Hari-hari mereka berlalu dengan damai. Tidak ada yang mengusik Galan, lebih tepatnya belum ada yang mengusik ketenangan Galan.
Sebelum pulang, seantero sekolah digemparkan dengan kabar yang telah ditunggu-tunggu. Mereka senang bukan main.
Seluruh murid, para guru, hingga penjaga sekolah dibuat menjingkrak girang saking bahagianya.
Mula-mula beberapa orang siswi berteriak histeris ketika mendapati berita mading. Sampai akhirnya membuat seluruh murid jadi penasaran dan sontak ikut berlari menuju mading.
Mading sekolah diganti. Ini adalah kali pertamanya topik Mading diganti siang hari sebelum pulang.
Biasanya mading diganti seminggu sekali, sebelum upacara bendera dibuka. Untuk kali ini boleh jadi para guru sudah tidak sabar mengumumkan kabar ini---jadi, mereka putuskan untuk menggantinya siang ini juga sebelum pulang sekolah.
Kabar itu merebak bak aroma ayam goreng. Cepat sekali. Bahkan, beberapa orang sampai berlari-larian saking ingin tahunya.
Headline Mading itu tidak lain adalah berita perolehan OSN Minggu kemarin. Delapan orang peserta yang ikut serta dalam OSN mewakili sekolah berhasil melewati seleksinya, dan kini mereka masuk olimpiade sains tingkat Nasional mewakili provinsi.
Sungguh kabar yang sangat menggembirakan. Meski ini bukan yang pertama kalinya, namun lagi-lagi mereka membuat bangga sekolah.
Delapan nama itu terpampang jelas di mading sekolah, lengkap dengan biodata diri dan jurusan yang diambilnya.
Tinggal satu langkah lagi mereka menjadi juara Olimpiade Sains tingkat Nasional.
Galan yang melihat itu---ikut tersenyum, bangga. Ada sebersit iri di hatinya. Tapi, buru-buru pikiran itu langsung ia hilangkan.
Jika saja ia tidak punya tanggung jawab yang harus dipikul, mungkin seluruh mata pelajaran itu akan diwakili sekolahnya.
Raka, Agat, Rino dan lainnya mendadak muncul di balik punggung. Melihat Galan termenung, serempak mereka menepuk kecil pundak Galan. Sebagai seorang kawan, mereka tahu apa yang sedang dipikirkannya.
Namun, ada kabar lain yang ikut muncul di mading siang ini.
PEMILIHAN KETUA DAN ANGGOTA OSIS TAHUN INI.
Brosur yang hanya berisi tulisan Pemilu OSIS itu terselip dipojok Mading. Dengan tulisan berwarna hitam pekat, dan background warna putih polos tanpa embel-embel label apapun. Entah, itu sungguhan atau tidak. Tapi tampak menyolok di antara lainnya.
"Bagaimana, Bung. Siap jadi ketua OSIS tahun ini?" Agat menggoyangkan pundak Raka yang berada di samping kanannya.
Raka menggeleng. "Aku tidak punya bakat dalam dunia politik, kawan. Walaupun, kalian melihatku punya kharisma pemimpin, tapi sebenarnya--"
"Ayolah ... sebelum kita lulus SMA," cetus Agat membuat kalimat Raka terpotong.
Rino menepuk pundak Raka, ikut mendukung jika kawannya ini jadi ketua OSIS.
"Masa kalah sama Dito. Walaupun badannya gendut kaya tong, tapi dulu waktu SMP—dia sempat jadi OSIS," celetuk Oscar.
"Memang Dito dulu jadi OSIS apa?" Rino bertanya. Ia tidak tahu fakta itu, karena memang—ia tidak satu sekolahan dengan mereka.
"Seksi kebersihan," jawab Oscar asal ceplos.
Mendengar perkataan Oscar barusan, Dito langsung menarik leher Oscar, ingin sekali rasanya dia mencekik leher kerempeng temannya ini.
Seketika tawa mereka pecah melihat tingkah Dito dan Oscar. Yang tentu saja hanya mainan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)
General Fiction"Akan kubuktikan kalau aku, bukan orang yang lemah dan kalah!" ~Dari Galan, seorang anak miskin yang akan mengubah wajah Bangsa Indonesia. Langsung baca, pasti suka. Semoga kalian terinspirasi😊. Baca juga Sequelnya (Sang Pelopor) Follow jika berken...