1 | Sebuah Perubahan

7.5K 877 246
                                    

"It takes two to make a relationship work

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"It takes two to make a relationship work. Dan usahaku selama ini hanya seperti berlari di treadmill. Tidak membawa kemajuan barang satu langkah pun."

<>

THALIA

<>

Aku masih hidup.

Kenyataan aku mampu membuka mata hari ini adalah sesuatu yang minggu lalu aku sesali, tetapi kini aku syukuri. Aku hampir saja mengucapkan selamat tinggal kepada dunia dengan mudahnya.

"Thalthal, gue lihat orang bikin ayam pandan di twitter!! Jadi, dagingnya dibungkus daun pandan, terus dibakar. Astaga, gue kebayang wanginya sedep, rasanya juga pasti gurih-gurih karamel gimanaaa gitu."

Gadis itu terlihat heboh dengan gawainya. Aku hanya tersenyum sambil mangut-mangut. Kalau sudah menceritakan masakan enak yang dia temui di internet seperti ini, Chrysan sebenarnya sedang mengode aku dengan keras supaya memasukkan masakan tersebut ke daftar percobaan mingguanku. Tanpa dia perlu meminta, aku pasti akan memenuhi.

Lagipula, aku masih bernapas sampai sekarang berkat dia. Apa pun akan aku lakukan untuk gadis itu.

"Kebetulan gue emang mau masak ayam Sabtu minggu depan. Kalau lo mau, gue bikin itu aja. Apa tadi? Ayam pandan ya?"

Chrysan menengadahkan kepala sambil nyengir lebar. "Peka banget, sih! Gue makin sayaaaaang!" Kini, Chrysan menarik-narik lenganku dan berjingkrak-jingkrak penuh energi, seperti menang undian berhadiah jutaan rupiah. Aku menggelengkan kepala tak habis pikir. Chrysan, namanya saja yang terkesan anggun, orangnya yang asli tidak pernah bisa diam dan sangat berisik. Tapi, aku sayang.

"Thalthal, besok kan hari Minggu... lo... mau keluar nggak? Jalan-jalan ke manaaa gitu." Chrysan terlihat ragu-ragu.

Aku tersentak. Keluar rumah? Sepertinya ide bagus. Tapi ...

"Enggak dulu, deh." Aku tersenyum. "Gue mau bungkusin pesanan orang-orang. Semoga kekejar hari Senin buat dipaketin."

Mata besar Chrysan membulat. "Oh! Iya ya, lo jual banyak baju pre-loved di instagram sih ya... Ya udah, gue bantuin lo bungkus-bungkus aja, deh."

Loh? Kenapa malah terpikir membantuku? "San, lo mending nge-date tuh, sama Rivan. Sabtu gini kalian udah nggak ketemu, masa Minggu juga enggak."

Chrysan mendengus dengan kasar. "Ish, gue yang pacarnya, tapi lo yang kelihatan mau banget gue nempel-nempel dia, deh. Heran. Lagian..." Senyuman usil terbit di bibir Chrysan. "Gue suruh Rivan bantuin lo juga, ah! Nanti beres itu kita nonton netflix bareng. Gimana? Sounds nice, right?"

"Sounds... like gue bakal jadi nyamuk!" balasku jenaka.

Sontak, Chrysan menjerit-jerit kesal. Lima menit berikutnya ia habiskan untuk meyakinkanku bahwa persahabatan kami jauh lebih tinggi levelnya dibanding hubungannya dengan Rivan yang bahkan belum seumur jagung. Aku terkekeh selama dia mencerocos begitu. Tanpa dia beritahu panjang lebar pun, aku paham. Hanya saja, aku tidak ingin semakin menjadi beban. Aku yang menumpang di rumah ini saja sudah pasti merepotkan ia sekeluarga, tidak perlu kutambah dengan mengganggu jadwal kencan tuan rumah.

Andaikan Saja KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang