Jae merapihkan kerah kemeja kemudian mengambil jas untuk segera berangkat. Jae menghampiri meja kerjanya kemudian mengernyit. Tas kerja, tas kerja miliknya tidak ada. Jae menoleh ke arah meja kerja Wildan kemudian berdecak.
"Wil lo di kantor?"
"Iya, kenapa?" jawab Wildan dari seberang telfon.
"Cek tas lo."
"Bentar." Terdengar suara langkah dari seberang sana.
"Lah mas ini ka—"
"Tas gue kenapa lo bawa?" tanya Jae gemas.
Wildan terkekeh, "Maaf, tadi gue buru-buru nggak sadar malah tas lo yang gue ambil. Duh, siang ini gue ada rapat dan laporannya ada di it—"
"Gue otw, 20 menit lagi lo harus udah ada di kantin." potong Jae kemudian mematikan sambungan.
Wildan memandang ponsel, baru ingin memberitahu kalau tasnya berikan saja pada Kalea karena Kalea yang akan mengecek berkas yang ada di tasnya tapi Jae keburu mematikan sambungan.
.
"Le serius gapapa?" tanya Chandra yang ikut duduk disebelah Kalea.
"Gapapa, selo," jawab Kalea tapi sesekali meringis.
Chandra merasa bersalah karena tadi pria itu tidak sengaja menabrak Kalea yang membawa minuman membuat baju Kalea jadi sedikit basah.
"Maaf banget, Le. Gue nggak liat tadi keburu haus banget sumpah," kata Chandra.
Kalea mengangguk, "Iya gapapa, Chan."
"Maaf ya, Le. Jangan marah sama gue."
"Jangan minta maaf mulu, dosa lo udah kebanyakan juga kan."
Chandra yang terus merasa bersalah kemudian tertawa karena melihat raut wajah Kalea yang membuat wajah kesal dibuat-buat.
"Sialan, masih aja lo becanda."
"Lagian lo minta maaf mulu."
Tok tok
Jae membuka pintu ruangan Kalea perlahan membuat Kalea dan Chandra yang di dalam ruangan menoleh. Jae sedikit kaget kemudian menatap Chanda sekilas. Kalea bangkit dari duduk kemudian menghampiri.
"Jae? Ada apa?"
"Maaf menganggu, ini pak Wildan suruh saya kasih ke Kalea." Jae memberikan tas yang di terima oleh Kalea.
"Kalau begitu saya permisi," pamit Jae kemudian menutup pintu.
Chandra yang mengamati Jae jadi mengernyit, "Itu yang namanya Jae yang sering lo omongin sama Wildan?"
Kalea yang melihat raut wajah Jae sedikit aneh entah kenapa jadi gelisah.
"Le?"
Kalea tersentak, "Kenapa?"
"Itu Jae yang sering lo omongin sama Wildan?" ulang Chandra.
Kalea mengangguk kemudian mengambil tas Jae yang Wildan titipkan padanya, "Iya. Chan, lo duluan aja kalau mau ke ruangan Wildan ya, gue mau samperin Jae bentar."
Kalea keluar ruangan dengan mempercepat langkah untuk menghampiri Jae yang sudah berdiri di depan lift dengan ponsel di tangan. Kalea menepuk bahu pria tinggi itu membuat Jae menoleh.
"Jae."
"Iya?"
"Tadi bukan siapa-siapa."
Jae mengernyit, "Kalau bukan siapa-siapa nggak mungkin lo ngobrol bareng sampe ketawa-tawa dengan leluasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Our Life - DAY6 ✔️
FanfictionKisah mereka yang tak sabar untuk menikmati dan membuat kenangan baru di masa muda. Tapi masa muda itu tidak selalu punya sisi yang indah, tidak selalu hanya berisi kebahagiaan. Tapi setiap manusia pasti ingin mempunyai kenangan yang menyenangkan da...