78. Senang Bukan Main

1.4K 637 236
                                    

Pagi-pagi sekali Galan dan Tania datang ke sekolah. Dan untuk kali pertamanya Galan dijemput Tania. Sebenarnya ada perasaan aneh yang menjelma ketika Tania memutuskan untuk menjemput.

Bagaimana tidak. Di dunia ini, mana ada gadis secantik Tania mau menjemput atau sekedar berteman dengan anak miskin? Rasa-rasanya ada, tapi seribu banding satu.

Benar atau tidak?

Di lihat dari luar, tampaknya belum ada yang datang. Mereka turun, bergegas ke ruang guru—mencari Pak Arman.

Kenapa mereka mencari Pak Arman? Karena Pak Arman-lah yang nantinya akan mengantarkan mereka ke tempat seleksi pertama.

"Terus mobilmu bagaimana?" tanya Galan ketika mereka berjalan menuju ruang BK.

Tania tersenyum simpul. "Tenang saja. Sopir rumah yang akan mengambil ke sekolah,"

Keduanya masuk ke lorong koridor. Berjalan cepat menyusuri puluhan meter selasar kelas. Hingga akhirnya, sampailah mereka di depan pintu ruang BP.

Galan mengetuk pintu sebelum kemudian diperintahkan untuk masuk.

"Silahkan masuk." Pak Arman mempersilahkan tanpa menoleh, tangannya sedang sibuk menata lembaran kertas.

Begitu masuk, Pak Arman mendongak. Ia tercenung melihat mereka berdua.

Dengan tas mengembang juga rambut yang sudah dipangkas sesuai persyaratan—mereka terlihat sangat gagah.

Apalagi kalau sudah memakai seragam PASKIBRAKA Nasional, atribut yang memukau akan membuat wajah menawan dari Galan sangat serasi bersanding dengan cantiknya Tania.

Pak Arman sempat membayangkan jika anaknya nanti segagah ini.

"Pak?"

"Pak?"

"Eh," Buru-buru Pak Arman mengelap wajahnya, salah tingkah. Ternyata dia melamun.

"Galan, tolong bawa berkas-berkas ini keluar." Pak Arman menyuruh Galan sembari memperbaiki mimik mukanya yang salah tingkah. Kenapa dia jadi aneh seperti ini? pikirnya.

"Kita berangkat anak-anak!" Pak Arman berseru. Membawa barang-barangnya ke parkiran mobil. Diikuti Galan dan Tania.

"Kita langsung parkiran mobil," ucapnya lagi.

Keduanya mengangguk.

"Kira-kira berapa jam perjalanan kita sampai ke sana, Pak?" Galan bertanya. Ini kedua kalinya ia keluar kota. Ia belum tahu persis letak latihannya di mana.

Pak Arman tampak berpikir. Kemudian menjawab, "mungkin ... tiga sampai empat jam. Tidak akan lama."

Pak Arman mengeluarkan mobilnya dari parkiran, lalu membuka bagasi belakang.

"Tunggu di sini. Jangan kemana-mana." Pak Arman berlari, kembali ke kantor. Ada yang ketinggalan, katanya. Mereka mengangguk, mengerti.

Sambil menunggu Pak Arman kembali, Galan dan Tania memilih membereskan barang-barangnya untuk dimasukkan ke bagasi mobil.

"Luar biasa!"

Entah darimana suara orang paling menyebalkan itu tiba-tiba muncul. Bertepuk tangan kecil seolah tengah memergoki maling.

Galan dan Tania mendongak. Menghentikan gerakan tangannya.

Rey? Kening Tania berkerut. Bagaimana bisa dia ada di sini? batinnya.

"Ouh, lihatlah. Setelah gagal jadi ketua OSIS, gagal jadi anggota Paskibra, Anak miskin ini mau jadi PASKIBRAKA? Sangat menakjubkan!" Rey geleng-geleng kepala. Ia berjalan sendiri tanpa didampingi antek-anteknya.

Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang