Tolong kasih tahu kalau ada kata yang kurang tepat, atau typo🙏
Soalnya ngerjainnya sambil ngantuk.Happy reading.
***
Dengan berakhirnya Sertijab, maka usailah acara sakral ini. Wakil Kepala Sekolah beserta dewan guru keluar lebih dulu. Sebagai orang-orang yang terhormat, mereka sangat dinomor satukan—duduk paling depan, keluar paling depan. Untuk urusan panggung dan lainnya, biarkan Purna OSIS dan OSIS baru yang bekerja.
Namun, sepertinya urusan panggung tidak berjalan dengan semestinya. Sepeninggal dewan guru, komplotan Rey sekonyong-konyong berloncatan laksana kera. Tidak hanya satu dua orang, tapi berpuluh-puluh orang. Mereka menutup pintu, menghadang semua orang yang hendak keluar.
Sontak hal itu membuat seluruh mata terkejut, mulut-mulut meracau penuh tanya. Kericuhan merebak di atmosfer auditorium. Tidak terkecuali Galan dan teman-temannya.
"Ini apa lagi?" tanya Oscar tidak mengerti. Di depan sana, komplotan Rey berteriak-teriak tidak jelas.
"Wah, si biang kerok bikin ulah lagi." Dito berkomentar. Memandangi mereka dengan gemas.
Raka meremas jemari. Menggerakkan kepala. Suara patah-patah leher terdengar. Jika auditorium akan menjadi arena pertarungan, dia sudah siap.
Purna OSIS tidak tingga diam, mereka bergerak—maju ke depan pintu. Ikut memberikan perlawanan.
Sedangkan Rey, mendadak menyembul di atas panggung yang belum sempat dirapihkan.
"Selamat pagi, semua."
Kontan suara itu membuat semua orang tertoleh.
"Saya tidak sedang membuat kekacauan. Saya hanya ingin mendengarkan, suara kandidat dua yang jelas-jelas kalah."
"Brengsek!" Raka merutuk. Ia mengepalkan jemarinya lebih kuat lagi. Otot-otot dahinya mencuat, tercetak jelas.
"Apa dia bilang? Kalah?!" Galan mendengkus. Hawa panas seakan menyengat telinganya. Pancingan Rey tepat mengenai relung jiwa.
Rey mengerlingkan seringaian lebar ke segala arah. Kemudian berucap kembali.
"Kandidat dua!" Rey berseru memanggil Raka dan Galan. "Apa kalian malu?"
Tanpa disuarakan dua kali, dengan emosi yang memuncak—Raka langsung menerobos puluhan manusia. Namun, ketika hampir sampai panggung—mendadak empat orang menghalangi langkahnya.
Raka mencoba melawan, tapi sayangnya—jumlah mereka semakin banyak dan ia sendirian.
"Sebetulnya apa yang mereka inginkan?" gerutu Galan saat melihat sekumpulan orang tengah menghadang Raka.
Rey menarik senyum lagi, menatap Galan yang ada di belakang sana. "Kau, miskin. Maju!"
Kontan Galan terbelalak. Mendengkus keras. "Ini sudah kelewatan. Awas kau Rey!" Pekiknya.
Seketika sorakan nama Galan membumbung di langit-langit auditorium. Tepukan tangan bertalu-talu, seruan untuk maju—membuat hatinya panas.
"Bagaimana mungkin anak miskin sepertimu mau membawa sekolah ini ke ranah internasional, heh?" Rey berdecak, menggeleng. Tidak percaya.
"Jika program kerjamu ingin membawa sekolah ini ke Go internasional. Lantas bagaimana cara kalian memuluskan kinerja ambisi gila itu?!" Rey tersenyum remeh, sedangkan yang lain tertawa terbahak-bahak, seakan itu lelucon yang bagus.
Jika itu maunya—Baiklah, Galan terima. Tanpa pikir panjang, Galan maju. Kali ini tidak ada yang mencegahnya. Jalan terbuka lebar untuk Galan ke atas panggung. Purna OSIS tidak punya kuasa lagi, mereka ingin membantu—tapi kalah banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)
General Fiction"Akan kubuktikan kalau aku, bukan orang yang lemah dan kalah!" ~Dari Galan, seorang anak miskin yang akan mengubah wajah Bangsa Indonesia. Langsung baca, pasti suka. Semoga kalian terinspirasi😊. Baca juga Sequelnya (Sang Pelopor) Follow jika berken...