"The world is just a shitty place after all."
<>
THALIA
<>
"Eh, Thalia! Pas banget lo ke sini. Dari tadi gue sama Mira ngomongin tema-tema make up yang sejalan sama masing-masing restoran yang gue kasih tahu ke lo kemarin!"
Aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana ketika aku menemukan Chrysan dan Mira sedang duduk bersebelahan di kelas dan bercakap-cakap santai. Bahkan Chrysan menerima tawaran Mira untuk mencicipi roti bakarnya! Entah apa yang ada di pikiran mereka berdua. Untuk masuk ke kelas Mira ini saja, aku, Zahra, dan Alvin harus melewati sekumpulan siswa yang berkasak-kusuk di luar kelas, sesekali melongokkan kepala mereka ke dalam, tapi tidak ada yang berani mendekati Mira betulan.
Aku, Zahra dan Alvin saling berbagi pandangan. Raut wajah Zahra langsung berubah pada detik berikutnya. Gadis itu menghampiri meja Mira dan menarik satu kursi untuk ia duduki. Aku dan Alvin mengikutinya dengan langkah ragu-ragu.
"Loh, emang udah pasti tema yearbook kita tentang makanan?"
Pertanyaan yang Zahra lontarkan membuatku membulatkan mata. Zahra apa-apaan?! Ada hal jauh lebih penting yang harus dibahas, kenapa dia terbawa santainya Chrysan dan Mira?!
"Jessica bilang tema yearbook setiap kelas boleh beda, asal masih satu tema besar, ya?" Alvin menemukan kursi kosong lain, menggesernya mendekati meja Mira dan menempatinya.
Sumpah! Mereka kenapa, sih?
"Belum pasti tentang makanan, itu salah satu dari beberapa tema besar yang lagi digodok sama anak-anak kreatif. Nanti kami pasti ngadain musyawarah sama semua anak angkatan buat nentuinnya, kok," terang Chrysan yang makin membuatku mencak-mencak dalam hati.
Sepertinya, Mira memperhatikan ekspresiku adalah yang paling berbeda dibanding tiga orang lain yang mengitarinya. Astaga, bukan aku yang aneh, justru aku yang bereaksi paling normal menanggapi orientasi seksual seseorang diekspos dengan cara tidak beradab seperti itu!
Mira berdehem tiba-tiba. Matanya masih tidak berhenti memandangiku. Aku balas menatapnya, tapi gadis ini begitu ahli mengubur emosi. Mata Mira tetap dingin, seperti biasa.
"Kalian ..." Mira membuka suara dengan nada yang sedikit memelan. Kami berempat langsung memusatkan atensi kepadanya. "Mau jengukin Naura ke rumah sakit sore ini nggak?"
"Mau!" seruku, Zahra, dan Chrysan terlampau bersemangat.
"Boleh, pake mobil gue aja," tambah Alvin.
"Oke. Kalau gitu, gue pergi dulu." Mira merapikan barang-barang di mejanya.
Kami semua kebingungan.
"Lo ... mau ke mana sekarang?" tanya Zahra ragu-ragu.
"Ke tempat Naura," jawab Mira pelan.
Aku menahan napas. Tentu saja Mira harus segera menemui Naura, mengingat kecepatan berita seperti ini menyebar, Naura pasti sudah mengetahuinya. Aku tidak tahu pasti bagaimana cara Mira kabur dari sekolah pertengahan hari seperti ini, tapi dia tampak percaya diri mampu mewujudkannya.
"Oh, oke, deh. Sampai ketemu nanti sore, Mir!" Chrysan memberikan senyuman lebar yang ketika aku perhatikan lebih dekat, terdapat kekhawatiran yang ia paksa sembunyikan di sana.
Aku menelan ludah melihat bagaimana semua mata mengikuti langkah Mira. Kami berempat meloncat dari duduk ketika Oliv tiba-tiba muncul di pintu kelas, menghalangi jalan gadis itu. Detik berikutnya, Medina, Aurin, dan Putri ikut menampakkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andaikan Saja Kita
JugendliteraturRANK #1 comingofage [25.08.2020] RANK #1 mentalhealth [30.08.2020] RANK #1 ambis [02.10.2020] RANK #1 olimpiade [17.10.2020] Gimana rasanya suka sama cowok yang naksir sama sahabat kamu sendiri? Terus, setelah kamu putus asa, dia malah datang dan ga...