20. I Would

344 45 4
                                    

"Selamat malam semuanya, selamat datang di Cafe Haru. Apa kabar? Setelah sekian lama akhirnya kami bisa tampil kembali nih," kata Shaka sambil memegang mic.

"Semoga kita semua selalu di beri kesehatan dari Tuhan ya. Untuk lagu selanjutnya kami akan membawakan lagu berjudul I Would," kata Jae.

"Oh iya, Wildan tidak ada yang mau di katakan nih?" tanya Jae melihat Wildan membuat seluruh tamu pun melihat Wildan.

Wildan melihat Enam Kawan satu persatu dengan tatapan bingung. Jae nih sengaja ya?

"Semoga lagu ini bisa menjawab semua pertanyaan yang ada di pikiran kamu."

"Kamu? Wah siapa nih?" tanya Brian dengan senyum di wajah.

Wildan mengulum bibir sambil menatap teman-temannya dengan tatapan kesal tapi Wildan coba tahan dengan senyuman.

"Buat yang punya pertanyaan."

Enam Kawan tertawa sementara Wildan sesekali melirik ke arah penonton, lebih tepatnya ke arah Milena.

"Oke yang belum pesan makan, ayo pesan. Karena galau juga perlu tenaga kan." Brian tertawa, "Bercanda, selamat menikmati penampilan dari Enam Kawan."

"Enjoy," kata Doddy.

Sedangkan di bangku penonton Milena bisa melihat raut wajah Wildan yang menggemaskan karena di goda oleh teman-temannya. Milena tersenyum kecil, pertanyaan ya? Apa sekarang Wildan bisa membaca pikiran Milena?

I'm sorry
Why was that
So hard to say back then?
Now
No matter how much I yell
You can't hear me
Seeing you walk away
I should've caught you then

One more time, back to that day
Just one more day, back to that time
If only I could go back
If I could go back
Oh I know I

I would hold you
So you won't be apart from me
For even a moment
I would give you my everything
I would have

Dari awal sampai sudah pertengahan lagu Milena dengan baik mendengarkan setiap kata yang Enam Kawan ucapkan dalam nyanyian. Milena bingung, sungguh. Bagaimana bisa mereka menciptakan lagu yang sangat menyakitkan seperti ini? Milena pernah bertanya pada Brian, inspirasi dari mana Brian dapat sampai bisa membuat banyak lagu.


"Gue biasa nulis bareng Wildan atau Mas Jae tapi lebih sering sama Wildan, sih. Biasanya gue dengerin cerita Wildan terus kata-katanya gue ubah jadi lirik."

"Wildan banyak cerita sama lo?" tanya Milena.

Brian mengangguk, "Iya. Mil, tau nggak? Pas lo putus sama Wildan, gue bisa nulis lirik lebih dari sepuluh lagu dari cerita dia doang," kata Brian saat itu.

"Lagu galau semua tapi," lanjut Jae.

Brian terkekeh, "Iya sih. Apalagi lagu yang Wildan tulis biasanya berdasarnya pengalaman dan perasaan dia sendiri. Entah kenapa setiap dia selesai nulis dan udah jadi lagu, gue seperti bisa mendengar dia bercerita lewat lagu itu."

Jae mengangguk, "Benar. Wildan lebih pake perasaan banget kalau mengekspresikan sebuah lagu."

Once more, back to those times
It would have been
Once more, back to those times

Thank you
Why was that
So hard to say?
Now
I can't even thank you
Anymore

Words I couldn't bear to say
I should've still told you

Time of Our Life - DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang