena duduk disalah satu kursi, meminum hot cappucino dengan menyesapnya sedikit demi sedikit. Pandangannya beralih setelah mendengar bel pertanda ada yang masuk ke toko.

"Lama ya?" tanya Shaka dengan rambut yang sedikit basah karena rintik hujan.

"Enggak."

"Gue mau cuci muka dulu, basah tadi kena hujan sekalian sholat."

Rena mengangguk.

Sembari menunggu Shaka, Rena melihat ke arah luar jendela. Gemawan yang mulai hitam berjejer di antara gugusan langit dengan rintik air yang berjatuhan di antara dedaunan kering yang mulai basah perlahan. Rena melihat beberapa orang berlari mencari tempat berteduh membuat jalan yang sempat ramai oleh pejalan kaki dan sepeda motor mulai menghilang menyisakan kendaraan roda empat yang melaju. Netranya kembali menyusuri jalanan kemudian tidak sengaja melihat sepasang manusia yang berteduh didekat halte membuat Rena mengerutkan dahi.

"Baru juga maghrib, kok malah sosor sosoran sih," decak Rena menggelengkan kepala.

Semakin Rena perhatikan, semakin Rena curiga. Rena seperti kenal dengan kedua orang itu. Rena memincingkan mata mencoba memperjelas pandangan, beberapa detik kemudian mata Rena membulat setelah sadar siapa kedua orang itu. Badan Rena menegang, jantung berdetak lebih cepat, dadanya sesak membuatnya sulit bernafas. Rena mendecak kemudian membuka ruang chat dengan Juan lalu mengetik pesan.

You
Di mana?

Rena menunggu dengan gelisah, matanya terus melihat keseberang jalan. Jarinya tidak berhenti mengetuk meja dengan tidak sabar. Rena melihat Juan mengambil ponsel membuat Rena menegakkan badan, Juan terlihat mengetik membuat Rena dengan segera mengecek ponsel juga, dibalas.

Juan
Di jalan, kenapa?

You
Sama siapa?

Juan
Tristan

Bahu Rena melemas, Rena kembali melihat ke arah halte seberang. Tangannya mengepal keras, nafasnya memburu.

"Yuk, mau pulang sekarang?" tanya Shaka yang baru kembali, mengibaskan rambut yang basah karena air wudhu.

Rena hanya diam dengan pandangan masih mengarah ke halte seberang jalan membuat Shaka mengikuti arah pandang Rena. Shaka memicingkan mata agar penglihatannya menjadi lebih jelas dan memastikan yang dilihat benar atau tidak.

"Astagfirullah, udah maghrib bukannya sholat malah nyosor."

Shaka semakin memperhatikan.

"Lho, itu bukannya—"

"Iya, itu Juan."

"Dih, mentang-mentang hujan malah peluk-peluk. Ya emang dingin sih, jadinya kan ya gitu," lanjut Shaka.

"Kan seharusnya yang dipeluk gue Shak, bukan cewek itu."

"Lah iya, kan lo—LHO ITU CEWEKNYA SIAPA KOK JUAN BEGITU?" sewot Shaka yang baru ingat kalau Rena pacarnya Juan.

"Mana gue tau."

"Adeknya kali? Eh tapi bukannya adek Juan cowok ya?"

"Gue kenal ceweknya, Shak."

"Yah kok jelek banget sih selingkuhnya." decak Shaka.

Rena melirik Shaka tajam menuntut penjelasan.

"Maksud gue, masa dia gatau sih daerah sini ada toko lo? Bego aja gitu," lanjut Shaka mencoba menjelaskan.

"Allah sengaja kali biar dia ketahuan kalau bohong."

"Ih tukang bohong, paling bentar lagi hidungnya panjang," kata Shaka memperagakan hidung panjang pinocchio pada Rena. Sebenarnya Shaka sengaja melakukannya agar emosi Rena sedikit lebih turun.

Rena menghela nafas lalu meminum hot cappucino sampai habis kemudian bangkit untuk mencuci gelas.

"Lo mau minum?" tanya Rena.

"Udah kenyang sama air hujan."

Rena terkekeh, "Ye ngelawak lo."

Shaka ikut terkekeh, memperhatikan Rena yang mulai mencuci gelas sampai kembali ke kursinya.

Shaka menepuk-nepuk punggung tangan Rena, "Ren, kedepannya lo mau gimana?"

Rena menggeleng kecil, "Nggak tau, belum kepikiran."

"Jangan karena lo udah lama pacaran sama dia, lo jadi bego ya. Pikirin kebahagiaan lo juga." peringat Shaka.

Rena menunduk, mencoba berpikir untuk waktu yang cukup lama. Shaka yang paham memberikan waktu untuk Rena dengan diam sembari melihat keluar jendela, sesekali melirik Rena yang duduk di depannya.

"Gue mau putus, Shak."

Shaka menoleh, "Jangan ambil keputusan saat lo marah dan jangan buat janji saat lo senang, pikirin dulu."

Rena mengangguk, "Iya gue paham."

Shaka menghela nafas pelan kemudian mengacak rambut Rena sambil tersenyum, "Yaudah yuk balik aja, keburu makin hujan."

"Lo bawa motor? Itu mobil siapa kemarin lo colong buat jemput gue ke kondangan?"

"Punya Wildan," kata Shaka kemudian bangkit dari duduk dengan mengulurkan tangan pada Rena.

Rena menyambut tangan Shaka kemudian berdiri.

"Lo mau jalan-jalan dulu buat tenangin pikiran?"

Rena menggeleng, "Makasih tapi gue mau langsung pulang aja."

Shaka mengangguk, "Oke, tapi lo belum makan ya?"

Rena menggeleng.

"Kalau gitu kita makan dulu baru gue anterin lo pulang."

"Gue nggak—"

Shaka menatap Rena dengan tajam, "Enggak ada penolakan, lo harus makan. Gue nggak mau ya lo sakit karena kepikiran gini. Kita makan dulu baru gue anterin lo pulang. Oke?"

Rena tersenyum kemudiam akhirnya mengangguk, "Iya, oke Shaka."

Shaka ikut tersenyum, "Nah gitu dong."

Rena kembali mengecek toko sebelum akhirnya di kunci. Shaka dan Rena sudah di luar, ternyata hujan masih turun. Tangan Shaka terulur ke udara mencoba meraba apakah hujan masih deras atau tidak, pandangannya terarah ke langit.

"Masih agak gerimis sih, lo pake jas hujan ya," kata Shaka kemudian membuka bagasi motor.

"Lo aja yang pake. Gue kan di belakang jadi masih kehalangan badan lo, sedangkan nanti lo duluan yang bakal kena air hujan, Shak."

Shaka menggeleng kemudian memakaikan jas hujan pada tubuh Rena, "Lo aja, gue pake jaket juga masih aman."

Rena hanya diam sembari menatap Shaka yang sibuk mengancingkan jas hujan.

"Shaka, terima kasih."

Shaka melihat Rena, "Buat?"

"Selalu ada buat gue."

Shaka tersenyum, "Kapanpun lo butuh, gue usahakan ada Rena."

Shaka memakaikan kupluk jas hujan kemudian memasangkan helm pada Rena. Netra Shaka kembali memastikan semua sudah terkancing dan Rena aman dari hujan.

"Selesai, yuk pulang."

Time of Our Life - DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang