[25]

5.4K 800 35
                                    

Sejak Chan-Hee cuma tiduran di sofa ruang kerjanya tanpa ngomong apa-apa, Sang-Yeon mutusin untuk pulang cepat hari ini. Apalagi kan dari pagi Young-Hoon juga udah ngira-ngira Chang-Min heat atau engga. Pasti rentang waktunya ga beda jauh.

Jam enam sore Sang-Yeon udah sampai rumah. Badan Chan-Hee makin panas. Kulitnya yang putih bersih langsung memerah, saking panas badannya.

Chan-Hee selalu bergerak gelisah tapi ga ngomong apa-apa. Terlalu diam dia tuh, tapi malah itu bikin Sang-Yeon khawatir karena ga tau seberapa sakit yang dirasain Chan-Hee.

"Sayang, minum ya susunya sedikit nih."

Terakhir kali Chan-Hee makan tuh tadi pagi, itu pun disuapin Sang-Yeon dan cuma sedikit.

Chan-Hee munculin kepalanya dari dalam selimut, ngintip si kakak yang lagi megang susu dengan sendok di dalamnya.

Tapi Sang-Yeon kaget karena lihat mata Chan-Hee merah, air matanya ngalir di pipinya.

"Kamu nangis? Sakit banget ya astaga ...."

Sang-Yeon mendekat ke Chan-Hee. Si manis ikut mendekat ke Sang-Yeon, meluk perut si kakak.

"Kakak Yeon ... sakit hiks ... sakit ...."

Akhirnya ngomong juga. Mungkin sakitnya udah ga bisa ditahan lagi. Kasian.

Sang-Yeon ciumin kepala Chan-Hee. "Iya minum dulu susunya ya sayang, takutnya kamu ga kuat nanti kalau perutnya kosong."

Sebenernya dari pertama sampai rumah tuh Sang-Yeon udah mau langsung mulai nyentuh Chan-Hee. Tapi dia sadar kalau kucing satu ini persentasenya rendah banget, mana ini first heat kan masih kecil. Sang-Yeon takut ada salah dan malah bikin Chan-Hee lebih sakit.

Benar aja. Setelah nelpon Young-Hoon tadi Sang-Yeon nelpon Joshua juga. Katanya coba pelan-pelan. Sehalus mungkin.

Jadi istilahnya, rangsangan heat-nya lebih besar dari kapasitas tubuhnya Chan-Hee untuk nerima proses peredaan heat-nya. Ga bisa sembarangan. Mungkin nanti makin besar ga akan kayak gitu lagi. Ini karena masih kecil aja. Takutnya kaget. Badannya ternyata beda sama adiknya, karena persentasenya juga beda.

Fungsi susunya untuk nambah energi di tubuh Chan-Hee biar ga tiba-tiba pingsan atau terjadi hal-hal lain yang bikin Sang-Yeon panik.

Dengan telaten Sang-Yeon nyuapin susu di gelas itu pakai sendok. Untungnya Chan-Hee mau walaupun sesekali rewel.

Setengah gelas susunya akhirnya habis. Emang tadi cuma dibuatin setengah biar ga kebanyakan.

Sang-Yeon coba geser pelan-pelan posisi tubuhnya ke tengah.

"Chan-Hee pindah sini ya," kata Sang-Yeon waktu agak angkat tubuh Chan-Hee ke atas pangkuannya.

Chan-Hee ngeliatin Sang-Yeon di bawahnya. Sang-Yeon cuma senyum, rapiin rambut Chan-Hee yang berantakan.

"Chan-Hee mau apa? Sini deketan sama Kakak."

Sang-Yeon tau pasti Chan-Hee agak bingung. Instingnya ga terlalu kuat ternyata, beneran harus diarahin.

Si kakak harus ditandain dulu sama Chan-Hee tapi Chan-Hee masih mikir.

Makanya sama Sang-Yeon disuruh lebih dekat lagi ke dia.

Sampai Chan-Hee meluk Sang-Yeon, dia mulai duselin hidungnya di leher kakaknya.

Tangan Sang-Yeon ngelus belakang kepala Chan-Hee supaya kucingnya itu merasa nyaman di dekatnya.

"I love you, Chan-Hee," bisik Sang-Yeon pelan di telinga Chan-Hee.

Ada jeda agak lama, sampai akhirnya Chan-Hee gigit leher Sang-Yeon.

Sang-Yeon ketawa gemes karena Chan-Hee awalnya gigitnya ga terlalu kenceng, barulah lama-lama kenceng sampai Sang-Yeon bisa rasain sakitnya.

Gemes banget anak kucing satu ini. Pertama kalinya nih Sang-Yeon punya kucing semacam Chan-Hee begini.

Setelah selesai gigitnya, Chan-Hee mulai jilatin leher Sang-Yeon, naik terus sampai wajah kakaknya.

Lalu mereka saling tatap. Sang-Yeon cubit kecil hidung Chan-Hee.

"Chan-Hee mau apa lagi?" tanya Sang-Yeon.

Telunjuk Chan-Hee nyentuh bibir Sang-Yeon. Wajahnya polos banget. Masih bersemu merah tapi suhu tubuhnya mulai turun.

Berarti udah bisa mulai, batin Sang-Yeon.

"Sini cium," kata Sang-Yeon ke Chan-Hee.

Perlahan Chan-Hee dekatin wajahnya, lalu mulai nempelin bibirnya ke bibir Sang-Yeon.

Sang-Yeon coba mulai cium Chan-Hee duluan, kasih lumatan kecil sampai anak kucingnya terbiasa dan bisa balas cium Sang-Yeon.

Chan-Hee ini gemesin banget, seperti kristal kecil yang harus dipegang hati-hati. Dada Sang-Yeon perlahan merasa hangat juga, tandanya Chan-Hee nerima perlakuan dia, ngirim sinyal cinta yang besar ke si kakak dan berterima kasih karena telah rawat dan sayang sama Chan-Hee selama ini.

"Nghh ...."

Sang-Yeon jeda ciumannya sebentar untuk balikin tubuh Chan-Hee jadi di bawahnya.

Chan-Hee langsung cemberut, tapi Sang-Yeon malah ketawa karena demi apa pun kenapa bisa ada anak kucing segemesin ini di dunia.

"Maaf ya sayang," setelah bilang itu Sang-Yeon lanjut cium Chan-Hee lagi.

Kali ini tangannya beranjak untuk ngusap pipi Chan-Hee, terus turun ke lehernya.

Sementara si anak kucing entah dapat angin apa sekarang lagi coba bukain kancing kemeja Sang-Yeon. Pulang kerja tadi Sang-Yeon belum sempat ganti baju lantaran kepikiran Chan-Hee terus.

"Nghh ... Kakak Yeon ...."

"Iya sayang."

Sang-Yeon ciumin tiap inci leher Chan-Hee, sesekali isap dan gigit lehernya sampai Chan-Hee desahin namanya. In an adorable way.

Semua yang berasal dari Chan-Hee pasti lucu huhu.

Kancing kemeja Sang-Yeon udah terbuka semuanya, sekarang gantian Sang-Yeon yang mulai buka pakaiannya Chan-Hee.

"Kakak Yeon sakit ...."

Ternyata masih juga terasa sakitnya.

Sang-Yeon ngecup bibir Chan-Hee sekilas.

"Iya sayang sabar ya? Sebentar lagi sakitnya hilang."

Chan-Hee ngangguk. Tangannya refleks cengkram lengan Sang-Yeon saat kakaknya itu mulai nyentuh dia lebih intens. Sang-Yeon pun mencoba selembut mungkin, dia ga mau Chan-Hee kenapa-napa.

Jam terus berganti detik dan menitnya. Di dalam selimut itu, tiap detiknya Chan-Hee memancarkan cinta yang besar ke Sang-Yeon yang secara ajaib bisa dirasakan dengan jelas.

Mulai hari ini, kakak Sang-Yeon resmi jadi punya Chan-Hee.

Redamancy || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang