[TOLONG FOLLOW DULU SEBELUM BACA!]
[Jangan lupa vote comment!]
Devano Alskar Fernandez, lelaki pintar dan cuek yang terjebak dalam dendam masa lalunya. Kepergian seseorang membuat Devano lupa apa itu namanya cinta, hingga hadirnya sosok Aletta dalam...
"Bila saja aku harus kembali kepada tuhan tapi aku sudah sangat bahagia. Bahagia karna mempunyai kamu dan keluarga kecil yang aku bangun dengan cara aku sendiri. Terima kasih"
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hallo, aku tau kalian ada yang rindu kisah Devano dan Aletta. Aku pun seperti itu. Aku rindu kisah perjalanan kami. Oke aku harap kalian mengikuti alur ini dengan enjoy dan menikmatinya.
Oke. Aku, Devano Alskar Fernandez.
SMA Bangsa, apa kalian rindu?
Aku pun rindu tempat itu, dimana tempat aku bertemu dengan orang orang baru. Di tempat itu aku mencoba melupakan semua hal yang menganggu pikiranku termasuk pikiran tentangnya, ya dia. Seseorang yang pergi dan tak akan kembali lagi.
Aku melangkahkan kaki ku memasuki gerbang SMA Bangsa. Kini aku memasuki kelas XI. Setahun di sini membuatku sedikit risih karna tatapan murid murid perempuan yang selalu mencari perhatianku. Ya, aku tidak suka menjadi pusat perhatian.
Aku sama sekali tidak memedulikan tatapan mereka yang berusaha mendekati ku. Entah itu untuk berteman atau lebih. Bukan karna aku sombong sebab anak dari pemilik sekolah, namun aku tidak ingin mempunyai banyak teman tetapi hanya memanfaatkan semua yang ku punya saat ini.
Aku hanya ingin tenang di sekolah ini. Bahkan panggilan mr. Ice pun tidak aku inginkan hanya saja sahabat ku yang terus memanggilku dengan kata itu membuat aku tidak bisa menolak. Ingat ya, aku disini untuk belajar bukan untuk menjadi famous.
"DEVANO YUHU". Panggilan itu membuat aku menghentikan langkahku dan berbalik menatap orang itu dengan malas. Jangan lupakan, setahun aku sekolah disini, aku selalu di ganggu oleh gadis bad ini. Dia, Vani vatika.
" WAH TUMBEN LANGSUNG BERHENTI" Ucap Vani dengan heboh sedangkan aku hanya menatap dia tanpa ekspresi apapun.
"Berisik" Ucapku.
"Aduh sayang pagi pagi udah ganteng aja sih kantin yuk" Ucap Vani semakin membuatku malas meladeni nya.
"Males" Ucapku lalu melangkahkan kaki nya meninggalkan gadis itu yang pasti sudah terlihat kesal karna selalu ku tolak.