06. Pertemuan Pertama

634 80 17
                                    

Biasanya ketika Wildan bosan atau sedang libur, pria itu akan pergi ke Panti Asuhan untuk menghibur diri dan bermain bersama anak-anak. Wildan sangat menyukai anak kecil, pria itu akan jadi sangat amat lembut ketika bersama anak-anak. Karena kecintaannya pada anak kecil, saat masuk sekolah menengah atas Wildan menyampaikan niatnya pada orang tua untuk mendirikan Panti Asuhan yang tentu saja di setujui oleh kedua orang tua Wildan.

Kecintaannya pada anak kecil kadang membuat Wildan rela untuk izin tidak masuk kantor jika pekerjaan sedang tidak banyak. Pernah suatu hari Wildan terlambat masuk kantor hanya untuk menunggu seorang anak laki-laki yang terpisah dari Ibunya di jalan, Wildan menemani dan memastikan anak itu kembali bersama Ibunya. Wildan juga pernah pergi malam-malam ke Panti hanya untuk seorang anak perempuan yang menangis karena ingin makan malam bersamanya, namanya Nadine.

Wildan sering sekali ke Panti walaupun hanya bisa membantu sedikit, kadang Wildan juga suka makan bersama anak panti, hitung-hitung menghilangkan stress karena kerjaan. Enam Kawan pun tau, jika Wildan terlambat pulang, palingan dari panti atau nggak lembur kerja.

Jumat sore menjadi jadwal Wildan berkunjung ke Panti. Biasanya habis pulang kantor Wildan langsung ke Panti karena besoknya libur, jadi Wildan bisa bermain di Panti sampai larut malam, tidak jarang juga Wildan sampai menginap karena menurutnya sangat nyaman.

Baru saja Wildan membuka pagar yang tinggi sedada, Wildan langsung disambut oleh anak-anak yang kebanyakan perempuan, berebut untuk dipeluk Wildan.

"Mas Wildan!"

Wildan spontan jongkok, memeluk beberapa gadis kecil di hadapannya.

"Hari ini belajar apa?" tanya Wildan dengan senyum cerahnya.

Para gadis kecil di hadapan Wildan menjawab bersamaan dengan suara keras membuat Wildan bingung harus mendengarkan yang mana dulu.

Wildan melihat arloji di tangan kiri, "Masuk yuk, udah waktunya makan buah nih."

Para gadis kecil itu berlari sembari menarik tangan Wildan untuk segera masuk. Sedangkan Wildan hanya menurut di tarik oleh anak-anak.

Seorang wanita lewat membuat Wildan menoleh bahkan sampai memutar kepala dengan tangan yang masih ditarik oleh para gadis kecil. Wanita tadi menutup pintu pagar, kemudian kembali masuk.

Kayak nggak asing? Batin Wildan.


Wildan mendudukan diri di samping Nadine, sesekali meladeni omongan Nadine yang terus mengajaknya bicara. Pandangan Wildan kembali pada seorang wanita yang menutup pagar tadi.

"Nadine, Mas Wildan mau tanya, kakak yang rambutnya di iket itu siapa namanya?" tanya Wildan menunjuk wanita dengan rambut panjang di ikat sedang menata buah di meja makan namun membelakanginya.

"Oh, itu Mbak Lena."

Wildan mengernyit. Nama yang asing untuk di Panti karena rata-rata Wildan tau nama pengurus di sini. Namun, beberapa detik kemudian Wildan mengerjap, nafasnya seakan tertahan. Wildan kembali melihat wanita bernama Lena, mencoba mencerna apa yang Nadine bilang.

Lena? Milena?

"Kok Mas nggak pernah lihat ya?"

"Mbak Lena biasanya ke sini cuma hari senin sampai Rabu Mas, itupun malem. Terus habis itu kerja gitu deh setauku," jawab Nadine.

Time of Our Life - DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang