Hari yang Jae hindari akhirnya tiba, hari pernikahan Sonia. Jae berkali-kali menelan saliva merasa tegang, jantungnya berdetak cepat membuat napasnya memburu. Jae dari tadi hanya diam duduk di sofa sambil menunggu yang lain. Akhirnya mereka berangkat berlima walaupun undangan hanya satu, buat Jae doang. Tapi semuanya kenal dekat dengan Sonia secara dulu pacaran sama Jae saja sudah lama sebelumnya. Alasan kenapa mereka akhirnya ikut menemani Jae adalah biar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, jaga-jaga.
Satu persatu mulai keluar dari kamar masing-masing, Jae memperhatikan Shaka, Brian, Wildan dan Doddy kemudian berdecak.
"Kenapa harus seragaman gini sih?"
"Tamu Sonia pasti banyak, apalagi temen-temen youtubenya," sahut Brian merapihkan kerah baju.
"Biar gampang dicari kalau ada yang hilang," balas Doddy.
"Ide siapa sih ini?" tanya Wildan yang sebenarnya tidak setuju kalau harus seragaman.
Jae, Brian dan Doddy menunjuk Shaka.
"Gue adanya batik doang. Sekali-kali kita seragaman biar kompak."
"Mau naik mobil siapa?" tanya Doddy yang ingin mengambil kunci mobil.
"Bensin gue tinggal dikit, belum isi," sahut Wildan.
"Mobil gue," kata Jae.
Doddy mengambil kunci mobil Jae kemudian melempar yang berhasil Jae tangkap.
"Tapi gue gamau nyetir."
Shaka mengambil kunci dari tangan Jae, "Gue aja sini yang nyetir." kemudian keluar rumah di ikuti yang lain.
"Gue di depan sama Shaka," kata Brian sambil mengunci pintu rumah.
"Dih, nggak tau diri emang. Masa yang punya mobil di belakang."
Jae, Brian, Wildan dan Doddy berdiri di depan mobil masih membicarakan posisi duduk, sedangkan Shaka sudah di dalam mobil menyalakan mesin.
"Lo di depan aja gapapa, Bri," kata Jae kemudian membuka pintu mobil belakang.
Brian memeletkan lidah pada Wildan kemudian segera duduk di kursi depan.
"Gue nggak mau duduk di tengah ya," kata Doddy.
"Gue juga," kata Jae masuk mobil duluan.
"Gue deh gueeee," balas Wildan.
Brian menoleh ke belakang, "Lagian kan badan lo pada kecil-kecil, jadi paslah bertiga di belakang."
Selama perjalanan Jae lebih banyak diam dan melihat keluar jendela membiarkan matanya dimanjakan dulu dengan langit malam sebelum nanti matanya akan dihiasi oleh bulir airmata. Tidak sekali hembusan napas beratnya terdengar membuat yang lain sesekali menoleh ke arah Jae. Wildan sendiri jadi kepikiran, padahal biasanya Jae bakal berisik banget kalau lagi jalan berlima tapi kali ini Jae tidak membuka mulut sama sekali.
Brian melihat Jae dari kaca spion tengah, "Mas, gue nanya serius nih."
Jae menoleh, "Apa?"
"Yakin mau dateng?" tanya Brian.
Shaka ikut melihat Jae, "Kalau lo nggak mau gapapa. Nanti di depan gue putar balik terus kita cari tempat lain aja."
Jae diam beberapa menit untuk berpikir. Sejujurnya Jae ingin datang tapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam Jae merasa belum siap untuk melihat Sonia kembali.
"Nggak usah dipaksa kalau gamau," sahut Wildan.
Jae menghela napas sebelum menjawab, "Datang aja, kita kan udah di undang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Our Life - DAY6 ✔️
ФанфикKisah mereka yang tak sabar untuk menikmati dan membuat kenangan baru di masa muda. Tapi masa muda itu tidak selalu punya sisi yang indah, tidak selalu hanya berisi kebahagiaan. Tapi setiap manusia pasti ingin mempunyai kenangan yang menyenangkan da...