I know, I know, I know for sure
Everybody wanna steal my girlEverybody wanna take her heart away
Couple billion in the whole wide world
Find another one 'cause she belongs to me- One Direction -
-0-
ALVIN
-0-
Perbedaan waktu Indonesia dan Inggris adalah tujuh jam. Nggak terlalu lama sebenernya. Anggap aja kalau di sini tengah malem, Thalia lagi jalan-jalan sore. Kalau di sini makan siang, Thalia lagi Subuhan. Seenggaknya, nggak seekstrim selisih waktu Indonesia-Amerika yang udah kayak kebalikan dunia aja.
Udah tujuh hari Thalia di Inggris, dan gue baru mendapat dua pesan singkat sepanjang tujuh hari itu. Pertama saat dia mendarat di London, dan yang kedua adalah saat dia sudah sampai di tempat International Biology Olympiad digelar. Dia mengabari gue terakhir kali sebelum semua gadget peserta dikumpulkan.
Shit, gue kangen banget gila. Harusnya, hari ini jadi hari pembagian gadget peserta, berhubung malam nanti adalah malam puncak alias pengumuman peraih medali. Kira-kira Thalia percaya diri dia dapet medali apa, ya? Cewek itu nggak pernah salah mengukur kemampuan dirinya sendiri, jadi gue ikutan percaya prediksinya bakal bener.
Nggak kayak pertandingan olahraga yang medali emas, perak, perunggunya cuma diserahkan ke satu peserta atau tim (terkadang perunggu diberikan ke dua peserta, kalau nggak ada pertandingan merebutkan juara ketiga), olimpiade sains kayak gini peraih medalinya serombongan. Kata Thalia, 10% peserta dengan nilai tertinggi dapet emas, 20% berikutnya perak, dan 30% berikutnya perunggu.
Waktu Aldo denger ini, dia langsung protes, katanya gampang banget, dong, dapet medali. Jelas aja dia kena toyor Thalia, bahkan Keenan yang notabene adik kelas gue aja ikutan menghujat dia.
"Olimpiade sains kayak gitu emang jarang cari yang terbaik dari yang terbaik, Do. Keilmuan sains itu selalu berkembang dan butuh sumbangsih dari sebanyak mungkin manusia. Menurut gue, ngasih pernghargaan ke 60% peserta yang ikut itu udah pas. Bikin lombanya kompetitif, tapi nggak membuat terlalu banyak orang kecewa. Lagian emang biasanya tuh, selisih nilainya pada dikit-dikit banget."
Sumpah, untung Thalia sabar ngeladenin mulut Aldo. Mendengar penjelasan Thalia itu, gue diingatkan lagi betapa banyak banget aspek dunia Thalia yang belum gue pahami.
Gue hampir jatuh dari kasur sewaktu notifikasi line dari Thalia muncul di ponsel gue.
Finally got my phone back!
Vc?
Nggak perlu membuang waktu dengan membalas, gue langsung memulai video call. Wajah Thalia dengan senyuman lebar memenuhi layar ponsel gue. Kayaknya dia lagi ada di luar ruangan.
"Bentar ya, cari tempat agak sepi dikit. Ini aku baru banget ambil gadget ke pantia pusat. Ngantrinya lama banget gila. By the way, kamu orang pertama yang aku telepon! Bahkan aku belum telepon Mama."
I'm her top most priority? Wow.
"Gimana di sana?" tanya gue sambil tersenyum semringah.
"Seru banget! Yah, ujiannya sih, susah, as expected. Tapi masih under control, kok. Doain aku, yah, bisa dapet peringkat di atas tujuh! Itu rekor tertinggi peringkat orang Indo sejauh ini. Kalau dapet emas sih, aku udah yakin 99%."
KAMU SEDANG MEMBACA
Andaikan Saja Kita
JugendliteraturRANK #1 comingofage [25.08.2020] RANK #1 mentalhealth [30.08.2020] RANK #1 ambis [02.10.2020] RANK #1 olimpiade [17.10.2020] Gimana rasanya suka sama cowok yang naksir sama sahabat kamu sendiri? Terus, setelah kamu putus asa, dia malah datang dan ga...