"Semua posisi pus up!" Baru saja datang, Rangkas langsung sensitif menyambut mereka.
Semua menurut, tidak ada yang berani membangkang atas perintahnya.
"Kalian merasa paling hebat, hah?!" Suara Rangkas menggentarkan telinga, membuat mereka diam tak berkutik.
"Kalian pikir saya tidak memperhatikan kalian di luar lapangan?" Dua senior lain ikut andil, mengawasi mereka yang curi-curi.
Semua hanya diam, belum tahu arah pembicaraan.
"Teman kalian sendiri, kalian permalukan? Dimana otak kalian?!" Rangkas memukuli pantat mereka yang menjulang ke langit.
"Ini nih calon-calon penghianat, sama teman saja kalian musuhan. Bagaimana mau menjaga NKRI kalau sesama saja tidak akur!" bentak Rangkas.
Rangkas melipat kedua tangannya di dada-aura wajahnya terlihat sangat menakutkan pagi ini.
"Kalian di sini itu saudara!" Raut wajahnya memperlihatkan kemurkaannya.
"Hanya karena kalian mampu, bukan berarti kalian bisa semena-mena!" Rangkas mulai menjelaskan arah bicaranya.
"Semua ambil sepuluh kali push up!" Seru Rangkas. "Yang serempak!"
Dengan segenap hati mereka melaksanakannya.
Selepas itu Rangkas tidak melanjutkan omelannya, ia hanya memberi sedikit nasihat terahirnya.
"Kehancuran bangsa dimulai ketika sesama saudara saling menjatuhkan. Kalian lihat di televisi, sesama petinggi negara-saling menggulingkan. Tidak peduli siapapun dia."
"Jika hari ini kalian sama saja dengan para petinggi itu, maka-masa depan bangsa Indonesia tidak akan jauh dari yang saat ini terjadi!"
Bersamaan dengan itu, di belakang sana, Yuri yang merasa tersindir seperti cacing kepanasan mendengar ceramah Rangkas.
Yuri berdecak tidak peduli. Bola matanya berputar-putar seperti orang yang tengah kesurupan. "Toh, ini hidupku. Apa urusanmu!" gerutunya dalam hati.
Rangkas mundur, seorang senior lain menggantikan posisinya. Ferdy-itulah tulisan yang tertera di papan nama bajunya.
Jika dilihat dari tubuhnya, ia sangat kurus. Dan wajahnya lebih ramah dari pada Rangkas.
Pertama-tama Ferdy memperkenalkan dirinya, lalu menceritakan sedikit kisahnya saat menempuh pendidikan di Paskib.
Kemudian setelah itu, barulah ia memulai aksinya. Mengambil alih barisan.
Ferdy mengintruksikan kepada mereka untuk keliling lapangan sebagai pemanasan. Tidak hanya satu kali putaran, melainkan lima putaran sekaligus.
Wajah-wajah ngos-ngosan terlihat. Ini adalah rekor bagi mereka. Lantaran sebelumnya mereka hanya tiga putaran.
Usai putaran kelima, ternyata pemanasan ini belum selesai---ada sederet pemanasan yang siap dijalani.
Di antaranya adalah push up, sit up, dan back up. Mereka melakukannya dengan kompak dan serempak.
Saat pemanasan hampir selesai, para senior lainnya segera turun ke lapangan---akan ada penyeleksian lanjutan. Katanya.
Orang yang pingsan kemarin, tidak bisa ikut seleksi ke fase berikutnya. Karena telah dianggap gugur oleh pelatih. Jadi untuk hari ini, calon anggota Paskib mulai berkurang jumlahnya.
Tidak buang-buang waktu. Para pelatih kemudian membagi pasukan dalam beberapa kelompok.
Sekitar sembilan pasukan yang terbentuk, dengan pelatih yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)
General Fiction"Akan kubuktikan kalau aku, bukan orang yang lemah dan kalah!" ~Dari Galan, seorang anak miskin yang akan mengubah wajah Bangsa Indonesia. Langsung baca, pasti suka. Semoga kalian terinspirasi😊. Baca juga Sequelnya (Sang Pelopor) Follow jika berken...