Entah apa yang dipikirkan olehnya, OSN telah mengelabui daya pikirnya.
Sepanjang waktu istirahat, Galan berdiam diri di perpustakaan. Bukan untuk membaca novel seperti waktu lalu, tetapi untuk membuka materi tentang OSN.
Galan sadar, untuk meraih gelar sang juara OSN tidaklah mudah. Dia harus melewati berbagai macam seleksi, dari mulai tingkat paling rendah-sekolah, sampai ke tingkat paling tinggi-Provinsi.
Dua buku, bahkan tiga buku yang menjadi pegangannya sekarang. Sekaligus. Dia tidak tanggung-tanggung dengan apa yang menjadi impian jiwa mudanya. Galan duduk di sudut ruangan, menepi. Dia tidak mau ada yang menggangu.
Rencananya ia akan mengambil OSN jalur biologi. Yang kalau dilihat dari segi materi dan rumus, lebih mudah dan tanpa harus memusingkan pikiran yang pasti. Ketimbang kimia sama fisika, biologi jauh lebih mudah dimengerti. Ia sebetulnya ingin mengambil fisika, tapi waktunya hanya satu hari-tidak akan mungkin bisa mengulas semua materi.
Tiga puluh menit, Galan habiskan untuk membuka lembaran soal yang tahun kemarin dijadikan untuk ajang OSN. Tangan, mata serta otak-bergerak cepat, meraih lembaran demi lembaran buku. Melibas semua materi, tanpa ada yang luput sedikitpun. Ia tidak peduli siapapun yang ada di sekelilingnya. Pusat konsentrasinya hanya pada buku. Dan buku.
Tiga buku telah dibabat, Galan berdiri-mencari buku lain. Masih ada sekitar sepuluh menit untuk melahap materi biologi yang belum dipelajarinya.
"Kau terlihat semangat sekali, Lan." Tania tersenyum, mendekatinya.
Galan menyeringai, balas tersenyum kecil. "Yeah, begitulah."
"Jadi, kau ... Betulan ikut OSN?" Tanya Tania. Memastikan.
Galan mengangguk.
"Terus bagaimana dengan--"
"Ah! Jangan ganggu aku dulu, Tania!"
Mulut Tania tertutup. Dia tidak bermaksud menggangu, hanya ingin memastikan-agar temannya satu ini tidak salah ambil langkah. Tapi, ya-sudahlah.
"Oke, baiklah."Mereka kembali diam. Menikmati buku bacaannya sendiri. Tidak ada percakapan yang terlintas. Senyap. Seperti pengunjung lainnya.
Sepuluh menit kemudian.
Persis saat jarum jam diangka sepuluh. Bel berbunyi nyaring. Galan berdecak. Waktunya telah habis. Siap tidak siap dia harus siap. Seleksi pertama akan dimulai setelah istirahat.
Semua pengunjung keluar, Galan dan Tania mengambil langkah terakhir seperti biasa-kalau penjaga perpustakaan tidak meneriaki-mereka tidak akan keluar.
"Kau mau kemana, Lan?" Tania menghentikan langkah Galan yang berbeda arah.
"Aku mau ikut seleksi pertama. Kebetulan diadakan sekarang. Aku izin, bilang sama Mr. Keny, aku akan mewakili sekolah ini ke OSN mendatang."
Galan melanjutkan langkah, tidak menoleh sedikitpun ke belakang.
"Semoga kau berhasil, Lan."
***
Tempat seleksi tahap pertama ada di sekolah, jika Galan berhasil lolos di level ini-maka dengan mudah dia akan masuk ke level berikutnya.
Galan masuk, puluhan orang telah berkumpul di sana. Hampir seluruh kelas ada perwakilannya. Kecuali kelas dua belas, mereka sudah tidak diperbolehkan ikut serta. Karena beberapa bulan ke depan, mereka akan melangsungkan Ujian Nasional.
Di jam terakhir, Galan tidak masuk ke kelas-Ia mengikuti tes seleksi di auditorium bersama puluhan orang yang memiliki impian yang sama.
Pada seleksi kali ini, ada sembilan mata pelajaran yang dibuka, yakni di antaranya: biologi, fisika, kimia, geografi, IT, Ekonomi, astronomi, kebumian, dan matematika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)
General Fiction"Akan kubuktikan kalau aku, bukan orang yang lemah dan kalah!" ~Dari Galan, seorang anak miskin yang akan mengubah wajah Bangsa Indonesia. Langsung baca, pasti suka. Semoga kalian terinspirasi😊. Baca juga Sequelnya (Sang Pelopor) Follow jika berken...