Esok harinya. Tidak buang-buang waktu lagi—Kepala Sekolah segera melantik Ketua OSIS beserta jajarannya. Tidak ada istilah ketua OSIS sementara lagi.
Pagi-pagi sekali, Purna OSIS yang seharusnya sudah lepas tugas harus ikut terjun lagi. Guru-guru pun begitu, mereka sibuk menyiapkan ini, itu, ini, itu. Dari mulai dekorasi, panggung, kursi dan tatanan lainnya.
Persis saat waktu menunjukkan pukul 07:00 semua sudah siap, Kepala Sekolah naik ke atas podium. Galan dan Raka maju, di susul Ferdy—karena Rey tidak ada, jadi serah terima jabatan dilakukan dengan Ferdy. Meskipun dia lulus satu bulan yang lalu—tapi masih ia sempatkan untuk menghadiri serah terima ini.
Galan melambaikan tangan, menarik senyum membahana. Juga Raka, ia pun sama halnya dengan Galan. Melambaikan tangan, tersenyum bahagia.
Tepuk tangan meriah langsung bermunculan, bergemuruh di langit auditorium. Inilah kemenangan yang sesungguhnya, tanpa kelicikan tanpa kecurangan.
Galan menyapu pandangan, seharusnya pembuktian ini dihadiri oleh Rey. Agar bedebah itu menyaksikan pembuktian Galan, bahwa ucapannya waktu dulu, kini sudah terbukti.
Hari ini, seluruh pandangan ia dapatkan. Seluruh tepuk tangan meriah ia dapatkan. Tidak ada yang menolak, semuanya sepakat.
Namun, di luar sana—Rey berdiri menatap tajam bangunan sekolah. Menatap kejam keramaian yang ada di dalam auditorium. Sambil berkata ...
"Urusan kita belum selesai kawan."
***
Hohohohooo ...
Otak gue nge-blank gaess😸
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)
General Fiction"Akan kubuktikan kalau aku, bukan orang yang lemah dan kalah!" ~Dari Galan, seorang anak miskin yang akan mengubah wajah Bangsa Indonesia. Langsung baca, pasti suka. Semoga kalian terinspirasi😊. Baca juga Sequelnya (Sang Pelopor) Follow jika berken...