41.1 | Fears Do Come True ⚠️

1.8K 239 58
                                    

-0-

ALVIN

-0-

"Gue udah berhasil tuh, mindahin semua aset perusahan kecil-kecilannya Marissa. Bikin semuanya raib tanpa jejak dalam semalem.”

Kasus penipuan yang membuat hidup Thalia dan mamanya terguncang … dalangnya adalah Deri?  

“Lo ngada-ngada, kan? Lo cuma mau bikin gue takut sama lo …” kata-kata itu nggak lagi jadi sebuah pertanyaan, lebih mirip gue meyakinkan diri sendiri sebab kenyataan ini terlalu ekstrim untuk bisa gue terima. “IYA, KAN?!” Gue mencengkeram kerah kaos Deri dan menariknya kencang.  

Tubuh Deri bergetar akibat tawa yang tidak bersuara.  

“Payah banget kalau sampai hadiah yang gue janjiin cuma imajinasi. Ini semua nyata, bocah.” Deri menghentakkan tubuhnya hingga cengkeraman gue terlepas. Dia memiringkan kepalanya dan mendekatkan wajah ke arah gue. “Sekarang gue kasih lo dua pilihan. Kurang baik apa gue, lo bisa milih hadiah lo sendiri?!”  

Gue berusaha mengatur napas. Emosi gue udah di ujung dan sekarang gue justru mengkhawatirkan nyawa Deri daripada nyawa gue sendiri, karena tampaknya gue bisa bertindak di luar kendali kapan aja.  

Wajah Deri kelihatan puas menyaksikan gue memusatkan atensi kepadanya. Sambil menyeringai, Deri berkata, “Pilihan pertama. Kita joinan, nih. Kerja sama. Lo, cukup lupain pernah menginjakkan kaki di ruangan ini. Tenang, semua rekaman CCTV di gedung ini di bawah pengaruh gue juga. Lo duduk manis, lihat dari jauh gimana cara gue ngubur dinasti perusahaan keluarga setan.”

“Gimana?” tanya gue dingin.

"Well, gue akan mereplika apa yang udah gue lakuin ke perusahaan Marissa ke beberapa perusahaan lain. Mungkin juga perusahaan anak-anaknya RI1 dan anggota kerajaan negara tetangga. Gue akan nyebar clue buat ngarahin tim cyber security Polri ke divisi cyber-nya perusahaan keluarga Ayah lo. Oh, dan sebenernya, gue tahu porsi kesalahan Marissa lebih sedikit dari Santika dan buntut-buntutnya, jadi gue akan memastikan aset mereka yang pertama kali balik. Kembali ke tangan Marissa, bahkan udah beranak-pinak, karena sebenernya selama ini gue mainin aset dia. As I said, those assets actually never went missing at allI just … turned them into something else. Something invisible.”

Napas gue udah mulai tenang. Sekarang, otak gue yang bekerja keras. Gue sama sekali nggak menyangka, ternyata selama ini Deri menjelma menjadi seorang jenius komputer yang bisa melakukan hal-hal gila kayak gini.

“Bagian terbaiknya, gue akan membuat skenario pertama ini murni berakar dari keserakahan dunia bisnis. No personal grudges. Hubungan lo dan cewek lo itu bakal aman,” tambah Deri sambil menyeringai lebar. 

Jujur, gue nggak tertarik melakukan balas dendam dalam bentuk apapun. Namun, seperti yang udah gue rencanakan, gue akan mengikuti permainan Deri, untuk sementara.  

“Pilihan kedua?”

Seringai Deri makin melebar. “Oh, this one’s gonna be fun.”  

Gue bisa merasakan aura Deri yang sudah kelam itu semakin menggelap.  

I accidentally killed someone.”  

Andaikan Saja KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang