Catatan Akhir

2.6K 170 65
                                    

Menulis adalah kegiatan favoritku sejak kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menulis adalah kegiatan favoritku sejak kecil. Bahkan, aku menyelesaikan cerita yang memenuhi satu buku SIDU saat kelas satu SD. Lalu, aku mencoba mengirim naskah ke penerbit saat kelas tiga SD. Alhamdulillah, saat itu aku cukup beruntung untung bisa menerbitkan beberapa buku di lini buku anak-anak yang cukup terkenal. Mungkin, teman-teman ada yang sewaktu kecil pernah membaca bukuku. Hehe.

And then, real life happened. Masa remajaku kering kerontang dari kebiasaan menulis. Sampai suatu hari saat masa SMA sudah terlewat, suara-suara di otakku makin berisik, minta untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan.

 Sampai suatu hari saat masa SMA sudah terlewat, suara-suara di otakku makin berisik, minta untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lahirlah tulisan ini.

Di prakata, aku mencatat beberapa poin yang menjadi "kisi-kisi" penulisan fiksi remaja versiku. Berhubung tulisan ini udah selesai, let's review each point one by one! Hehe. Jadi ini ceritanya si penulis bakal nge-judge tulisannya sendiri gitu deh 😁.

Ternyata, banyak poin yang aku tulis ujung-ujungnya ngomongin karakter. Well, emang sepenting itu karakter untukku. Ketika aku membaca suatu cerita yang gaya penulisannya bukan seleraku, karakter yang mengundang simpati masih cukup untuk memaksaku membalikkan halaman selanjutnya.

Sudut pandang pertama yang aku pakai di cerita ini mau nggak mau menjadikanku masuk ke pikiran Thalia dan Alvin. Mereka berdua jauh dari kata sempurna. Dua-duanya aku buat untuk mencerminkan "strong characters, yet flawed". Selama ini, orang-orang menganggap kekuatan itu muncul dalam bentuk seperti yang terlihat di pribadi Thalia. Kharismatik, percaya diri, teguh pendirian, berani mengutarakan opini, ambisius, dan semacam itu. Padahal, kekuatan juga bisa tercermin secara lebih subtle, seperti yang ada di diri Alvin.

Alvin ini cowok populer yang terkenal karena wajah dan talenta basketnya. Dia sering jadi korban mbak-mbak rahim anget di instagram dan video dia bermain basket viral dua bulan sekali. Orang kayak dia rawan banget dapet prejudice cowok yang nggak punya 'isi' selain keren dari luar doang. Nyatanya, meskipun dia kesulitan ngomong di depan umum, bukan jenis orang yang bisa memaparkan opini dan argumen dengan meyakinkan, dia punya hati yang baik banget. Super penyayang, dan yang paling menakjubkan, tulus memaafkan. Itu jenis kekuatan yang sering terlewat selama ini.

Andaikan Saja KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang