43. Ungkapan

287 52 1
                                    

Brian menatap jendela ruang kerja kemudian menghela nafas panjang. Tatapannya tampak kosong tapi pikiran bercabang ke segala arah. Setelah kejadian Rena melihatnya bersama Yana di cafe beberapa tempo lalu, Brian belum mempunyai nyali untuk menghubungi wanita itu. Entah kenapa Brian seperti merasa bersalah? Kemarin setelah pulang kantor Brian sempat berhenti di dekat toko Rena tapi Brian hanya melihat dari jauh tidak berani menghampiri. Brian hanya ingin memastikan bahwa Rena baik-baik saja. Melihat senyum Rena dari jauh sudah cukup membuat Brian sedikit tenang setelah beberapa hari gelisah.

Brian mengambil ponsel mencari nama Rena di sana. Brian menatap nama itu dengan ragu sejenak. Setelah meyakinkan diri, Brian menekan lalu menempelkan ponsel di telinga kanan.

Brian mengulum bibir, menunggu sambungan di angkat sembari mengetuk-ngetuk jari di atas meja dengan jantungnya yang mulai berdebar cepat.

"Hallo?"

Brian terlonjak ketika sambungan di angkat membuat Brian jadi menegakkan badan.

"Serena?"

"Iya, ada apa?"

Brian meneguk saliva, pandangan yang tadi lurus kini menjadi ke segala arah. Brian bangkit dari duduk, tangan kirinya memegang pinggang, sesekali mengulum bibir.

"Tara?"

Brian mengerjap, otaknya seakan tidak bekerja dengan baik, padahal hanya ingin menawarkan makan malam bersama tapi bibir Brian terasa kelu.

"Di toko?"

"Iya di toko."

Brian diam lagi sampai suara bel dari seberang telepon terdengar, ada pelanggan datang.

"Gue mat—"

"Pulang kerja gue ke toko lo, kita makan bareng oke? Selamat kembali bekerja!" Brian mematikan sambungan.

Brian mendudukkan diri sembari memegang dadanha yang berdegup kencang. Mata Brian mengerjap beberapa kali, memikirkan apa yang baru saja di lakukan.

"Tadi gue ngapain sih?"

Di seberang sana, Rena menatap ponsel dengan heran, tapi kedua ujung bibirnya berhasil terangkat.







Brian membuka pintu toko perlahan. Bel pada pintu terdengar seantero cafe membuat Rena yang sedang membereskan gelas di salah satu meja menoleh. Brian tersenyum pada Rena kemudian mendudukkan diri di salah satu bangku.

Brian duduk dengan tenang sambil melihat sekitar. Senyum Brian makin mengembang ketika Rena menghampiri.

"Udah laper ya?" tanya Rena duduk di depan Brian kemudian mengikat rambutnya.

Sorot mata Brian meneduh, memperhatikan Rena yang sibuk mengikat rambut kemudian merapihkan pakaiannya. Cantik.

"Tara?"

Brian terlonjak, kembali fokus pada pertanyaan Rena yang sebenarnya tidak Brian dengar.

"Iya? Kenapa?"

"Udah laper?"

Brian mengangguk.

"Mau makan di mana?"

Brian mengangkat bahu. Sebenarnya Brian belum merencakan apapun karena tadi juga mengajak Rena secara mendadak.

Rena melihat jam dinding, sudah pukul 8 malam. Matanya mengitari seisi toko, hanya tinggal satu pelanggan.

"Gimana kalau gue masak aja? Kebetulan masih ada spaghetti, mau?" tawar Rena.

Brian mengangguk menyetujui.

Time of Our Life - DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang