23. Menjemput

296 44 3
                                    

Kalea menghela nafas lega sembari merenggangkan persendian yang terasa tegang karena seharian hanya duduk di depan laptop. Kalea menyenderkan tubuh sejenak kemudian membereskan barang-barang di atas meja. Setelah semua beres Kalea keluar ruangan berjalan menuju lift. Hari ini Kalea lembur, area perkantoran sudah mulai sepi dengan pencahayaan ruangan yang mulai redup. Kalea melihat arloji di tangan kiri, sudah pukul 9 malam rupanya.

Kalea memijat leher, "Biar di rumah nggak usah kerja lagi, deh." gumamnya.

Ponsel di saku baju Kalea bergetar, menampilkan nama Wildan di sana

"Iya, Wil?"

"Udah selesai?"

"Udah, ini gue mau pulang."

"Naik apa jadinya?"

"Ojek online paling, kenapa?"

"Maaf ya Le, gue malah tiba-tiba nggak bisa anterin lo."

"Santai, perut lo udah mendingan?"

"Alhamdulillah udah nih."

"Syukur deh."

"Le, lo ke lobby aja, udah ada yang nungguin."

Kalea mengernyit, "Siapa? Jangan nakutin gue deh, udah malem nih di kantor juga udah sepi."

Di seberang sana Kalea bisa mendengar Wildan terkekeh, "Lo turun aja dari jam 7 an udah di tungguin."

"Siapa sih?"

"Turun aja di bilang. Hati-hati, gue tutup."

Sambungan dari Wildan terputus.

Kalea melihat sekeliling membuat bulu kuduknya berdiri, Wildan sukses membuatnya merinding. Kalea berusaha tenang dengan tidak berpikir yang aneh-aneh. Pintu lift terbuka, Kalea menekan tombol 1 menuju lobby.

"Tarik nafas, hembuskan. Tarik nafas, hembuskan, tenang Kalea."

Layar di dalam lift menunjukkan angka 1, pintu lift terbuka tapi Kalea tidak langsung keluar. Kalea mengeluarkan kepalanya sedikit untuk mengintip, netranya melihat kanan dan kiri untuk memastikan. Kalea keluar lift perlahan, beberapa lampu sudah mati tapi untungnya masih ada beberapa cahaya membuat ruangan itu tidak menjadi sangat gelap.

Kalea melangkahkam kaki sedikit cepat menuju pintu utama. Gesekan antara sepatunya dan lantai bergema di seluruh ruangan. Jantung Kalea berdebar makin kencang ketika mendengar langkah kaki lain selain dirinya. Beberapa kali langkah Kalea terhenti untuk mendengar langkah tadi tapi Kalea tidak berani menoleh ke belakang. Kalea kembali melangkah perlahan tapi langkah lain itu ikut bergerak.

"SIAPA SIH?!" teriak Kalea ketika merasa ada seseorang yang menyentuh bahunya.

Kalea terlonjak kemudian menoleh dengan mata yang melebar. Buat apa pria ini di sini?

"Berisik."

"Ngapain?!"

"Kata Wildan lo lembur."

"Ya terus?"

"Temenin gue makan."

Kalea mengernyit, matanya mengerjap menatap Jae dengan bingung. Kalea mengatur nafas yang masih naik turun sambil mengamati penampilan Jae yang menggunakan hoodie hitam dengan kupluk di kepalanya, pakaian serba gelap makin membuat Kalea takut karena Jae terlihat seperti slenderman, apalagi tubuh Jae tinggi.

Time of Our Life - DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang