[79]

1.2K 210 6
                                    

"Hyun-Joon, tuh liat siapa yang dateng."

Dua anak kucing yang lagi main di halaman belakang itu langsung noleh ke Hak-Nyeon yang berdiri di teras. Si kecil yang namanya dipanggil langsung berdiri dan nyamperin Hak-Nyeon sementara Sun-Woo nyusul di belakangnya.

Mata sipitnya bisa lihat seseorang yang berdiri di ruang tamu sambil senyum ke dia.

"KAKAK BIN!!!"

Si kakak cuma bisa ketawa apalagi saat Hyun-Joon peluk dia sampai mereka berdua jatuh di sofa.

Hak-Nyeon ikutan ketawa. Tangannya refleks peluk Sun-Woo yang ada di sampingnya. "Akhirnya Hyun-Joon ketemu kakaknya lagi ya, Nu."

Sun-Woo ga begitu ngerti tapi dia cuma ngangguk dan ikut peluk tubuh mungilnya Hak-Nyeon. Beneran makin besar aja ini anak kucing satu, Hak-Nyeon jadi makin tenggelam saat dipeluk.

"Hyun-Joon apa kabar? Seneng ga main sama Sun-Woo?"

Kevin masih tiduran di bawah si anak kucing yang sibuk duselin hidungnya. Udah dua minggu lebih Hyun-Joon ada di sini dan ga ketemu Kevin. Dia sampai harus dikasih obat penekan heat karena ga mungkin ketemu Kevin saat kakaknya itu kondisinya belum stabil.

Itu hasil rembukan sama dokter yang ada di yayasan jadi semuanya aman.

"Kangen Kakak Bin."

"Masa?"

Hyun-Joon cuma ngangguk pelan.

Kevin berusaha bangun dan ubah posisinya jadi duduk dengan Hyun-Joon di pangkuannya. Hak-Nyeon nyamperin mereka, masih dengan anak kucingnya yang peluk dia dari samping.

"Udah sehat, Kak?" tanya Hak-Nyeon.

"Udah jauh lebih baik."

"Bagus deh. Kasian Hyun-Joon kalau lagi keingetan lo suka nangis, terus Sun-Woo jadi ikutan nangis."

"Sun-Woo hatinya lembut banget, ya," kata Kevin.

Hak-Nyeon ngangguk pelan. "Iya, Sun-Woo gampang nangis kalau liat kakaknya atau temennya sedih."

Sepanjang sisa hari itu, Kevin sama Hak-Nyeon obrolin banyak hal. Mereka berbagi banyak cerita mulai dari jaman sekolah masing-masing sampai pengalaman kerja.

Sedikit banyak Hak-Nyeon jadi tau tentang Kevin. Teman barunya ini ternyata punya kehidupan yang luar biasa. Masa lalunya yang kurang bagus itu bisa Kevin lalui pelan-pelan.

"Jadi gimana, Kak? Hatinya udah baik-baik aja sekarang?"

Hak-Nyeon tanya dengan hati-hati, takut Kevin kepikiran lagi.

Tapi dia justru kaget karena Kevin justru senyum ke dia. "Well ... semuanya akan baik-baik aja saat kita udah bisa berdamai dengan diri sendiri."

Semoga Kevin betul-betul bisa lepas dari jerat masa lalunya dan coba memaafkan semuanya. Memaafkan Young-Hoon dengan ikhlas dan juga tentunya memaafkan dirinya sendiri yang dari dulu selalu kepikiran untuk mengakhiri hidupnya.

.

"Malam, Kevin."

Beberapa hari sebelumnya, kebetulan malam itu ga ada yang bisa jagain Kevin jadi dia sendirian aja di kamar rawatnya. Ga terlalu berpengaruh juga, Kevin ga apa-apa walaupun ga ditemani.

Tapi ada satu orang ini yang datang. Seorang wanita yang masih berpakaian kerja rapi. Mungkin baru pulang kerja.

Kevin awalnya ga sadar itu siapa, sampai akhirnya beliau mendekat barulah Kevin bisa kenal wajahnya.

"Malam, Tante."

"Masih ingat Tante, Vin?"

Senyuman wanita ini sangat teduh. Terakhir kali lihat, wanita di hadapannya ini masih agak muda. Sekarang pun sebenarnya masih awet muda. Tapi ga bohong juga kalau jelas-jelas wanita ini udah berumur.

"Duduk sini, Tante."

"Makasih ya, Vin."

Kevin pencet salah satu tombol di bed-nya sampai posisinya sekarang juga setengah duduk. Tante ini masih belum bilang apa-apa, cuma diam sambil natap Kevin.

"Kevin keadaannya gimana sekarang?"

Ga tau ya. Kevin deg-degan. Ada rasa cemas tapi Kevin berusaha tepis itu semua.

Ini mamanya, bukan anaknya.

"Mendingan, Tante."

"Maafin Young-Hoon ya, Vin."

Satu kalimat itu, cuma dengan satu kali sebut namanya aja perasaan Kevin jadi ga karuan. Teringat lagi kejadian yang lalu.

Kevin coba atur napasnya, sebisa mungkin ga terlihat panik atau gimana yang bisa bikin mamanya Young-Hoon khawatir.

"Aku udah maafin Young-Hoon kok, Tante. Aku baik-baik aja sekarang."

Kedua tangan wanita itu genggam satu tangan Kevin.

"Young-Hoon cerita semuanya ke Tante beberapa tahun lalu. Agak jauh setelah kejadian itu. Dia kelihatan bersalah, dia drop berkali-kali juga, mungkin kamu belum tau."

Iya, Kevin belum tau tentang hal itu karena Young-Hoon ga cerita apa pun. Jadi Kevin hanya diam, dengerin semua omongan mamanya Young-Hoon.

"Kehidupan Young-Hoon juga sempat kacau, apalagi saat dia ga bisa nemuin kamu di mana pun. Young-Hoon sempat stres. Dia ga mau dibantu psikiater dan Tante ga bisa maksain dia.

"Tante baru tau kalau Young-Hoon overdosis obat tidur saat dia sekarat di rumah sakit, saat dia akhirnya ceritain semuanya ke Tante tentang rasa bersalahnya ke kamu."

This is new to him ....

Ternyata Young-Hoon pun sama hancurnya dengan dia.

"Pribadi Young-Hoon yang memang dasarnya cuek jadi makin dingin ke orang lain. Dia cuma bisa senyum saat bareng keluarga atau teman terdekatnya aja. Young-Hoon pun masih berusaha cari kamu saat itu. Dia selalu cari kamu.

"Tante ceritain ini semua ke kamu bukan karena Young-Hoon anak Tante. Young-Hoon salah, ga ada alasan bagi Tante untuk belain dia sekarang. Tante ceritain ini semua supaya kamu tau dari sisi Young-Hoon aja, ga ada niat lain."

Kevin terlalu fokus dengan ceritanya sampai dia ga sadar kalau air matanya mengalir begitu aja di pipinya.

Kenapa Young-Hoon ga bilang apa-apa tentang kondisinya juga? Kevin menganggap hidup Young-Hoon baik-baik aja, padahal kenyataannya mereka sama-sama menderita.

Bukan cuma Kevin yang ga bisa hidup tanpa Young-Hoon, tapi mereka berdua ga bisa hidup tanpa satu sama lain.

Kevin masih nangis saat mamanya Young-Hoon akhirnya peluk dia dengan hangat. Di situlah isak tangis Kevin mulai terdengar. Dia merasa hidupnya makin menyedihkan. Kevin jadi merasa bersalah.

"Maafin Young-Hoon ya, Vin. Maafin diri kamu sendiri juga. Kalian berdua pasti bisa berdamai dengan diri kalian sendiri suatu saat nanti."

Setelah berkali-kali bilang kalau dia udah maafin Young-Hoon, mungkin malam ini Kevin benar-benar bisa maafin Young-Hoon dengan ikhlas.

Dia juga berusaha untuk bisa maafin dirinya sendiri.

"Tante ... ke sini ... sama Young-Hoon ...?"

Dadanya agak sesak jadi Kevin ga bisa ngomong dengan lancar.

Mamanya Young-Hoon geleng pelan. "Engga, Tante ke sini sendiri kok."

Kevin merasa nyaman saat rambutnya diusap oleh beliau.

"Kamu udah Tante anggap sebagai anak sendiri, Vin. Tante ikut sedih saat tau kondisi kamu dari Young-Hoon."

Karena merasa kondisinya makin memburuk, Kevin coba minta tolong mamanya Young-Hoon untuk panggilin dokter. Napasnya makin sesak.

Tapi biar begitu, setidaknya ada sesuatu yang dia ketahui, yang bisa buat dia memaafkan segala hal yang selalu bikin hatinya ga tenang.

Redamancy || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang