"Mau aku jemput?" tanya Wildan dari seberang telepon.
"Aku sama Mas Bri aja biar sekalian."
"Kabarin aku kalo udah di rumah."
"Aku ke kontrakan kamu dulu boleh?"
Di seberang sana Wildan tampak mengernyit, tumben, "Boleh, ke sini aja."
"Ada yang mau aku omongin, aku tutup ya. Assalamualaikum."
.
Setelah merapihkan meja kerjanya, Milena pergi menuju ruangan Brian. Milena mengetuk pintu kemudian membuka dengan pelan melihat seisi ruangan. Brian tampak sedang mengetik di laptop dan Matheo yang sedang berdiri sambil teleponan.
"Sini," panggil Brian.
"Gapapa kan nunggu dulu?" tanya Brian mempersilahkan Milena untuk duduk.
Milena mengangguk kemudian duduk disamping Brian, "Iya, kerjain aja dulu, santai."
Milena membuka aplikasi streaming music pada ponsel kemudian mengambil earphone lalu memakainya. Milena menidurkan kepala dengan jaket Brian sebagai bantalan, bibirnya mencicit kecil mengikuti lagu yang berputar.
"Kata Pak Arman meeting besok lo yang pimpin, Bri."
Milena mengangkat kepalanya lalu mendelik, kembali menidurkan kepala. Ada perasaan menyesal karena mengangkat kepala ketika Matheo bersuara.
Matheo mendudukan diri di depan Milena, melihat Milena dengan senyum lebarnya, "Tumben ke sini?" tanyanya.
Milena tetap menidurkan kepalanya berpura-pura tidak mendengar.
"Nunggu gue," sahut Brian.
Matheo mengangguk masih melihat Milena lagi.
"Mil, Milena."
"Milena."
"Milenaaaaa."
"Mi, mi, mi, mi, mi, mi, mi."
"Mi, mi, mi, only Milena."
"Mi, mi, mi, sexy Milena."
Dalam pejaman Milena misuh-misuh sendiri, menahan amarah yang kapan saja bisa meledak. Telinganya panas karena terus dipanggil.
Brian tertawa, "Theo diem. Kesian noh temen gue udah muak dengar lo."
Milena mengangkat kepala, menatap tajam Matheo di depannya sedangkan pria itu tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.
"Aduh, akhirnya aku di notice juga," katanya.
Milena menghela napas, mencoba sabar, "Bisa diem nggak?" tanyanya dengan senyum terpaksa.
"Gimana gue mau diem, lo aja gak nyautin gue ngomong."
"Apa?"
"Gapapa, manggil aja," kata Matheo lalu bergeser duduk disamping Brian.
"Takut diterkam macan betina." bisik Matheo pada Brian.
"Rese sih lo," balas Brian tertawa.
Milena mengelus dadanya sabar, mengatur napas agar tidak marah. Kenapa sih yang namanya Matheo itu rese sekali? Memangnya Milena tuh tampang yang gampang diusilin ya?
Milena melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya, satu jam Milena menunggu Brian yang masih membahas materi untuk meeting besok. Milena sesekali melihat ke arah Brian yang sibuk berdiskusi dengan Matheo.
"Mas Bri, udah?"
"Dikit lagi."
Untung saja Milena kenal juga dengan Matheo, jadi dirinya tidak merasa canggung karena harus menunggu Brian sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Our Life - DAY6 ✔️
FanficKisah mereka yang tak sabar untuk menikmati dan membuat kenangan baru di masa muda. Tapi masa muda itu tidak selalu punya sisi yang indah, tidak selalu hanya berisi kebahagiaan. Tapi setiap manusia pasti ingin mempunyai kenangan yang menyenangkan da...