32 | A Broken Angel

1.6K 267 59
                                    

-0-

ALVIN

-0-


"Vin, dicari cewek lo, tuh." Gilang menghampiri gue yang baru aja selesai menanggalkan seragam, berganti dengan kaos tanpa lengan dan celana training selutut. Tanpa membuang waktu, gue segera keluar dari ruang ganti. Jujur, gue sedikit khawatir. Thalia belum membaca chat gue sore ini sama sekali.

Kekhawatiran gue bertambah saat melihat Thalia berdiri dengan wajah sangat pucat. Ia meremas tangannya sendiri dan menggigit bibir berulang kali.

"Vin." Thalia berkata lirih. Gue langsung menarik pinggangnya mendekat.

"Kenapa, Thal?"

"Kamu lagi mau latihan, ya?"

"Enggak juga. Lapangan lagi direnov, jadi anak basket nge-gym sendiri-sendiri." Kalau pun ada latihan, gue akan melakukan segala cara untuk tetep di samping Thalia ketika keadaan dia sedang nggak baik-baik aja.

"Aku butuh kamu," ujarnya pelan.

Waduh, gue bisa besar kepala kalau gini caranya. Setelah meyakinkan Thalia latihan sore ini nggak wajib, dia menarik tangan gue menuju salah satu bangku panjang yang terletak di depan GOR, menghadap track lari dan lapangan sepak bola.

"Hei," sapa Zahra yang sepertinya sudah duduk manis di sana untuk beberapa waktu.

Sebelum gue mengajukan tanya apa urusan Zahra di sini, Thalia lebih dulu mencerocos panjang lebar. Dia bercerita bahwa mereka baru aja jadi saksi beberapa anak Verzata mengintimidasi, melakukan kekerasan, dan mengancam Mira. Gila, hal separah itu bisa kejadian di area sekolah? Cewek-cewek kalau udah berubah ganas, memang nggak tanggung-tanggung.

"Kalian tahu apa alasan mereka ngegencet Mira?" tanya gue. Sebagai seseorang yang sudah menganggap ada sesuatu yang nggak beres tentang gadis itu, gue lebih mementingkan motif kejadian ini daripada detail kejadiannya.

"Mereka pada sebel Mira terlalu ikut campur sama urusan mereka," jawab Thalia. Selanjutnya, dia membeberkan alasan Medina, Olivia, Aurin, dan Putri begitu membenci Mira. Gue nggak kaget mengetahui Mira yang mengadu ke sekolah tentang beberapa siswa Garba berduaan di parkiran mobil. Tetapi, gue sangat terkejut mendengar isi ancaman Mira ke Thalia dulu. Mira bukan menyuruh Thalia jauh-jauh dari gue seperti dugaan Reihan. Mira malah memanfaatkan Thalia untuk membuat Zahra putus dari Jefri. Fakta ini justru semakin memperkuat dugaan yang terbangun di otak gue.

"Tunggu!" Zahra berseru. Seperti ada bohlam besar yang tiba-tiba bersinar terang di atas kepalanya. "Thal, menurut lo, semua yang Mira lakuin pada dasarnya punya tujuan yang sama nggak, sih?"

Gue dan Thalia saling melirik.

"Mira nggak mau Zahra dan Olivia deket-deket Jefri ..." gumam Thalia dengan kening berkerut.

"Mira juga nggak mau anak Garba manfaatin parkiran buat tempat berduaan." Gue mengaitkan jemari-jemari di kedua tangan. "Waktu itu, dia sebenernya mergokin kita, Thal," aku gue yang membuat bola mata Thalia membulat. "Dia bilang, dia benci laki-laki yang menganggap cewek sebagai objek seksual doang."

"Nah, that's it!" Zahra memekik. "Bener Mira ngomong gitu, Vin?" Gue mengangguk. "Fix, Mira itu selama ini mencoba berperan jadi semacam guardian angel buat temen-temen ceweknya!"

"Tapi, dia nggak mau terang-terang ngelakuin itu," sambung gue setuju dengan kesimpulan Zahra, berhubung itu juga yang ada di otak gue selama ini.

Andaikan Saja KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang