BAB 38

8 0 0
                                    

  Aryo yang masih pusing berusaha untuk menyamai langkah dengan istrinya yang sudah di depan. Penduduk di sana sangat ramah, tidak ada yang berani macam-macam kepada Ayu karena mengingatkan mereka kepada Dewi Kahyangan. Untunglah desa itu lumayan besar sehingga terdapat penginapan yang sangat nyaman. Setelah memesan untuk 1 malam maka mereka pun berkeliling desa.

  Mereka terus menelusuri pelosok desa dan menyapa mereka. Ayu kebetulan ingin membeli beberapa kain lagi karena menurutnya kain yang dimilikinya sudah rusak. Maklum, sudah lama dia memilikinya dan sering sekali memakainya. Aryo yang sedang dirangkulnya hanya menurut karena pusingnya belum juga hilang. 10 setel kain akhirnya dibeli Ayu dengan harga murah. Kebetulan Ayu tidak terlalu menyukai kemewahan sehingga kain murah tidak jadi masalah. Aryo yang seketika kaget melihat baju yang mengingatkan Ayahnya, pakaian yang sama dengan milik Ayahnya dan pakaian yang sama di mana Ayahnya tewas. Dengan sekuat tenaga Aryo menahan tangisan tetapi air mata perlahan jatuh. Ternyata itu adalah baju model Arab, yang menandakan Ayah Aryo adalah orang Timur Tengah. Lebih tepatnya, Ayahnya adalah orang Jawa yang tinggal di Timur Tengah, begitu pun Ibunya dan mereka bertemu ketika Ayah Aryo kembali ke Jawa untuk berdagang.

  Melihat suaminya yang terus mengalirkan air mata, Ayu pun memutuskan untuk kembali ke penginapan sambil terus mengusap kepala suaminya untuk menenangkannya, sebelum Ayu membelikan baju tersebut untuknya. Di penginapan tangisan Aryo tidak juga berhenti membuat Ayu tidak melepaskan pelukannya meski kainnya sudah basah kuyup

  "Lepaskan semuanya Mas..." kata Ayu

  Sekitar 1 jam akhirnya Aryo berhenti menangis dan memandangi pedang Ayahnya. Tatapan kosong Aryo membuat Ayu khawatir kalau suaminya akan macam-macam. Kekhawatiran Ayu semakin memuncak ketika Aryo mendekati pedang tersebut. Dia takut kalau suaminya akan bunuh diri karena depresi. Apa yang ditakutkan Ayu ternyata sejalan dengan Aryo. Aryo memutuskan untuk mengakhiri penderitaanya, kemudian Bayu berhasil menyadarkannya.

  "Hentikan nak!!, apa kau tega menginggalkan Ayu seorang diri!?" kata Bayu

  "Aku... hanya... ingin... bertemu orang tuaku..." kata Aryo

  "Mereka ada di sini nak, mereka aman bersamaku. Jadi tenangkanlah dirimu!!" kata Bayu

 "Dengar nak, mereka ingin kau tetap hidup. Mereka ingin anak mereka hidup bahagia selamanya. Mereka ingin kau tidak menginggalkan Ayu!!" lanjut Bayu

 Setelah itu Aryo tersadar dan melihat pedang dengan perutnya sudah dekat. Aryo tidak mengetahui kalau Ayu sudah dari tadi meneriakkan namanya dan menangis histeris. Seluruh pelayan penginapan juga sudah berusaha menyadarkan dan menahan tangannya. Seketika Aryo melempar pedangnya dan beristighfar sambil menjauhi pedangnya.

  "Apa yang telah ku lakukan!? Apa yang telah ku lakukan!?..." gumam Aryo

  Merasa kalau keadaan sudah normal seluruh pelayan pun bersyukur dan mulai meninggalkan mereka. Ayu yang masih menangis menghampiri Aryo dan mencium Aryo. Ini dia lakukan agar Aryo tidak lagi merasa depresi untuk selamanya dan ciumannya kali ini berhasil mengangkat depresi Aryo, kini tersisa mimpi buruknya yang masih melekat. Setelah mencium suaminya Ayu menggiring suaminya untuk tidur. Dia tidak berani melakukan hubungan suam-istri lagi sebelum Aryo yang meminta karena dia pikir akan membuat suaminya ketakutan lagi. Nafsunya dia lampiaskan di ciuman dan desahan. Karena letih mereka pun tertidur hingga esok hari.

  Paginya Aryo terlihat lebih ceria seperti tidak ada beban dalam hidupnya. Ayu pun bersyukur kini suaminya tidak sering termenung, untuk saat ini. Hari ini mereka memutuskan untuk menyusuri desa lagi dan mereka sangat ingin membeli manisan. Di pasar mereka melihat ada seseorang yang sedang dihajar oleh 3 tentara. Karena kasihan melihatnya Aryo pun menghampiri mereka dan itu mengejutkan para tentara. Mereka tidak percaya kalau Sang Legenda berada di hadapan mereka.

Kisah yang Sulit Dimengerti Part ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang