Minggu siang yang biasanya salah satu dari mereka pasti ada aja yang pergi tapi kali ini semua berkumpul di ruang TV sembari melakukan kegiatan masing-masing. Ada Shaka dan Brian yang menonton TV, tidak lupa snack di tangan masing-masing, Jae yang lagi makan di meja dengan ponsel di tangan kiri sedang menonton video cover lagu Enam Kawan dan Doddy yang selonjoran di atas karpet sambil main game.
"Mas suara TV-nya kecilin dong, suara dari game gue nggak kedengeran." pinta Doddy tanpa menoleh.
"Suara lo tuh kecilin, gede banget kayak dosa," balas Brian tapi tetap mengambil remot lalu mengecilkan suara.
Wildan keluar kamar dengan handuk yang menggantung di leher. Air dari rambut Wildan masih menetes membuat Shaka berdecak.
"Rambut keringin dulu, gue udah ngepel."
Wildan duduk di samping Doddy kemudian menatap teman-temannya bergantian yang sedang fokus dengan kegiatan masing-masing.
"Ada yang mau gue omongin," kata Wildan membuat semuanya menoleh bersamaan sekilas.
"Penting nggak? Kalau nggak gue mau lanjut main," tanya Doddy tanpa menoleh.
"Penting."
"Oke gue berhenti." Doddy mengangguk kemudian mematikan ponsel lalu mengubah posisi duduknya menghadap Wildan.
Jae yang kebetulan sudah selesai makan ikut gabung duduk di karpet, "Kenapa?"
Wildan menatap Jae, Shaka dan Brian bergantian, "Gue minta izin mau ngelangkahin Mas Jae, Mas Shaka sama Mas Brian."
Alis Brian terangkat, "Ngelangkahin?"
Wildan menarik napas kemudian menghembuskan dengan panjang sebelum kembali berbicara.
"Gue mau melamar Nana."
Tidak ada yang bersuara tapi raut wajah mereka cukup mengungkapkan keterkejutan. Mereka semua tau Wildan sering sekali mengatakan akan menikah Milena tapi tidak menyangka waktu itu akan tiba hari ini.
Jae menggaruk lehernya yang tidak terasa gatal, "Lo mau nikah?"
Wildan terkekeh kecil, "Lamar dulu mas, baru gue nikahin."
Shaka memperhatikan Wildan lekat-lekat, Shaka tidak melihat ada keraguan di sana. Entah kenapa Shaka selalu merasa yakin setiap Wildan mengambil keputusan, pria itu pasti selalu memikirkan dengan baik sebelum bertindak dan Shaka yakin Wildan sudah memikirkan ini semua dengan matang.
"Kenapa izin ngelangkahin?" tanya Shaka.
"Walaupun kita semua bukan saudara kandung tapi gue menganggap kalian semua kakak dan adek gue sendiri. Sebagian hidup gue juga tumbuh bareng kalian, jadi gue mau minta izin untuk ngelangkahin mas-mas karena kalian kakak gue."
Brian menatap Wildan, masih sedikit bingung dengan kabar yang tiba-tiba, "Wil, lo beneran?"
"Enggak bercanda kan?" Jae menimpali.
"Mana pernah gue bercanda menyangkut Nana."
Doddy menarik Wildan ke dalam pelukannya membuat Wildan terkejut, "Mas, semoga niat baik lo di lancarkan ya." Doddy menepuk-nepuk punggung Wildan.
Wildan tersenyum, "Aamiin. Doain ya, Dot."
Doddy melepas pelukan, "Bentar, kalau lo nikah lo pindah dong?" tanya Doddy dengan raut wajah yang sudah berubah.
Wildan mengangguk.
"Lo mau tinggal di mana? Jangan jauh-jauhlah," kata Brian.
"Gue udah bangun rumah, progresnya udah 90%."
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Our Life - DAY6 ✔️
FanfictionKisah mereka yang tak sabar untuk menikmati dan membuat kenangan baru di masa muda. Tapi masa muda itu tidak selalu punya sisi yang indah, tidak selalu hanya berisi kebahagiaan. Tapi setiap manusia pasti ingin mempunyai kenangan yang menyenangkan da...