Brian terus melihat sekitar, mencari seseorang tapi tidak kunjung melihat. Tidak ada, Rena tidak datang. Brian menghela napas, sedikit kecewa karena memang berharap.
"Cari siapa, Mas?" tanya Doddy yang memperhatikan Brian terus melihat sekitar.
"Enggak."
"Eh iya, Mas Wildan sama Mas Jae masih di depan?" tanya Doddy dengan minuman di tangan.
Brian mengangguk, "Wildan lagi samperin Milena. Mas Jae samperin Kalea."
Shaka menoleh, "Jae kenal sama Kalea?"
"Kenalan pas Mas Jae anterin berkas ke kantor Wildan."
Shaka mengangguk, "Langsung pada balik?" tanya Shaka sambil memasukan gitar ke dalam tas.
Brian berdiri, "Gue duluan ya, mau mampir dulu."
"Lo balik malem banget nggak?"
Brian tampak berpikir sejenak, "Enggak tau, kenapa?"
Shaka melempar kunci yang berhasil Brian tangkap, "Kebiasaan. Kunci rumah kan udah pada punya masing-masing jadi jangan lupa selalu di bawa kalau pulang malem. Punya lo nggak lo bawa kan?"
Brian terkekeh, "Maaf lupa. Kalau gitu gue duluan ya. Makasih, Shak!"
"Hati-hati Bri."
"Hati-hati, Mas."
.
Rena kembali memasukkan baju yang sudah di lipat ke dalam lemari. Dering ponsel di atas kasur membuat pergerakan Rena terhenti. Rena mengambil ponsel, dahinya berkerut ketika membaca siapa nama penelepon.
"Halo?"
"Serena, tadi kenapa nggak dateng? Lo sakit?"
"Enggak apa-apa, gue tutup dulu ya."
Rena menidurkan diri, menutup seluruh wajah dengan selimut. Ponsel yang berada di sampingnya kembali berbunyi membuat Rena menurunkan selimut. Rena menoleh, ponsel terus menyala menampilkan nama Brian di sana.
Rena mendudukan diri kemudian mengangkat.
"Kenapa?"
"Turun bentar."
Rena menaikan satu alis, melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Udah malem, lo ngapain?"
"Bentar aja."
"Lo bohong kan?"
"Beneran, Serena."
Rena mematikan sambungan kemudian turun dari kasur, mengambil cardigan yang mengantung di belakang pintu kemudian keluar kamar. Rena membuka pintu gerbang kost dengan pelan, kepalanya sedikit keluar memastikan apa benar Brian ada di depan atau tidak.
Tubuh tinggi dengan garis punggung tegap yang pertama Rena lihat saat membuka gerbang. Rena memperhatikan Brian, pria itu memakai jaket hitam dengan pipi gembulnya yang terangkat, tersenyum cerah walau langit sudah gelap.
"Lo gapapa?"
Rena mengangguk, "Udah malem, mending lo istirahat. Tadi habis manggung juga kan."
"Kebetulan gue lewat."
"Bukannya habis manggung?"
"Iya terus ini mau pulang sekalian mampir ke lo."
Kost Rena dan kontrakan Brian berdekatan, hanya beda blok saja. Malam di mana Brian dan Rena bertemu di Cafe membuat keduanya menjadi dekat membuat Brian jadi tau di mana Rena tinggal. Awalnya Brian cukup terkejut karena ternyata Rena ngekost di dekat rumahnya tapi Brian juga bersyukur di saat yang bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Our Life - DAY6 ✔️
FanficKisah mereka yang tak sabar untuk menikmati dan membuat kenangan baru di masa muda. Tapi masa muda itu tidak selalu punya sisi yang indah, tidak selalu hanya berisi kebahagiaan. Tapi setiap manusia pasti ingin mempunyai kenangan yang menyenangkan da...