Wildan duduk di ruang tengah dengan pandangan melihat TV yang menyala tapi tidak di tonton. Wildan mengusap wajah, pikirannya masih terus teringkat kejadian kemarin. Wildan menghela nafas panjang, semua terasa telalu mendadak untuk Wildan pahami sepenuhnya.
Brian yang baru pulang memperhatikan Wildan yang terus saja mengusap wajah dengan kasar, helaan nafasnya terus keluar membuat Brian mengernyit.
Sudah ada lima belas menit Brian duduk di samping Wildan tapi cowok itu tetap diam, bahkan sepertinya tidak menyadari kehadiran Brian yang duduk tepat di sampingnya. Brian yang masih mengamati mulai takut, takut Wildan kesurupan atau semacamnya, sementara tangan kanan Brian sudah siap menekan tombol call sewaktu-waktu jika satpam komplek di perlukan.
"Wil."
"Wildan."
"Wildan!" senggol Brian.
"Iya? Apa? Kenapa?" Wildan terlonjak kemudian menoleh.
"Kenapa sih?" tanya Brian heran.
"Hah?"
"Lo kenapa?" ulang Brian mencoba memastikan.
"Mas."
"Hah?"
"Gue ngeliat Nana masa."
"Wajarlah, lo punya mata ya bisa liat," kata Brian.
Brian menyenderkan tubuh di sofa kemudian membelakak ketika menyadari sesuatu.
"LAH? KOK BISA?" pekik Brian.
"Mas Bri, suaranya kecilin dong," teriak Doddy dari kamar.
"Yang bener lo?" sahut Shaka yang tiba-tiba keluar dapur kemudian ikut nimbrung.
Wildan menggeleng, tubuhnya melemas, "Enggak tau, tiba-tiba."
"Lah udah pada pulang?" tanya Brian yang baru menyadari Shaka dan Doddy sudah ada di rumah.
"Udah dari tadi. Lo aja yang kelar kerja bukannya langsung pulang malah kelayapan dulu," balas Shaka.
"Gue tuh mencari pundi-pundi uang di tempat lain juga tau!"
Shaka duduk di samping Wildan, "Beneran? Lo kangen kali sama dia makanya sampe kebawa nyata?"
Wildan menggeleng, "Enggak. Ini beneran ngeliat, lebih tepatnya ketemu."
"Masa sih?" tanya Brian tidak yakin.
"Beneran, sampe makan bareng kok."
Wildan menghela nafas berat. Kepalanya pusing, udah pusing kerjaan, ditambah kok ini Milena bisa muncul dadakan, padahal bukan tahu bulat, cukup buat Wildan jadi tidak tenang.
"Bukannya seharusnya lo seneng?" tanya Shaka dengan cemilan di tangan.
"Mau," Brian mengulurkan tangan ikut masuk ke dalam toples bening isi keripik.
"Harusnya, kan?" Wildan menatap Shaka kemudian Brian bergantian.
"Lo kan udah nunggu Milena lama, sampe gue takut lo homo gara-gara kelamaan nggak deketin cewek," celoteh Brian, kembali memasukan kripik ke dalam mulut.
"Ada apa nih? Serius amat udah kayak lagi ngomong sama dosen," kata Doddy yang baru keluar dari kamar.
"Dot," panggil Wildan.
"Iya?"
"Nana sama lo masih sering chatan nggak sih?"
Kening Doddy mengkerut, "Jarang sih, Mas. Kenapa?"
"Tadi gue ketemu Nana."
Doddy memukul dadanya, keselek.
"Doddy, iler lo terbang-terbang ih," sahut Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Our Life - DAY6 ✔️
FanficKisah mereka yang tak sabar untuk menikmati dan membuat kenangan baru di masa muda. Tapi masa muda itu tidak selalu punya sisi yang indah, tidak selalu hanya berisi kebahagiaan. Tapi setiap manusia pasti ingin mempunyai kenangan yang menyenangkan da...