Di ruangan putih ini, ratusan manusia sedang bertaruh demi kehormatan. Wajah-wajah penuh harap terpancar bagai sinar dalam aura penuh ambisi.
Bukan tentang harta atau pangkat, tapi tentang destinasi kebanggaan yang telah mengalir di sela-sela nadi.
Eskalasi Rangkas benar-benar ampuh, sepenggal kalimat yang ia kobarkan lima belas hari yang lalu mampu membuat ratusan orang keranjingan.
Lihatlah sekarang, ruangan putih yang biasanya kosong melompong---sekarang terisi penuh membanjiri setiap sudut ruang.
Tak pelik lagi, hari ini adalah seleksi akbar calon anggota Paskibra sekolah yang diadakan setiap satu tahun sekali. Tegang, panik, resah, tercampur jadi satu dalam denyut jantung yang mereka rasa.
Satu-satunya harap yang mereka pikirkan adalah memohon kepada Tuhan. Tidak ada kekuatan melebihi kuasanya.
Walaupun mereka memenuhi komposisi persyaratan, jika tuhan tidak berkehendak, tidak ada artinya.
Raka dan Agat-mereka duduk di ujung barisan paling depan.
Mereka juga persis kebanyakan orang, sama-sama menantikan hari ini.Juga Oscar dan Dito, meski mereka berdua tampak tidak percaya diri akan lolos, namun akhirnya ikut serta dalam ajang pemilihan anggota baru ini.
Para panitia acara telah bersiap dihadapan para peserta. Rangkas maju ke depan-membawa buku kecil juga pulpen. Kebisingan ruangan seketika lenyap saat ia melangkah.
Ia berdiri, dengan sorot mata penuh karismatik, serta badan yang tegap bak seorang yang baru saja keluar dari akademi militer.
Dengan mengenakan seragam kebanggaannya dan ekspresi yang mantap, Rangkas mulai menyapa mereka.
"Selamat datang wahai kalian-para pejuang bangsa Indonesia. Aku yakin semua orang yang ada di sini adalah pejuang. Jika bukan pejuang, mana mungkin kalian bersedia masuk ke organisasi yang jelas-jelas akan membuat badan kalian lelah."
"Aku peringatkan pada kalian-ini bukan ajang untuk mencari pangkat ataupun nama. Jika kalian mencari hal itu di sini-maaf, kalian salah. Ini bukan tempatnya. Segera tinggalkan tempat ini, dan cari tempat yang layak untuk ambisi semacam itu."
"Baik, cukup basa-basinya. Jadi berdirinya saya di sini-akan menyebutkan susunan kepanitiaan serta poin-poin penting mengenai sistem pemilihan anggota baru."
Rangkas benar-benar menyihir semua orang. Berbicara dengan etika layaknya pemimpin, membuat seluruh audien terpana. Tak berkedip.
Ia mulai menyampaikan susunan kepanitiaan, mulai dari penanggung jawab, ketua panitia yang paling tinggi-yang mana ia sendiri. Beserta jajaran anggota-anggotanya.
Ia juga menjelaskan tentang sistem pemilihan ini. Di antaranya; tes kesehatan, tes audio metri, buta warna, dan postur tubuh yang meliputi; tinggi badan, berat badan.
Dan satu lagi, Jika kakimu berbentuk O atau X, tidak akan di loloskan.
"Perlu kalian ketahui, seleksi ini baru seleksi fisik luar. Jadi jangan berbangga diri jika kalian lolos. Akan ada seleksi tahap berikutnya," ucapnya seraya menutup buku yang ditangannya.
Sekonyong-konyong dua orang masuk dengan nafas terengah-engah, membuat semua mata tertoleh ke daun pintu.
Rangkas menghentikan penjelasannya. Ia juga ikut menoleh.
Mereka adalah Galan dan Rino, dua orang itu kikuk ketika mengetahui acaranya sudah dimulai.
Rangkas geleng kepala melihatnya. Menghela napas, "kebiasaan," Gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)
General Fiction"Akan kubuktikan kalau aku, bukan orang yang lemah dan kalah!" ~Dari Galan, seorang anak miskin yang akan mengubah wajah Bangsa Indonesia. Langsung baca, pasti suka. Semoga kalian terinspirasi😊. Baca juga Sequelnya (Sang Pelopor) Follow jika berken...