73. Persekongkolan yang mematikan

1.1K 541 34
                                    

Semenjak Galan berteman dengan kawanan Raka, keluar malam seolah menjadi rutinitas harian. Entah itu ke restoran maupun kedai kopi, pasti Raka mentraktirnya.

Juga malam ini, Raka tidak hanya mengajak Galan, tapi juga Dito, Oscar dan Tania. Mereka bertemu di restoran cepat saji yang beberapa hari lalu pernah dikunjungi.

Tadinya Raka mengusulkan untuk mengajak Rino, tapi usulan itu langsung ditolak oleh Galan. Katanya, Rino tidak mau ikut campur dulu dengan OSIS-apapun itu.

"Oke, It is okay." Begitulah tanggapan Raka ketika usulannya ditolak.

Sampai di restoran, mereka bergegas masuk, mencari meja yang menyediakan lima kursi.

"Di sana?" Tania menunjuk meja dekat kaca sebelah jalanan kota. Semua mengangguk, menyutujui. Kelimanya lantas berjalan santai ke arah meja persegi panjang itu.

"Pelayan! Mana pelayan!" Belum juga duduk, Dito sudah berseru memanggil pelayan. Oscar geleng-geleng melihat temannya satu ini, untuk urusan makan-paling semangat pokoknya.

Sambil menunggu pelayan datang. Mereka berbincang kecil.

"Kalian tahu, saat Galan menyebutkan cita-citanya-sebenarnya Rey itu ketakutan. Betapa tidak, cita-cita Galan diluar pemikirannya." Oscar terkekeh pelan."Itulah mengapa dia langsung menyuruh anteknya agar membuka pintu auditorium."

Tania dan Raka menoleh ke arah Galan yang duduk manis sambil mengangkat senyum tipis, tidak merasa disanjung.

Raka mengangguk pelan. "Ya, kau benar. Saat itu seketika semua suara sirna, lengang. Hanya beberapa orang yang tertawa-itu pun dari kalangan mereka yang tidak suka." Raka juga sependapat dengan Oscar.

"Memang bagaimana ekspresi Rey?" Tania menyahut. "Aku berdiri di kursi belakang, jadi tidak bisa melihat jelas ekpresinya."

Dengan senang hati Oscar beringsut dari kursi, memperagakan ekpresi Rey yang terperanjat persis macam badut ancol.

Kontan semua temannya tergelak. Raka tertawa, Tania menutup mulutnya kuat-kuat, Galan hanya tertawa kecil. Ada saja tingkahnya.

"Kalian mau makan apa?" Pelayan datang, Dito menanyakan kepada yang lain-menu apa yang akan mereka pilih. Tania dan Raka mengecek menunya.

"Chicken muffin with egg." Tania memilih salah satu nomor.

Kemudian Raka juga menujuk salah satu nomor. "Kalau aku ... Special fried chicken soup curry."

"Kalau berdua?" Dito gantian menoleh ke Oscar dan Galan.

"Samain sama Raka." Galan dan Oscar menjawab bersamaan. Mereka memilih yang praktis saja.

Sesuai label cepat saji, jadi makannya pun tidak perlu menunggu lama. Lima menit, para pelayan pembawa pesanan datang.

Makan malam yang hanya berlangsung satu jam itu menyebabkan kadar persahabatan mereka semakin kental. Dengan tambahan Oscar sebagai komedi, membuat dinner lebih menyenangkan. Tentu saja menyenangkan, selain menghibur-Oscar juga berhasil menghangatkan suasana.

Namun, tanpa disangka-beberapa menit setelah itu, suasana yang menyenangkan berubah pilu yang menyedihkan.

***

Sebagai penumpang gratis, Tania mengikuti semua prosedur dari Raka. Makan di restoran mana pun dia ikut. Juga saat Raka mengantar jemputkan Galan, dia ikut.

Sama seperti saat Raka pertama ke sini. Tania tercengang setengah iba melihat perkampungan Galan yang jauh dari kata wajah kota.

"Kau serius mau menggantikan posisiku jadi ketua OSIS di pemilu ulang?" Raka membahas ulang pernyataan Galan tadi siang.

Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang