pelan-pelan bacanya, perhatikan pergantian POV
⚠️sexual content⚠️
*
Senjata makan tuan.
Itu yang aku rasakan sekarang.
Aku terbangun akibat dingin yang menusuk. Wajar saja, karena selimut yang kugunakan hanya menutupi sampai pinggang, sementara kulit tubuh bagian atasku mencium udara tanpa penghalang secarik kain apapun.
Aku mencoba bergerak, tapi tidak bisa. Sebuah tangan besar merengkuh pinggangku, sedangkan embusan napas pemilik tangan itu bisa kurasakan mengenai tengkuk leherku.
Tanganku mengangkat tangan Alvin, supaya aku bisa memutar tubuh menjadi berhadapan dengan wajahnya sekaligus menarik selimut sampai ke dada. Lelaki di sampingku ini masih terlelap dengan napas teratur.
Aku menelan ludah. Yang terjadi beberapa jam lalu jelas tidak akan mudah kulupakan begitu saja.
Alvin menolak 'bermain' denganku.
... pada awalnya, sebelum dia pergi ke minimarket terdekat untuk membeli pengaman.
And then, we did it.
Yeah ...
Aku menggigit bibir seiring memori tentang kegiatan kami semalam kembali muncul ke permukaan. Tidak, melakukan hal ini yang sebenarnya tidak semulus apa yang film-film Hollywood tampilkan. It was full of wrong move, messy, dirty, and uncomfortable at times. Namun, Alvin sangat ... gentle. Dia sama tidak tahunya denganku tentang semua ini, tapi dia tidak malu akan fakta itu dan terus-terusan menanyakan kenyamananku sepanjang permainan kami.
Kata orang, bagi seorang wanita, puncak kenikmatan susah didapatkan pada kali pertama. Entah bagaimana, aku mendapatkannya. Dan itu ... membuat ketagihan.
Ketika aku meminta untuk kedua dan ketiga kalinya, tentu saja Alvin menyanggupi dengan senang hati.
We are truly sexually compatible and it's actually starting to scare me.
Tadinya, aku hanya ingin mendengarkan pujian Alvin tentang tubuhku. I badly needed an ego booster. Sekarang, setelah apa yang dia lakukan padaku, aku merasa menghabiskan seumur hidupku dengannya, bangun pagi dengan dia di sampingku seperti ini, bukanlah hal yang buruk.
"I can do this forever, Thal."
Astaga! Cowok ini benar-benar punya keahlian untuk terbangun dengan kelopak mata masih tertutup, tapi mampu menyadari aku sedang mengamatinya dari dekat.
Alvin membuka mata, lalu tersenyum lebar. "I can do this forever. Ketika bangun tidur, yang aku lihat pertama kali itu kamu."
"Oh, kirain 'this'-nya ngomongin kegiatan kita sebelum tidur," godaku sambil mengangkat alis.
Alvin terkekeh. "That, too. Tapi sejujurnya, ini ..." Alvin merapatkan tubuh kami yang sebenarnya sudah tak berjarak. "Lebih dari cukup," lanjutnya, lalu menempelkan bibirnya lama di keningku.
Detak jantungku meningkat drastis akibat perlakuan manis sederhana seperti ini.
Alvin menyelesaikan kecupannya. Sekarang, dia kembali memandangku. "Thank you for trusting me. Kemarin malam ... that was the best birthday gift I've ever got."
Sial, pipiku pasti sudah sangat memerah. Aku memang menonton tayangan ulang kemarin malam di otakku dari tadi, tapi mendengar Alvin membicarakan itu secara terang-terangan sukses membuat hatiku jungkir balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andaikan Saja Kita
Teen FictionRANK #1 comingofage [25.08.2020] RANK #1 mentalhealth [30.08.2020] RANK #1 ambis [02.10.2020] RANK #1 olimpiade [17.10.2020] Gimana rasanya suka sama cowok yang naksir sama sahabat kamu sendiri? Terus, setelah kamu putus asa, dia malah datang dan ga...