28 | Feels Right

1.6K 305 42
                                    

"Sepertinya, aku sudah terdiagnosis bucin."

<>

THALIA

<>

“Thalthal!” Chrysan yang masih mengenakan jubah mandi dengan rambut digelung ke atas menggunakan handuk menerjang ganas tubuhku yang sedang duduk santai di sofa ruang tengah rumahnya.  

“Heh! Pake baju dulu sana!” Aku berusaha melepaskan diri dari Chrysan yang menempel tubuhku seperti perangko.  

“Iya, bentar, ih. Kangen banget sama lo tahu, Thalthal!”  

Dasar aneh. Kami padahal masih bertemu di sekolah setiap hari. “San, lo kenapa?” tanyaku keheranan sambil membalas pelukannya dengan ragu-ragu.  

“Lo udah nggak pernah main ke rumah gue sebulan ini! Hidup lo sih, drama mulu. Habis kasus Mira, terus Jefri, terus lo jadian sama Alvin. Lupa ya lo, sama gue?” tuduh Chrysan sambil merenggangkan pelukannya. Tangannya menunjuk-nunjuk wajahku.  

Astaga, anak ini. “Lebay, lo!” Aku mengulirkan mata, lalu mendorong Chrysan supaya cewek itu segera berpakaian sungguhan. Kali ini, dia menurut.  

Sebenarnya, Chrysan tidak sepenuhnya salah, sih. Interaksi kami tidak seintens saat aku masih menumpang rumahnya dan kini aku juga memiliki Alvin yang lebih dari rela menampung semua curahan hatiku. Hanya saja, Chrysan tetap sahabat terdekatku yang tidak pernah tidak kuhubungi barang sehari pun.  

Chrysan keluar dari kamarnya sudah memakai baju normal. Wajahnya berseri dan langkahnya panjang—nyaris seperti lompatan.  

“Lo habis marah-marah, terus sekarang bahagia banget? Serius ini gue nanya, lo kenapa?” tanyaku mulai benar-benar khawatir dengan perubahan sikapnya yang drastis.  

Cengiran Chrysan masih terbentuk lebar di bibirnya. “Gue excited nih, dengerin cerita romantis lo sama Alvin. Gimana gimana Babang Alvin? Treat you well nggak dia? Kemarin gue lihat di ig story dia kalian ke kafe yang ada kucing-kucing itu, ya? Gue jamin habis ini anak-anak Garba pada ngajak cewenya nge-date ke sana. Harusnya Alvin minta kompensasi tuh, udah jadi endorser!”  

Aku terkikik geli. Yang pacaran siapa, yang bersemangat siapa. Dengan sabar, aku menjawab satu-satu pertanyaannya. Tidak berhenti sampai di sana, Chrysan lanjut membeberkan statusku dan Alvin yang langsung menempati peringkat pertama sebagai couple paling hits di Garda Bangsa. Chrysan bahkan menunjukkan sebuah akun instagram yang mengaku sebagai fanbase hubunganku dan Alvin. Katanya, 'kapal' kami berlayar sangat kuat, apalagi di kalangan adik kelas. Aku mengernyit kebingungan mendengar julukan yang diberikan orang-orang itu untuk kami. Thalvin, Thalia-Alvin.

Percakapan kami diinterupsi oleh bunyi bel rumah Chrysan.  

“Nah, makanan dateng, nih!” Chrysan melonjak gembira dari sofa. Aku hanya bisa menggelengkan kepala takjub. Aku tahu pasti yang ada di depan rumah Chrysan sekarang adalah Alvin dan Rivan, tapi Chrysan memilih menyambut pizza yang mereka beli untuk kami nikmati bersama malam ini.  

Hatiku berdesir melirik Alvin memasuki ruang tamu sambil menenteng tiga kotak besar pizza di tangannya. Alvin mengenakan kaos polo warna putih tulang dengan bawahan jins warna hitam. Simpel, tapi tetap saja terlihat ganteng di mataku. Sepertinya, aku sudah terdiagnosis bucin.

Andaikan Saja KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang