"Jangan pernah jadi pengecut, untuk terlihat hebat."
_________Semua murid berduyun-duyun keluar dari kelas, menuruni anak tangga, berlari masuk ke sebuah ruangan.
Suara teriakan beradu sengit terdengar keras dari luar, membuat semua khalayak menjadi penasaran.
Hari jum'at adalah pelajaran yang di tunggu-tunggu oleh pecintanya. Karena memang pelajaran ini, pelajaran dengan waktu paling sedikit.
Setelah melewati pelajaran bahasa Inggris yang hanya berputar-putar pada tenses dan grammar. Akhirnya, tiba juga pelajaran satu ini.
Kalian juga pasti merasakan bukan, dari dulu bahasa inggris hanya berputar-putar seperti obat nyamuk?
Tidak ada kemajuan yang signifikan. Namun, harus diakui, grammar dari dulu memanglah sulit.
Sekolah ini punya ruangan khusus untuk pelajaran olahraga. Diletakan di tengah—di sudut sekolah. Dengan ukuran 1/4 stadion bola, membuatnya sangat luas.
Bagi yang suka volly, tenis, dan cabang olahraga lainnya—akan mencari lapangannya sendiri.
Juga mereka yang gemar dengan basket akan membela timnya, berdiri di samping garis para penonton, memutari lapangan sambil bersorak-sorai memberikan support.
Galan yang tidak menyukai basket, ia lebih memilih duduk di kursi penonton sambil menikmati bukunya.
Meskipun suasana gegap gempita, tetapi ia masih bisa menikmatinya.
Dari dulu Galan lebih suka catur. Sebab, menurutnya permainan catur itu lebih estetik, karena tidak hanya mengandalkan tinggi dan ganteng, tapi juga otak.
Akan tetapi, semua itu kembali ke orangnya masing-masing. Toh, selera orang berbeda-beda.
"Kau tidak ikut main, Lan?" Suara Tania memecahkan kebisingan. Tubuhnya muncul dari balik punggung, ikut duduk.
Galan hanya menggeleng sambil menyeringai. "Dari dulu aku tidak bisa main basket," jawabnya santai.
Tania hanya tersenyum kecil mendengar jawabannya.
"Hai, Tania." Suara dua orang menyapanya dari belakang.
Siapa lagi kalau bukan Annchi dan Annche. Dua gadis keturunan Indo-Cina itu sudah seperti saudara bagi Tania.
Semua orang tahu mereka berdua, parasnya yang aduhai, matanya sipit, jika digabungkan dengan Tania mereka menjadi trio bintang di sekolah ini.
Annchi sendiri kakak dari Annche. Memang terdengar aneh nama mereka. Namun, jangan salah, jika nama mereka diartikan ke dalam bahasa Indonesia, artinya bidadari cantik. Sesuailah dengan kualitas kecantikannya.
Satu hal lagi mengenai mereka, bahwa mereka berdua—lebih suka di panggil dengan Chi dan Che---agar lebih simpel katanya.
"Hai, sini duduk Chi, Che." Tania menyambutnya sumringah.
Seruan tertahan, teriakan menyemangati bercampur jadi satu di depan mereka.
Yuri tak mau kalah, dengan heboh ia men-support Agat menggunakan grup Cheerleader-nya. Tidak jarang dari penonton ikut melonjak-lonjak girang, saat bola masuk ke ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)
General Fiction"Akan kubuktikan kalau aku, bukan orang yang lemah dan kalah!" ~Dari Galan, seorang anak miskin yang akan mengubah wajah Bangsa Indonesia. Langsung baca, pasti suka. Semoga kalian terinspirasi😊. Baca juga Sequelnya (Sang Pelopor) Follow jika berken...