Halo! Mungkin, chapter ini terkesan membosankan. Tetapi, aku mohon, bertahan sampai akhir, ya? Bisa dibilang, chapter ini dan setelahnya adalah alasan aku menulis Andaikan Saja Kita at the first place.
<>
THALIA
<>
Akhirnya, berita tentang kasus Mama dan pembunuhan yang dilakukan Derianto sampai ke media. Aku tiba di sekolah dengan harap-harap cemas, khawatir akan mendapat banyak sekali pertanyaan mengganggu.
"Bubar, bubar! Apa sih, yang diliatin?!" Karla berteriak ke kumpulan anak kelas sebelas yang berusaha melongokkan kepala ke dalam kelasku.
"Masuk, woy, bentar lagi bel!" Beberapa anak kelasku yang lain menyerukan hal yang senada.
Aku tidak bisa menahan senyum. Kuyakin mereka semua sudah membaca berita pagi yang sama, tapi memilih untuk melindungiku dari telinga-telinga penasaran.
Kalian tenang aja, gue bakal ceritain semuanya
Zahra menoleh ke arahku dengan wajah antusias membaca pesan yang kukirim ke grup line kami. Aku, Chrysan, Zahra, dan Naura, memang membuat satu grup semenjak kami kelas dua belas. Bisa dibilang, grup kami tidak pernah sepi. Bagiku yang selama ini hanya berteman dekat seorang Chrysan-and to a certain degree, Alvin-memiliki squad cewek seperti ini adalah hal baru. Tetapi, ini hal baru yang sangat menyenangkan.
Chrysanthera
Wooo mantapssNaura Athalassia
I'm all ears beb!Azzahra Nadhifa J
Yah gue ngga boleh dapet teaser nih?
Gatel gue pingin nanya-nanya dari sekarang"Heh!" Aku menyikut Zahra kesal. Cewek itu tertawa dan mengacungkan tanda peace.
---
Sembilan jam semenjak janjiku untuk menceritakan semuanya, kami telah berkumpul di rumah Chrysan. Sofa ruang tengah Chrysan selalu menjadi tempat yang nyaman untuk obrolan seperti ini.
"Bonyok lo ke mana, dah?" tanya Zahra sambil mengambil segenggam kacang mede dari toples.
Naura memukul tangan Zahra. "Heh, rakus banget sih, langsung ambil segitu?!"
"Malah bagus gini, daripada gue peluk setoples? Ntar nggak kebagian kalian pada!"
Aku dan Chrysan saling lirik.
"Masih mau tahu bonyok gue ke mana nggak, Ra?" tanya Chrysan sambil mengangkat alis dengan pandangan menggoda.
Zahra dan Naura menghentikan perdebatan mereka tentang bagaimana cara paling sopan memakan camilan yang disediakan tuan rumah.
"Oh iya, hehe. Ke mana, San?"
"Biasa, ke Bogor. Banyak banget acara keluarga gue di sana. Heran," jawab Chrysan sambil terkekeh.
"Eh, itu tuh, si Thalia kayaknya udah bayak banget beban pikirannya. Inget tujuan kita ke sini ngapain!" Naura membuat seluruh atensi berpindah padaku.
Aku nyengir lebar. Naura benar-benar peka. Aku memang sudah menyusun uraian ceritaku di kepala sejak bel pulang sekolah berbunyi. Ketiga temanku mendekatkan diri ke arahku. Wajah mereka tampak serius. Menguap sudah atmosfer santai dan penuh tawa yang sebelumnya mengitari kami.
"Jadi, berita itu bener. Sejauh ini yang gue baca, belum ada yang nulis hoax. Expected sih, berhubung mereka dapet infonya juga langsung dari kepolisian." Aku menarik napas panjang, bersiap menceritakan semuanya. Kronologi kasus hilangnya uang perusahaan Mama, pembunuhan rekan kerjanya yang sempat dicurigai sebagai dalang dari kasus itu, sampai keterlibatan adik kandung ibu Alvin, Derianto. Bagian yang terakhir itu sukses membuat mereka terperangah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andaikan Saja Kita
Teen FictionRANK #1 comingofage [25.08.2020] RANK #1 mentalhealth [30.08.2020] RANK #1 ambis [02.10.2020] RANK #1 olimpiade [17.10.2020] Gimana rasanya suka sama cowok yang naksir sama sahabat kamu sendiri? Terus, setelah kamu putus asa, dia malah datang dan ga...