52. Berharganya Masing-masing dari Kita

296 40 3
                                    

Satu bulan kemudian setelah pindahnya Wildan.





Brian dan Doddy sedang makan sambil nonton TV di sofa sesekali tertawa lalu memasukan kembali nasi uduk depan komplek langganan mereka ke dalam mulut. Bunyi ponsel menarik perhatian Brian membuat pria itu mengalihkan pandangan lalu mengangkat telepon.

"Kenapa, Wil?" tanya Brian yang masih sesekali mengunyah.

Kunyahan di mulut Brian berhenti seketika berganti dengan wajah kaget dan panik.

"Hah? Iya gue ke sana sama Doddy sekarang." Brian bangkit dari duduk lalu menaruh makanan di meja kemudian lari ke kamar mengambil jaket miliknya dan jaket Doddy.

Brian melempar jaket pada Doddy membuat Doddy yang tidak tau apapun heran.

"Mas Bri kenapa?"

"Pake jaket lo. Shaka kecelakaan, telepon Mas Jae suruh nyusul ke Rumah Sakit sekarang," kata Brian sembari memakai jaket kemudian mengambil kunci mobil.

Semenjak pindahnya Wildan yang biasanya di kontrakan ada dua mobil sekarang tinggal satu, tinggal mobil Jae. Karena itu beberapa hari lalu Brian mengambil mobil di rumah orang tuanya untuk di bawa ke kontrakan.

Mata Doddy membelalak lalu langsung mengambil ponsel di saku celana sambil memakai jaket.

"Rumah Sakit mana?"

"Pas udah di mobil gue kirim alamatnya nanti tolong lo telepon dia ya, gue yang nyetir."

Doddy menahan Brian, "Mas, lo lagi panik. Gue aja yang nyetir daripada kita kenapa napa di jalan, lo telepon Mas Jae."

Brian menatap Doddy dengan napas yang naik turun. Brian sempat menolak tapi akhirnya mengangguk menyetujui.

Doddy mengambil minum di meja kemudian memberikan pada Brian, "Minum dulu, lo belum minum tadi."





.





Brian dan Doddy berlari menuju resepsionis Rumah Sakit dengan panik membuat beberapa orang memperhatikan mereka karena suara langkah yang cukup keras.

"Permisi mbak, pasien atas nama Shaka Adhinatha ruang berapa ya?"

"Saya cek dulu, ya."

Doddy mengetuk-ngetuk jari di meja resepsionis dengan gelisah, "Maaf mbak bisa agak cepet? Saya sama Mas saya panik nih."

"Pasien atas nama Shaka Adhinatha di lantai 2 kamar nomor 5."

"Makasih mbak," balas Brian dan Doddy bersamaan kemudian berlalu.

Brian dan Doddy berlari kecil menuju lift dengan terburu-buru. Perasaan gelisah merasuki mereka. Mata Brian tidak henti-hanti melihat ke layar kecil dekat tombol lift, menunggu tulisan di sana berubah menjadi Lobby dengan cepat.

"Anjing, lama banget." kesal Brian.

Bel lift terdengar, pintu terbuka. Brian dan Doddy menaiki lift dengan gusar, padahal hanya lantai dua tapi terasa sangat lama. Layar di ujung kanan lift menunjukkan angka 2 tidak lama pintu lift terbuka. Brian dan Doddy segera keluar kemudian menelusuri lorong sambil melihat angka-angka yang tertera di depan pintu.

Time of Our Life - DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang